Serangan pedang Joker sangat cepat hingga sulit ditangkap secara kasatmata. Mereka hanya bisa melihat seberkas cahaya pedang. Ke mana pun cahaya pedang itu lewat, air hujan akan menguap."Hm?" Elio memicingkan matanya, lalu menghunuskan pedang untuk menangkis serangan.Klang! Cahaya pedang Joker langsung mengenai pedang Elio. Benturan dahsyat ini membuat Elio terdorong beberapa langkah dan hampir terjatuh. Untuk sesaat, tangan Elio yang memegang pedang pun bergetar."Mengerikan sekali!" Elio tentu terkejut dengan kekuatan lawan. Ekspresinya menjadi sangat serius. Meskipun serangan lawan terlalu mendadak, harus diakui bahwa kekuatannya memang luar biasa. Kalau terlambat selangkah, nyawa Elio mungkin berada dalam bahaya."Kamu bukan lawanku. Minggir!" Joker tidak menghiraukan Elio lagi dan menyimpan pedangnya ke sarung. Sikapnya masih dingin. Dia sama sekali tidak menghargai Elio."Hei! Jangan terlalu sombong!" Elio menunjuk dengan pedangnya dan menghardik, "Aku murid Sekte Pedang! Aku m
Ada terlalu banyak orang yang berjuang demi ketenaran. Sementara itu, Luther tidak suka repot. Daripada bertarung tanpa henti, dia lebih baik mengaku kalah dan menyerahkan kehormatan yang didapatkannya dari mengalahkan Haruto."Huh! Kamu kira aku pengemis? Aku mau menang secara terhormat. Aku nggak ingin kemenangan seperti ini!" hardik Joker dengan ekspresi suram.Meskipun menantang Luther hanya demi ketenaran, Joker ingin mengandalkan kekuatannya sendiri untuk menang. Ini adalah kebanggaannya sebagai pendekar pedang!"Gimana kalau aku nggak mau bertarung denganmu?" tanya Luther."Kalau kamu menolak, aku akan bunuh semua orang di sekitarmu. Kamu pasti nggak bakal berdiam diri lagi nanti!" timpal Joker dengan ekspresi kejam.Setelah mendengarnya, Luther mengerutkan alisnya. Pria ini memang harus diberi pelajaran supaya kapok. Sepertinya, pertarungan hari ini tak terhindarkan."Oke. Karena kamu begitu bersemangat, aku akan menemanimu bermain," ucap Luther. Kemudian, dia mengambil payung
Joker mundur dengan sempoyongan sampai kesulitan memegang pedangnya. Dia menunduk, mendapati ada lubang berdarah di bahunya. Darah perlahan-lahan mengalir keluar dari jas hujan jeraminya, lalu menetes dan bercampur dengan air hujan.Tetesan hujan berubah menjadi pedang. Pedang itu bahkan berhasil menembus pertahanannya. Bisa dilihat bahwa kekuatan Luther jauh lebih hebat daripada yang dibayangkannya."Luar biasa!" seru Elio dengan kegirangan saat melihat Joker terluka. Dia merasa harga dirinya telah pulih."Huh! Kukira sehebat apa! Baru satu serangan dari Luther saja sudah terluka. Sepertinya murid Sekte Plasma biasa-biasa saja," ejek Yuki."Yuki, jangan meremehkan murid Sekte Plasma. Mereka punya keunikan, yaitu makin hebat seiring berlangsungnya pertarungan. Apalagi setelah mereka terluka, mereka dapat mengerahkan teknik secara ekstrem dan meraih kemenangan," jelas Ozias sambil memandang ke depan lekat-lekat. Dia tidak bersikap lalai sedikit pun."Tuan Ozias benar. Aku bisa merasakan
"Jurus ketiga Teknik Pedang Psikopat, Pemusnahan Malaikat!""Jurus keempat Teknik Pedang Psikopat, Pembunuhan Dewa!""Jurus kelima Teknik Pedang Psikopat, Pembakaran Dunia!"Joker berteriak dengan gusar sambil melancarkan satu per satu serangan. Dia mengerahkan seluruh teknik yang dikuasainya tanpa ragu sedikit pun, karena tahu Luther adalah musuh paling kuat yang pernah ditemuinya.Whoosh, whoosh, whoosh! Di bawah serangan Joker yang bertubi-tubi, seberkas demi seberkas cahaya pedang memelesat ke arah Luther. Setiap serangan mengandung kekuatan tak terbendung.Orang-orang di sekitar ketakutan hingga tidak berani bersuara. Meskipun berdiri cukup jauh, mereka tetap bisa merasakan betapa mengerikannya serangan Joker. Harus diakui bahwa Joker yang angkuh ini memang berkemampuan.Setiap serangannya membawa kekuatan yang dahsyat. Pesilat biasa tidak mungkin bisa melawan serangan semacam itu. Hanya genius seperti Luther yang mampu melawannya."Teknik pedangmu termasuk hebat, tapi masih kuran
Joker menatap pedangnya yang tertancap di permukaan tanah, lalu beralih menatap Luther yang tampak begitu tenang. Dia merasa sangat frustrasi.Joker mengira dirinya sudah sangat berbakat, bahkan bisa membuat prestasi luar biasa di kompetisi seni bela diri kali ini. Namun, sepertinya dia terlalu menilai tinggi kemampuannya.Ini yang dinamakan di atas langit masih ada langit. Di dunia ini, ternyata ada banyak orang yang jauh lebih hebat darinya. Kemampuan dan keangkuhannya itu tidak ada apa-apanya.Pertarungan ini adalah contoh terbaik. Meskipun telah mengerahkan segenap kekuatannya, Joker gagal melukai Luther, bahkan dikalahkan dengan mudah. Untuk sesaat, dia kesulitan menerima kenyataan ini."Kamu menang, aku ... menerima kekalahanku." Setelah terdiam sesaat, Joker akhirnya melontarkan kalimat itu dengan susah payah."Kamu termasuk hebat. Di antara teman sebayamu, kemampuanmu pasti yang terbaik," ucap Luther dengan nada datar.Kekuatan yang diperlihatkan Joker adalah kekuatan seorang m
Yang ada di pikiran Joker adalah duelnya dengan Luther tadi. Setelah merenungkannya berulang kali, dia mendapat sebuah kesimpulan yang menyedihkan.Kesenjangan di antara kedua belah pihak terlalu besar. Tidak peduli bagaimana Joker berusaha, dia tidak mungkin bisa mengalahkan Luther. Dia telah mendemonstrasikan berbagai adegan pertarungan di benaknya, tetapi tetap dirinya yang kalah.Tap, tap, tap .... Joker berjalan dengan lesu di jalanan, menginjak genangan air. Saat ini, dia tiba-tiba merasakan sesuatu. Dia menghentikan langkah kakinya, lalu mendongak ke kejauhan.Di ujung jalan, terlihat sesosok berpakaian hitam yang memegang pedang sedang menghampirinya. Sosok itu juga memakai penutup wajah. Sekujur tubuhnya memancarkan aura kematian, sampai-sampai hujan tidak berani mendekatinya. Itu sebabnya, pakaiannya sama sekali tidak basah."Siapa kamu?" Joker mengernyit dan tampak berwaspada. Aura kematian yang menakutkan itu membuat bulu kuduk Joker meremang."Aku orang yang akan membunuhm
Keesokan pagi, Luther yang sedang bermeditasi di kamarnya tiba-tiba diganggu oleh suara gedoran pintu. Begitu membuka pintu, terlihat Ozias, Elio, Elsa, dan Yuki."Kak Luther! Gawat! Ada masalah di luar!" seru Elio dengan panik."Apa yang terjadi?" Luther tidak mengetahui apa-apa. Dia justru merasa aneh melihat sekelompok orang ini berkumpul di depan pintunya dan memasang ekspresi cemas."Joker sudah mati! Semalam ada yang memenggal kepalanya," jelas Elio dengan heboh."Joker?" Luther termangu sesaat. "Maksud kalian, pendekar pedang yang menantangku semalam?""Benar. Dia orangnya." Elio mengangguk berulang kali dan berkata, "Pagi ini, jasadnya ditemukan di jalan dengan kondisi kepala terpenggal. Menurut cedera yang dialaminya, dia seharusnya langsung mati dalam satu serangan.""Mati dalam satu serangan?" Luther mengangkat alisnya sambil bertanya dengan heran, "Joker bukan ahli bela diri yang lemah. Orang seperti apa yang sanggup membunuhnya dengan satu serangan?""Eee ...." Elio tidak
"Tentu bagus kalau Sekte Plasma bersikap masuk akal. Kalaupun nggak, aku nggak takut pada mereka," ujar Luther dengan nada datar. Jangankan Sekte Plasma, Sekalipun itu Sekte Pedang ataupun Organisasi Mondial. Luther sama sekali tidak takut."Kak, aku tahu kamu sangat hebat. Tapi, di atas langit masih ada langit. Kamu nggak boleh ceroboh. Asal kamu tahu, kakak Joker adalah Wolfie yang menduduki urutan ke 8 di Peringkat Genius! Sekarang Wolfie sudah di Gunung Narima. Kalau dia tahu adiknya dibunuh, dia nggak mungkin melepaskanmu," nasihat Ozias.Orang-orang di peringkat Genius tidak ada bedanya dengan monster. Mereka semuanya punya kekuatan yang luar biasa. Luther memang hebat, tetapi tidak mungkin bisa mengalahkan Wolfie yang masuk Peringkat Genius. Jika Wolfie ingin balas dendam, takutnya Luther akan kewalahan!"Ya, nyawa lebih penting dari apa pun. Sebaiknya kamu sembunyi beberapa hari. Setelah Sekte Plasma menemukan pembunuhnya, kamu baru kembali," bujuk Elio.Luther memang berbakat.
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung