Pertemuan para ahli dari berbagai negara kali ini diatur oleh Kuil Dewa dan juga merupakan percobaan yang diizinkan Negara Denta secara resmi. Jika segala sesuatunya berjalan dengan lancar, kelak akan ada lebih banyak kerja sama seperti ini."Selama orang-orang dari Negara Gorie ini nggak menggangguku, aku akan menganggap mereka nggak ada di sini," kata Amir yang tidak banyak berbicara lagi, lalu mengambil gelas anggurnya dan mulai menikmatinya.Setelah saling berkenalan secara singkat, para tamu lainnya juga mulai mengobrol satu sama lain. Waktu terus perlahan-lahan berlalu dan tiba-tiba sudah pukul 8.30, sudah lewat setengah jam dari waktu yang dijanjikan. Namun, orang-orang dari Negara Gorie tetap masih belum datang.Para ahli dari negara lain tidak mengeluh, tetap ekspresi mereka terlihat tidak puas. Pertemuan ini begitu penting, mereka semua datang lebih awal karena khawatir akan terlewatkan sesuatu. Namun, orang-orang dari Negara Gorie ini malah terlambat begitu lama, seolah-olah
Mendengar kata-kata Nidji, ekspresi semua orang menjadi muram karena tidak pernah bertemu dengan orang yang begitu tidak tahu malu. Bukan hanya datang terlambat, sikapnya juga angkuh seolah-olah paling penting di sana. Benar-benar membuat orang muak."Pasukan besar? Hehe .... Kenapa aku belum pernah dengar ada orang hebat dari Negara Gorie?" kata Amir dengan tatapan menyindir.Mendengar perkataan itu, ekspresi Nidji menjadi muram. "Siapa kamu? Berani-beraninya kamu meremehkan kekuatan Negara Gorie. Negara Gorie pernah menjadi negara terkuat di seluruh dunia dengan warisan budaya selama lima ribu tahun. Banyak pahlawan yang muncul dalam sejarah, bahkan Negara Drago yang sekarang juga adalah negara di bawah kekuasaan kami dulu."Amir langsung mengungkapkan tanpa belas kasihan, "Omong kosong ini mungkin bisa menipu rakyatmu sendiri, tapi jangan pamer di depan kami. Siapa yang nggak tahu reputasi Negara Gorie? Semua sejarah dan budaya yang kalian maksud itu hasil mencuri dari negara lain.
"Tanganku adalah senjataku," kata Amir sambil maju dan membuka kelima jarinya, lalu kuku hitamnya yang tajam langsung keluar."Huh! Sepertinya kamu sudah lama nggak memotong kukumu, hari ini aku akan membantumu memotongnya," kata Nidji sambil menggerakkan tombak emasnya, lalu langsung menyerang tanpa banyak berbicara. Serangannya sangat cepat, sehingga hanya terlihat cahaya emas yang memelesat.Menghadapi serangan Nidji, Amir tidak mundur dan justru maju. Tubuhnya berubah menjadi bayangan merah dan mengarah pada tombak emas itu."Cari mati," kata Nidji sambil tersenyum dingin, lalu tombak emas di tangannya tiba-tiba meledak menjadi bayangan yang memenuhi langit. Cahaya emas itu segera menerangi seluruh halaman, sehingga para penonton menyipitkan mata.Swish swish swish swish swish.Suara udara terdengar saat bayangan tombak emas itu langsung menghujani bayangan Amir. Seluruh prosesnya sederhana dan brutal, tanpa hambatan sedikit pun."Huh! Lemah sekali!" kata Nidji sambil menarik kemba
"Cari mati!" Nidji yang ketakutan sampai merinding menatap mata Amir yang memerah, menggenggam tombaknya dengan erat dan tiba-tiba berbalik.Gung!Ujung tombak Nidji yang bergetar hebat melewati cakar Amir dengan lincah dan meluncur dari lengannya. Setelah itu, tombak itu memelesat cepat dan menusuk tepat ke dada Amir.Krak!Terdengar suara robekan tubuh.Tombak Nidji langsung menembus tubuh Amir dengan sekuat tenaga dan tanpa hambatan. Ujung tombak menembus dada dan keluar dari punggung Amir, lalu meninggalkan genangan darah di tanah."Berhasil!" kata Nidji dengan ekspresi gembira. Serangan kali ini terasa nyata dan tidak hampa lagi seperti sebelumnya. Dia bukan hanya melihat darah, dia juga melihat area vital tubuh Amir terkena tusukan yang mematikan."Jenderal hebat!" Para prajurit berzirah perak berseru dengan serempak saat melihat pemandangan itu, jelas sangat bersemangat. Siapa pun yang berani menghina Negara Gorie harus mati."Hahaha .... Aku kira dia seberapa hebat, ternyata le
Nidji terkejut dan segera mengangkat lengannya, lalu menahan dagu Amir untuk mencoba menghentikan serangannya. Namun, perbedaan kekuatan mereka terlalu besar. Meskipun dia sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, dia tidak bisa menghentikan tekanan Amir. Dia hanya bisa menyaksikan taring Amir yang perlahan-lahan mendekat ke arteri lehernya."Kalian ini sekelompok sampah! Kenapa masih bengong di sana? Cepat bantu aku!" teriak Nidji yang panik."Cepat bantu Jenderal membunuh musuh!" Ratusan prajurit berzirah perak dari Negara Gorie langsung tersadar kembali dan menarik senjata mereka untuk menyerang. Setengah dari mereka menggunakan busur untuk menembak, sedangkan setengahnya lagi menusuk dengan tombak.Swish swish swish.Seiring dengan suara angin, banyak anak panah terlepas dari busurnya dan menembak ke tubuh Amir dengan kuat. Dalam sekejap, punggungnya sudah dipenuhi dengan anak panah. Darah yang mengalir membasahi pakaian merahnya dan terlihat sangat mencolok di bawah sinar bulan."Kam
"Terima kasih Tuan Pele sudah mengabulkan keinginanku," kata Nidji sambil tersenyum, sama sekali tidak menyadari bahaya sudah mendekat dan ekspresinya masih angkuh.Para ahli dari berbagai negara hanya menyaksikan dengan tenang dan tidak berusaha menghentikan pertarungan itu. Bagi mereka, siapa pun yang menang tidak ada hubungannya dengan mereka, hanya hiburan belaka."Hehehe .... Sepertinya malam ini aku bisa makan sampai kenyang," kata Amir sambil tersenyum jahat. Setelah itu, tubuhnya bergetar dan semua anak panah di punggungnya langsung terjatuh ke tanah. Luka-luka yang sebelumnya penuh dengan darah yang mengalir langsung sembuh dengan cepat."Huh! Tembakan-tembakan ini pun nggak bisa membunuhmu. Sepertinya kamu ini adalah monster yang sulit untuk dibunuh," kata Nidji sambil menyipitkan mata dan ekspresinya menjadi ganas. Setelah dadanya ditusuk dan puluhan anak panas menancap punggungnya, Amir ini malah baik-baik dan hanya mengalirkan sedikit darah saja. Kekuatan Amir untuk bertah
Para prajurit berzirah perak itu sama sekali tidak mampu menahan serangan Amir, hanya bisa memperlambat pembantaian Amir untuk sementara waktu. Kematian tetap berlanjut, mayat makin banyak, darah membasahi seluruh halaman, dan ketakutan juga mulai menyebar dengan cepat.Pada saat itu, para prajurit itu baru menyadari betapa seriusnya masalah ini. Amir jauh lebih kuat daripada perkiraan mereka. Amir ini bukan vampir biasa, melainkan raja dari para vampir."Berengsek! Hentikan! Kalau berani, lawan aku saja!" teriak Nidji dengan marah yang mencoba untuk mengalihkan perhatian Amir padanya. Dia pikir hanya dirinya yang mampu menahan serangan Amir dan menghentikan pembantaian ini. Jika dia bisa menahan Amir dan para bawahannya menyerang, mereka mungkin memiliki kesempatan untuk membunuh monster ini."Eh?" Mendengar teriakan itu, Amir akhirnya menghentikan gerakannya. Saat ini, dia sedang memegang kepala seorang prajurit berzirah perak. Wajahnya yang pucat sudah berlumuran darah dan mulutnya
Swish!Serangan Amir sangat cepat sampai Nidji yang bingung tidak sempat bereaksi. Dia hanya merasa ada sebuah cahaya yang melintas di depan matanya dan kedua lengannya menjadi dingin. Dia secara refleks menundukkan kepala untuk melihat dan menyadari zirah di kedua lengannya sudah retak. Di dalam celah retak itu, terlihat sebuah luka berdarah menyebar dengan cepat.Klang!Tombak Nidji terjatuh ke tanah bersama dengan kedua lengannya sampai menghasilkan bunyi yang nyaring."Hah?" Melihat kedua lengannya putus, Nidji tertegun sejenak dan tidak berani percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia perlahan-lahan mengangkat kedua lengannya yang sudah putus dan darah langsung menyembur dari lukanya. Rasa sakit yang luar biasa pun mulai menyerang dan langsung menembus ke kedalaman jiwanya."Argh!" Setelah tertegun sejenak, Nidji segera menjerit dengan suara yang penuh dengan penderitaan. Dia bukan makhluk abadi seperti Amir dan tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi. Sekarang kedua lengannya sud
Setelah meninggalkan Grup Luca, Luther dan Bianca pergi ke mal terlebih dahulu untuk memberi berbagai hadiah. Mulai dari hadiah untuk para lansia dan anak-anak yang baru belajar berjalan, semua kerabat inti Keluarga Paliama mendapat hadiah. Setelah itu, mereka pergi ke toko barang antik untuk memilih sebuah lukisan kaligrafi yang bagus untuk Ezra.Menjelang senja, Luther yang sudah mempersiapkan semuanya mengunjungi kediaman Adipati Ezra untuk pertama kalinya. Kediaman ini terletak di pusat kota Midyar yang berbentuk kompleks rumah tradisional dengan area yang sangat luas.Ezra memiliki tiga putra dan seorang putri Putra sulung, Gusdur, bekerja di pemerintahan sebagai pejabat pangkat tiga dan statusnya sangat dihormati. Putra kedua, Gandara, bekerja di industri farmasi dengan kekayaan yang mencapai puluhan triliun dan menjadi pengusaha terkenal di Midyar. Putra bungsu, Gema, sukses di dunia militer dan kini menjabat sebagai perwira militer pangkat tiga.Sementara itu, putri kecil Ezra,
Selama Luther pergi, Bianca terus memikirkan dan selalu memperhatikan kabar dari Luther. Namun, meskipun sangat rindu, dia juga tidak pernah mengganggu Luther karena dia tidak ingin membuat fokus Luther terganggu dan memengaruhi urusan negara. Dia sangat memahami kesibukan Luther, sehingga terus menahan gejolak di hatinya dan mengalihkan perhatiannya dengan sibuk bekerja.Namun, setelah sekarang benar-benar bertemu dengan Luther, perasaan Bianca yang sudah lama terpendam akhirnya meledak. Rasa rindu selama berbulan-bulan berubah rasa sayang yang meluap dan air mata pun mengalir deras.Adegan ini membuat asisten wanita di samping Bianca tercengang. Dia tidak menyangka presdir mereka yang cantik ternyata hatinya sudah memiliki pemiliknya. Yang lebih mengejutkannya, Bianca yang biasanya tegas dan sangat berwibawa ternyata begitu lembut dan anggun di depan pria ini.Asisten wanita itu mulai mengamati Luther dengan saksama. Baik dari segi penampilan dan karisma, Luther memang luar biasa dan
Saat ini, Luther sudah duduk di pesawat untuk kembali ke Midyar. Perjalanan ke Gunung Narima kali ini penuh dengan rintangan.Dari kompetisi bela diri hingga invasi Kuil Dewa, prosesnya bisa dibilang sangat berbahaya, tetapi untungnya hasil akhirnya cukup baik.Luter berhasil memenangkan kejuaraan dalam kompetisi bela diri, sekaligus memperoleh tiga energi naga, bahkan berhasil menggagalkan konspirasi Kuil Dewa. Hasil ini sangat sempurna.Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman yang baru dikenalnya, Luther menemani Misandari naik pesawat pulang.Dari lima energi naga, telah terkumpul empat, yang berarti tinggal satu lagi. Menurut informasi dari Misandari, kekuatan energi naga yang terakhir telah ditemukan dan orang yang menemukannya ada di Midyar.Namun, identitas orang itu masih belum diketahui. Menurut dugaan Misandari, kemungkinan besar itu ada hubungannya dengan tiga pangeran.Posisi calon pewaris masih belum jelas, sementara ketiga pangeran sangat aktif dalam mencar
Angin malam pun segera mereda. Keesokan paginya, saat sinar matahari mulai menyinari bumi, keadaan di Gunung Narima sudah kembali tenang. Hanya saja, bercak-bercak darah masih ada di mana-mana dan bangunan yang hancur masih menjadi saksi kekacauan tadi malam. Para ahli dari Kuil Dewa yang menjadi tawanan juga sudah dibawa pergi oleh pasukan yang dipanggil Misandari.Berbagai rumor pun mulai menyebar ke mana-mana. Berbagai sekte besar di dunia persilatan hanya merespons rumor itu sebagai penonton. Bagaimanapun juga, sejak dahulu sampai sekarang, sangat jarang orang yang berani menyinggung Gunung Narima. Tindakan nekat seperti menyerang secara terang-terangan dan berusaha menghancurkan mereka seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.Soal hasil dari tindakan ini, seluruh dunia juga sudah menyaksikannya. Setelah bertahun-tahun lamanya, ini pertama kalinya negara-negara lain menyadari betapa mengerikannya Riley. Keberadaan sudah hampir seperti sosok ilahi.Saat ini, semua anggota inti s
Setelah pertempuran berakhir, Riley menghilang seketika dari tempatnya berdiri. Ketika muncul kembali, dia sudah berada di atas wilayah terlarang Gunung Narima.Saat ini, di pintu masuk wilayah terlarang dipenuhi dengan mayat dan darah. Seluruh anggota Kuil Dewa termasuk Tico, semuanya tergeletak di tanah.Sekujur tubuh Luther dan Danice juga dipenuhi darah. Mereka memancarkan aura membunuh yang kuat. Setelah pertempuran sengit, mereka akhirnya berhasil mempertahankan wilayah terlarang Gunung Narima dan menggagalkan rencana Kuil Dewa untuk menghancurkan nadi naga.Saat ini, Luther seperti merasakan sesuatu sehingga tiba-tiba mendongak. Melalui kabut dan kegelapan, dia menemukan Riley yang berada di atas wilayah terlarang.Riley tersenyum tipis dan mengangguk pada Luther, lalu menghilang seketika. Saat berikutnya, Riley melintasi beberapa gunung dan tiba di atas aula utama Gunung Narima.Di sana, para murid Gunung Narima masih bertempur melawan para elite Kuil Dewa. Dengan Atha sebagai
Ketika debu mulai mereda, hanya Riley yang masih berdiri tegak. Pele, Amir, Taro, Welig, tiga pembunuh bayaran terbaik dari Negara Wadarna, dan beberapa dewa utama dari Kuil Dewa, semuanya mati atau terluka parah.Tubuh Amir telah meledak menjadi potongan daging yang tak terhitung jumlahnya, tetapi dia masih merangkak di tanah, berusaha untuk menyatu kembali.Welig bahkan tidak menyisakan tulangnya. Pele dan ketiga pembunuh bayaran itu mengalami patah tangan dan terluka parah. Adapun Taro, meskipun anggota tubuhnya utuh, organ dalamnya sudah hancur. Dia terus memuntahkan darah.Ditambah dengan serangan balik dari pedangnya, Taro terlihat seperti orang tua yang sekarat. Rambutnya memutih dan wajahnya keriput. Jelas, dia tidak akan bertahan lama lagi."Gi ... gimana bisa begini? Nggak ... ini nggak mungkin!" Ketika melihat anggota tubuh yang berserakan di mana-mana, Pele seperti tersambar petir. Ekspresinya penuh ketidakpercayaan.Orang-orang di sekitarnya adalah ahli terkuat dari berbag
Kemunculan mendadak Riley membuat semua orang yang ada di sana tercengang. Mereka semua terbelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.Ada apa ini? Bukankah Riley sudah mati? Bagaimana bisa dia muncul kembali di hadapan mereka dalam keadaan baik-baik saja? Apa mereka melihat hantu?Semua orang saling memandang dengan ekspresi yang dipenuhi ketidakpercayaan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, sama sekali tidak bisa mengerti bagaimana Riley bisa hidup kembali. Ini sungguh di luar pemahaman mereka."Ka ... kamu belum mati? Gimana mungkin?" Yang paling terkejut adalah Amir. Dia telah berusaha keras dan akhirnya mendapat kesempatan emas. Dia menggigit leher Riley dan mengisap seluruh darahnya.Amir yakin bahwa Riley benar-benar sudah mati dan tidak mungkin bisa hidup kembali. Namun, masalahnya jika Riley sudah mati, lalu siapa orang yang ada di hadapan mereka?"Jangan panik! Mayat Riley masih ada di sana, orang ini mungkin hanya menyamar!" ucap Pele tiba-tiba.Setelah mendengarnya
Saat Putri Salju melancarkan serangannya, bayangan dewa gajah di belakang Welig juga tak tinggal diam. Dengan deru panjang, bayangan itu berlari cepat menuju Riley. Dua taringnya yang tajam seperti tombak yang menusuk ke arah dada Riley.Terpengaruh oleh angin salju, Riley tidak bisa mengelak sehingga hanya bisa mengaktifkan Mantra Cahaya Emas untuk melindungi dirinya.Bruk! Kedua taring itu menghantam Mantra Cahaya Emas dengan keras. Gaya dorong yang sangat besar langsung membuat Riley terpental. Saat Riley berada di udara, cahaya emas di sekujur tubuh pecah seperti kaca. Jelas sekali, kekuatan bayangan itu melampaui batas Mantra Cahaya Emas.Melihat Riley terdorong ke udara, iblis berkepala tiga dan berlengan enam bergegas mengambil kesempatan. Setelah melompat, enam senjata dengan bentuk yang berbeda-beda mulai terus menyerang Riley.Riley mengayunkan pedangnya tanpa henti untuk menangkis, tetapi dia terus terdesak. Ketika terdorong ke udara, dia tidak punya tempat berpijak sehingga
Setelah bertarung sengit begitu lama, Taro dan yang lainnya juga mulai menyadari betapa seriusnya situasinya. Riley bukan hanya memiliki teknik pedang yang luar biasa, teknik tubuh Riley juga begitu misterius. Tidak peduli apa pun serangan mereka, mereka tetap tidak bisa menyentuh Riley sedikit pun. Sebaliknya, pedang Riley malah terus menyiksa mereka, hasilnya akan makin buruk jika terus berlanjut.Oleh karena itu, saat mendengar perkataan Pele, Taro dan yang lainnya tahu ini sudah saatnya mempertaruhkan segalanya. Sekarang mereka sudah tidak bisa mundur lagi, Riley atau mereka yang akan mati.Pada saat ini, Taro yang terus menahan dirinya pun akhirnya mengeluarkan teknik pemungkasnya. Dia tiba-tiba menggigit jarinya dan mengoleskan darahnya ke pedang, lalu segera merapalkan mantra."Yuki, keluarlah!" Setelah selesai merapalkan mantranya, Taro mengayunkan pedangnya dengan keras. Sesosok bayangan putih pun tiba-tiba memelesat dari pedangnya.Sosok itu adalah seorang wanita berkulit put