Yang ada di pikiran Joker adalah duelnya dengan Luther tadi. Setelah merenungkannya berulang kali, dia mendapat sebuah kesimpulan yang menyedihkan.Kesenjangan di antara kedua belah pihak terlalu besar. Tidak peduli bagaimana Joker berusaha, dia tidak mungkin bisa mengalahkan Luther. Dia telah mendemonstrasikan berbagai adegan pertarungan di benaknya, tetapi tetap dirinya yang kalah.Tap, tap, tap .... Joker berjalan dengan lesu di jalanan, menginjak genangan air. Saat ini, dia tiba-tiba merasakan sesuatu. Dia menghentikan langkah kakinya, lalu mendongak ke kejauhan.Di ujung jalan, terlihat sesosok berpakaian hitam yang memegang pedang sedang menghampirinya. Sosok itu juga memakai penutup wajah. Sekujur tubuhnya memancarkan aura kematian, sampai-sampai hujan tidak berani mendekatinya. Itu sebabnya, pakaiannya sama sekali tidak basah."Siapa kamu?" Joker mengernyit dan tampak berwaspada. Aura kematian yang menakutkan itu membuat bulu kuduk Joker meremang."Aku orang yang akan membunuhm
Keesokan pagi, Luther yang sedang bermeditasi di kamarnya tiba-tiba diganggu oleh suara gedoran pintu. Begitu membuka pintu, terlihat Ozias, Elio, Elsa, dan Yuki."Kak Luther! Gawat! Ada masalah di luar!" seru Elio dengan panik."Apa yang terjadi?" Luther tidak mengetahui apa-apa. Dia justru merasa aneh melihat sekelompok orang ini berkumpul di depan pintunya dan memasang ekspresi cemas."Joker sudah mati! Semalam ada yang memenggal kepalanya," jelas Elio dengan heboh."Joker?" Luther termangu sesaat. "Maksud kalian, pendekar pedang yang menantangku semalam?""Benar. Dia orangnya." Elio mengangguk berulang kali dan berkata, "Pagi ini, jasadnya ditemukan di jalan dengan kondisi kepala terpenggal. Menurut cedera yang dialaminya, dia seharusnya langsung mati dalam satu serangan.""Mati dalam satu serangan?" Luther mengangkat alisnya sambil bertanya dengan heran, "Joker bukan ahli bela diri yang lemah. Orang seperti apa yang sanggup membunuhnya dengan satu serangan?""Eee ...." Elio tidak
"Tentu bagus kalau Sekte Plasma bersikap masuk akal. Kalaupun nggak, aku nggak takut pada mereka," ujar Luther dengan nada datar. Jangankan Sekte Plasma, Sekalipun itu Sekte Pedang ataupun Organisasi Mondial. Luther sama sekali tidak takut."Kak, aku tahu kamu sangat hebat. Tapi, di atas langit masih ada langit. Kamu nggak boleh ceroboh. Asal kamu tahu, kakak Joker adalah Wolfie yang menduduki urutan ke 8 di Peringkat Genius! Sekarang Wolfie sudah di Gunung Narima. Kalau dia tahu adiknya dibunuh, dia nggak mungkin melepaskanmu," nasihat Ozias.Orang-orang di peringkat Genius tidak ada bedanya dengan monster. Mereka semuanya punya kekuatan yang luar biasa. Luther memang hebat, tetapi tidak mungkin bisa mengalahkan Wolfie yang masuk Peringkat Genius. Jika Wolfie ingin balas dendam, takutnya Luther akan kewalahan!"Ya, nyawa lebih penting dari apa pun. Sebaiknya kamu sembunyi beberapa hari. Setelah Sekte Plasma menemukan pembunuhnya, kamu baru kembali," bujuk Elio.Luther memang berbakat.
Setelah membuat keputusan, Luther langsung membawa beberapa orang itu meninggalkan hotel dan menuju ke tempat kejadian.Lokasinya tidak jauh dari hotel, hanya sekitar 2 kilometer. Dengan kecepatan Luther dan lainnya, mereka pun tiba dengan cepat.Selain kerumunan yang menonton keramaian, ada sekelompok murid Sekte Plasma yang sedang membersihkan lokasi.Yang memimpin adalah seorang pria berpakaian hijau dengan wajah pucat pasi dan mata tajam. Usianya sekitar 30 tahun. Tampak pula sebilah pedang di punggungnya. Seluruh tubuhnya memancarkan aura yang mengerikan.Pria itu tidak lain adalah Wolfie yang menduduki urutan kedelapan di Peringkat Genius. Tatapannya yang dipenuhi niat membunuh tertuju pada jenazah Joker. Dia tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi.Meskipun jarang mengobrol, mereka tetap saudara kandung. Sebagai seorang kakak, Wolfie benar-benar murka dengan situasi ini."Siapa? Sebenarnya siapa pelakunya?" Setelah mengurus jenazah Joker, Wolfie pelan-pelan bangkit. Ekspre
Begitu mendapat perintah, para murid Sekte Plasma langsung menerjang. Kerumunan bergegas bubar karena ketakutan."Jangan coba-coba maju!" Elio sontak menghunuskan pedangnya dan mengadang di depan semua orang. Dia membentak, "Aku dari Sekte Pedang! Kalau kalian berani macam-macam, berarti kalian menantang Sekte Pedang! Apa kalian yakin?"Begitu ucapan ini dilontarkan, seluruh murid Sekte Plasma menghentikan langkah kaki mereka. Semuanya bertatapan dengan penuh waspada.Jika itu sekte biasa, mereka tidak akan takut. Namun, Sekte Pedang berbeda. Sekte Pedang adalah salah satu dari 3 sekte terbesar. Kekuatan dan prestise mereka jauh di atas Sekte Plasma. Jika situasi tidak terlalu mendesak, mereka tidak akan menantang Sekte Pedang."Kenapa memangnya? Nyawa harus dibayar dengan nyawa! Kalian telah mencelakai adikku! Kalian harus menanggung konsekuensinya!" pekik Wolfie.Ketika berbicara, tangan Wolfie sudah menyentuh pedangnya. Dia tidak takut pada Sekte Pedang. Adiknya harus mendapat keadi
"Hei! Kamu sudah gila ya? Kita mau mengatasi masalah, bukan memperburuk situasi!" tegur Yuki.Mereka berusaha membujuk Wolfie demi menyelesaikan krisis, tetapi Luther malah bersikap seolah-olah dirinya siap untuk bertarung. Jika Wolfie marah besar, mereka akan kesulitan untuk melawan. Benar-benar menyebalkan!"Bocah, kamu tahu kamu lagi bicara dengan siapa?" tanya Wolfie sambil memicingkan matanya yang dipenuhi niat membunuh. Wolfie merasa dirinya sudah sangat angkuh, tetapi ternyata ada yang lebih angkuh daripadanya."Tentu saja tahu. Tapi, kematian adikmu memang nggak ada kaitannya denganku. Terserah kamu mau percaya atau nggak," ujar Luther dengan nada datar. Dia tidak terlihat takut sedikit pun."Bagus, bagus sekali!" Wolfie sontak tergelak, tetapi ekspresinya terlihat sangat masam. "Bocah, aku sangat mengagumi keberanianmu. Demi martabat Sekte Pedang, aku akan memberimu kesempatan. Kalau kamu bisa bertahan dari satu seranganku, aku akan mengampuni nyawamu. Gimana?"Ketika berbicar
"Kalau nggak ingin mati, cepat menyingkir dari sini! Jangan sampai kalian juga terkena imbasnya!" Murid-murid Sekte Plasma mulai mengusir kerumunan supaya pertarungan bisa segera dimulai. Mereka tahu kehebatan Wolfie. Sekalipun hanya energi pedang, itu sudah cukup untuk membunuh orang.Dengan demikian, kerumunan pun bubar dan menjauh. Dalam radius ratusan meter, hanya tersisa Wolfie dan Luther. Yang satu adalah ahli bela diri Peringkat Genius, sedangkan yang satu lagi bukan siapa-siapa.Pertarungan ini pun menarik perhatian banyak orang. Banyak pesilat yang datang setelah mendengar kabar."Semuanya, menurut kalian, apa pemuda bernama Luther itu bisa menahan satu serangan Wolfie?""Nggak mungkin! Wolfie menduduki urutan kedelapan di Peringkat Genius. Karena dia bicara begitu, dia pasti punya keyakinan untuk membunuh Luther!""Setuju! Aku pernah melihat sehebat apa teknik pedang Wolfie. Benar-benar mengerikan! Luther nggak mungkin bisa menahannya!""Jangan terlalu yakin. Aku rasa Luther
Ke mana pun cahaya pisau itu lewat, tanah akan bergetar dan ruang akan terdistorsi. Sebuah tekanan yang kuat pun menyelimuti sekeliling, membuat kerumunan merasa tidak nyaman. Para pesilat lemah sampai kesulitan bernapas dan kaki mereka gemetaran."Cahaya pisau itu mengerikan sekali! Ini kehebatan ahli bela diri Peringkat Genius? Luar biasa!""Serangan ini dahsyat sekali! Nggak mungkin ada yang bisa mengadangnya! Sepertinya Luther dalam bahaya besar!""Sayang sekali. Kenapa dia harus menyinggung Wolfie sih? Ini sama saja dengan mencari mati!"Serangan Wolfie membuat orang-orang merasa gugup. Meskipun berdiri di kejauhan, mereka tetap bisa merasakan betapa ganasnya cahaya pisau Wolfie. Kini, semua orang yakin Luther akan mati."Kak Luther, semua tergantung pada kemampuanmu! Semoga kamu bisa menangkis serangan ini!" gumam Ozias sambil menggenggam kipas lipatnya dengan cemas.Ozias yakin dengan kemampuan Luther, tetapi Wolfie adalah ahli bela diri Peringkat Genius. Genius mana pun nggak b
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un
"Orang ini benar-benar sulit dihadapi!" Kitto menoleh ke belakang dan melihat Wirya masih terus mengejar mereka tanpa henti.Pasukan yang dikirim untuk mengadang Wirya sama sekali tidak berguna, bahkan gagal melukainya sedikit pun.Yang paling membuat frustrasi adalah Wirya bukan hanya mengejar, tetapi juga terus menembakkan sinyal merah, membuat posisi mereka terlihat dengan jelas.Jika terus begini, tidak peduli ke arah mana mereka melarikan diri, pada akhirnya mereka tetap akan terjebak."Kitto, Damian! Kalian berdua turun tangan sendiri, bunuh lalat menjengkelkan itu untukku!" Loland segera memberikan perintah."Jenderal, kalau kami pergi, siapa yang akan melindungimu?" Kitto ragu sejenak.Saat ini, kondisi tubuh Loland sangat buruk. Jika mereka berdua pergi dan tiba-tiba ada ahli yang menyerang, nyawa Loland akan dalam bahaya besar."Kalau nggak membunuh lalat itu, situasiku malah akan semakin bahaya! Cepat pergi!" desak Loland dengan marah."Baik!" Kitto dan Damian saling bertuka