"Tuan, apa orang yang bernama Pele ini bisa dipercaya?" bisik seorang samurai bermata satu setelah orang-orang dari Kuil Dewa pergi."Selain orang-orang dari Keluarga Kusama, nggak ada orang yang layak dipercaya," kata Taro sambil menggelengkan kepala. Pele si Raja Beruang yang dikenalnya sebelumnya adalah orang yang berani, bodoh, dan suka mencari perhatian. Namun, sekarang sepertinya Pele sudah banyak berubah."Tuan, kalau Pele itu nggak layak dipercaya, apa kita tetap akan bekerja sama dengannya?" tanya samurai bermata satu itu lagi.Taro menyipitkan mata dan berkata, "Tentu saja. Negara Dikara dan Kuil Dewa dari barat itu punya musuh yang sama yaitu Negara Drago. Tugas kita adalah mengacaukan dan menghalang perkembangan Negara Drago. Meskipun saat ini kedua belah pihak ada niat masing-masing, kita bisa bekerja sama selama tujuan kita sama.""Aku mengerti," kata samurai bermata satu itu sambil menganggukkan kepala dengan tegas. Bisa dibilang, kerja sama ini hanya saling memanfaatkan
"Bodoh!" Merasa diremehkan, samurai bermata satu itu langsung marah. Dia kembali maju dengan kedua tangan memegang pedang dan menebas sosok hitam itu dengan keras.Sosok hitam itu tidak berbalik ataupun menghindar, melainkan hanya mengangkat tangan untuk menangkap pedang yang menebasnya.Klang!Saat keduanya bersentuhan, terjadi percikan api. Tangan sosok hitam yang terlihat lemah itu saat ini menjadi seperti baja dan menangkap pedang samurai itu dengan mudah."Hah?" kata samurai bermata satu itu dengan mata berkedut dan ekspresinya terkejut.Samurai itu tidak menyangka tebasan dengan seluruh tenaganya malah ditahan orang dengan tangan kosong. Selain itu, tidak peduli seberapa kuatnya dia berusaha, dia tetap tidak bisa menarik kembali pedangnya. Siapa sebenarnya orang ini?Krak! Bang!Sosok hitam itu tiba-tiba menguatkan genggamannya, lalu pedang samurai bermata itu pun langsung hancur. Pada detik berikutnya, sosok itu berbalik dan menunjukkan wajahnya yang pucat dan kurus. Matanya yan
Ketakutan selalu berasal dari hal yang tak diketahui. Meskipun para samurai dari Negara Dikara terlatih dengan baik dan tidak takut mati, itu hanya berlaku saat mereka menghadapi orang biasa.Sementara itu, Amir si iblis darah ini sudah tidak termaksud manusia. Dia bukan hanya memiliki tubuh yang abadi, dia juga bisa berubah menjadi kelelawar dan memiliki metode yang sangat misterius. Banyak orang yang sudah gemetar ketakutan saat mendengar namanya saja."Iblis darah?"Mendengar kata-kata Itu, Amir menggelengkan kepala. "Aku nggak suka julukan itu. Aku adalah keturunan Kerajaan Mentari dan memiliki gelar bangsawan, seorang bangsawan sejati. Kalian boleh memanggilku Amir atau Tuan Amir."Saat mengatakan itu, Amir tersenyum lebar dan memperlihatkan dua taring tajamnya."Sudahlah, Amir. Nggak ada yang peduli dengan gelar bangsawanmu, iblis darah baru wujud aslimu."Pele menyela perkataan Amir dengan tanpa sungkan, lalu mengarahkan tangannya pada Taro. "Aku perkenalkan padamu. Ini Taro, sa
"Taro, ini adalah Brahma, Vishnu, dan Shiva. Mereka adalah tokoh legendaris dari Negara Wadarna dan masing-masing punya keterampilan yang luar biasa," kata Pele yang menoleh dan memperkenalkan."Brahma? Vishnu? Shiva?” tanya Taro sambil mengernyitkan alis dan ekspresinya terlihat makin terkejut.Ada sebuah organisasi pembunuh yang sangat misterius dan kuat di Negara Wadarna yang diberi nama Mata Iblis. Selama sanggup membayar, mereka akan membunuh siapa pun. Salah satu korban mereka adalah mantan raja dari Negara Gorie.Ketiga pembunuh utama di organisasi ini yaitu Brahma, Vishnu, dan Shiva yang diambil dari nama dewa di Negara Wadarna. Mereka selalu berhasil dalam setiap misi mereka, pembunuhan raja Negara Gorie adalah ulah mereka. Mereka menembus perlindungan ketat dari banyak ahli negara itu, lalu membunuh raja dan kabur dengan selamat. Hal ini membuktikan betapa hebatnya mereka.Yang pertama adalah Amir si iblis darah, sekarang malah muncul tiga pembunuh utama dari Negara Wadarna.
Kemunculan Welig membuat Taro sangat bersemangat. Dia akhirnya menyadari alasan Kuil Dewa mengutus Pele datang ke sini kali ini, jelas sudah ada rencana sebelumnya. Jika tidak, mereka tidak mungkin bisa mengumpulkan para ahli dari berbagai negara dalam waktu yang begitu singkat."Aku dengar tubuh Tuan Welig sudah ditempah sampai tahap tak terkalahkan. Bolehkah kamu mendemonstrasikannya pada kami?" kata Amir yang mengenakan jubah merah dengan tiba-tiba dan tersenyum.Sebelum Welig sempat menjawab, seorang murid botak di belakangnya berkata dengan nada dingin, "Guruku adalah Dewa Tinju Negara Basako, bukan badut sirkus. Mohon tunjukkan sedikit hormat.""Justru karena Tuan Welig adalah Dewa Tinju, jadi aku sangat penasaran. Apa tubuh tak terkalahkan dalam legenda itu benaran?" kata Amir sambil tersenyum dan menunjukkan dua taringnya yang tajam."Kalau ingin tahu benaran atau palsu, bagaimana kalau Tuan Amir mencobanya?" kata Welig dengan tenang."Kalau begitu, aku nggak akan sungkan lagi.
Pertemuan para ahli dari berbagai negara kali ini diatur oleh Kuil Dewa dan juga merupakan percobaan yang diizinkan Negara Denta secara resmi. Jika segala sesuatunya berjalan dengan lancar, kelak akan ada lebih banyak kerja sama seperti ini."Selama orang-orang dari Negara Gorie ini nggak menggangguku, aku akan menganggap mereka nggak ada di sini," kata Amir yang tidak banyak berbicara lagi, lalu mengambil gelas anggurnya dan mulai menikmatinya.Setelah saling berkenalan secara singkat, para tamu lainnya juga mulai mengobrol satu sama lain. Waktu terus perlahan-lahan berlalu dan tiba-tiba sudah pukul 8.30, sudah lewat setengah jam dari waktu yang dijanjikan. Namun, orang-orang dari Negara Gorie tetap masih belum datang.Para ahli dari negara lain tidak mengeluh, tetap ekspresi mereka terlihat tidak puas. Pertemuan ini begitu penting, mereka semua datang lebih awal karena khawatir akan terlewatkan sesuatu. Namun, orang-orang dari Negara Gorie ini malah terlambat begitu lama, seolah-olah
Mendengar kata-kata Nidji, ekspresi semua orang menjadi muram karena tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu tidak tahu malu. Bukan hanya datang terlambat, sikapnya juga angkuh seolah-olah paling penting di sana. Benar-benar membuat orang muak."Pasukan besar? Hehe .... Kenapa aku belum pernah dengar ada orang hebat dari Negara Gorie?" kata Amir dengan tatapan menyindir.Mendengar perkataan itu, ekspresi Nidji menjadi muram. "Siapa kamu? Berani-beraninya kamu meremehkan kekuatan Negara Gorie. Negara Gorie pernah menjadi negara terkuat di seluruh dunia dengan warisan budaya selama lima ribu tahun. Banyak pahlawan yang muncul dalam sejarah, bahkan Negara Drago yang sekarang juga adalah negara di bawah kekuasaan kami dulu."Amir langsung mengungkapkan tanpa belas kasihan, "Omong kosong ini mungkin bisa menipu rakyatmu sendiri, tapi jangan pamer di depan kami. Siapa yang nggak tahu reputasi Negara Gorie? Semua sejarah dan budaya yang kalian maksud itu hasil mencuri dari negara lain.
"Tanganku adalah senjataku," kata Amir sambil maju dan membuka kelima jarinya, lalu kuku hitamnya yang tajam langsung keluar."Huh! Sepertinya kamu sudah lama nggak memotong kukumu, hari ini aku akan membantumu memotongnya," kata Nidji sambil menggerakkan tombak emasnya, lalu langsung menyerang tanpa banyak berbicara. Serangannya sangat cepat, sehingga hanya terlihat cahaya emas yang memelesat.Menghadapi serangan Nidji, Amir tidak mundur dan justru maju. Tubuhnya berubah menjadi bayangan merah dan mengarah pada tombak emas itu."Cari mati," kata Nidji sambil tersenyum dingin, lalu tombak emas di tangannya tiba-tiba meledak menjadi bayangan yang memenuhi langit. Cahaya emas itu segera menerangi seluruh halaman, sehingga para penonton menyipitkan mata.Swish swish swish swish swish.Suara udara terdengar saat bayangan tombak emas itu langsung menghujani bayangan Amir. Seluruh prosesnya sederhana dan brutal, tanpa hambatan sedikit pun."Huh! Lemah sekali!" kata Nidji sambil menarik kemba
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un
"Orang ini benar-benar sulit dihadapi!" Kitto menoleh ke belakang dan melihat Wirya masih terus mengejar mereka tanpa henti.Pasukan yang dikirim untuk mengadang Wirya sama sekali tidak berguna, bahkan gagal melukainya sedikit pun.Yang paling membuat frustrasi adalah Wirya bukan hanya mengejar, tetapi juga terus menembakkan sinyal merah, membuat posisi mereka terlihat dengan jelas.Jika terus begini, tidak peduli ke arah mana mereka melarikan diri, pada akhirnya mereka tetap akan terjebak."Kitto, Damian! Kalian berdua turun tangan sendiri, bunuh lalat menjengkelkan itu untukku!" Loland segera memberikan perintah."Jenderal, kalau kami pergi, siapa yang akan melindungimu?" Kitto ragu sejenak.Saat ini, kondisi tubuh Loland sangat buruk. Jika mereka berdua pergi dan tiba-tiba ada ahli yang menyerang, nyawa Loland akan dalam bahaya besar."Kalau nggak membunuh lalat itu, situasiku malah akan semakin bahaya! Cepat pergi!" desak Loland dengan marah."Baik!" Kitto dan Damian saling bertuka
"Saudara-saudara! Bunuh mereka!"Begitu mendengar perintah itu, Pasukan Api Merah dari kediaman jenderal langsung menghunuskan pedang mereka dan menyerang Tim Penegak Hukum.Pasukan Api Merah yang datang kali ini berjumlah hampir 1.000 orang. Mereka bukan hanya unggul dalam jumlah, tetapi juga menyerang dari kedua sisi, membuat pertahanan lawan sulit ditembus."Susun formasi perisai!" Melihat situasi yang berbahaya, Wirya segera memerintahkan para anggota Tim Penegak Hukum untuk menyarungkan pedang mereka dan membentuk formasi pertahanan.Mereka telah terpisah dari pasukan utama dan kini berhadapan dengan musuh yang jumlahnya 10 kali lipat lebih banyak. Dalam kondisi seperti ini, bertahan dalam formasi adalah pilihan terbaik.Mereka hanya perlu menahan serangan sebentar. Dalam waktu singkat, bala bantuan dari istana akan segera tiba. Ketika saat itu tiba, Pasukan Api Merah tidak akan punya kesempatan untuk melawan.Sesaat kemudian, kedua belah pihak memulai pertarungan sengit. Pasukan