Bang!Terdengar suara ledakan yang mengguncang langit dan bumi.Pedang merah di tangan bayangan prajurit berzirah hitam itu langsung menebas kepala naga itu menjadi dua bagian. Benturan antara keduanya menghasilkan gelombang energi yang menyebar ke seluruh arah. Pasir beterbangan dan langit berubah warna ke mana pun gelombang itu melintas. Banyak penonton yang terpental mundur karena angin kencang itu dan tidak bisa membuka mata.Beberapa saat kemudian, keadaan di medan pertempuran sudah berubah saat keadaannya kembali tenang. Di sisi kiri, Sofian berdiri memegang tombak peraknya dengan ekspresi yang serius dan pakaian yang hancur. Tangan yang memegang tombak juga terlihat bergetar.Sementara itu, Haruto berdiri di sisi kanan dengan tenang, lalu perlahan-lahan menyimpan kembali Pedang Demon dan cahaya merah yang aneh dari pedang itu pun segera menghilang.Keduanya berdiri dengan jarak sejauh sepuluh meter dan saling menatap tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pemandangan itu terlihat s
"Apa yang sebenarnya telah terjadi tadi? Kenapa hasilnya bisa seperti ini?"Setelah hening sejenak, suasana di seluruh tempat itu menjadi gempar. Situasi yang terjadi benar-benar di luar dugaan semua orang.Sofian berasal dari sekte terkenal, memiliki keahlian tombak yang luar biasa, kultivasi yang tinggi, dan serangan yang tajam. Saat bertarung dengan Haruto tadi, dia selalu lebih unggul. Mengapa dalam satu serangan saja dia malah tiba-tiba kalah? Apa yang sebenarnya telah terjadi?"Dia ... kalah?" Yuki langsung tertegun, matanya membelalak, dan tidak tahu harus bagaimana.Sejak Sofian muncul, Yuki selalu memperhatikan pria itu. Penampilan tampan, aura bangsawan, kultivasi yang kuat, dan keahlian tombak yang luar biasa dari Sofian semuanya membuatnya terpesona. Dia bahkan membayangkan berbagai macam skenario kemenangan Sofian, dia tidak menyangka hasil akhirnya akan seperti ini."Ah ini ...." Elio tidak bisa berbicara dan ekspresinya terlihat canggung. Sebelumnya, dia yakin Sofian pas
Melihat Sofian yang berani mati, semua orang merasa terharu. Meskipun sudah kalah, Sofian tetap teguh dan tidak menyerah pada Haruto. Semangat ini patut menjadi teladan bagi semua orang.Namun, sekarang Sofian sudah terluka parah dan tombaknya juga patah, Sofian benar-benar akan mati jika terus bertarung. Mereka merasa bakat seperti Sofian seharusnya tidak gugur di sini."Sofian, pemenangnya sudah dipastikan, jangan keras kepala lagi. Cepat mundur!" marah Karif.Meskipun Organisasi Mondial memiliki banyak murid, hanya beberapa yang benar-benar genius dan Sofian termasuk salah satunya. Dia bisa bertahan begitu lama melawan ahli tingkat master dengan kultivasinya yang tingkat semi-master, prestasi ini sudah cukup membanggakan. Karif tentu saja tidak ingin dia mati hanya karena kalah dalam satu pertarungan."Selama aku masih berdiri, aku nggak akan pernah menyerah!"Sofian memegang setengah ombak perak dan berteriak dengan marah, "Haruto, ayo bertarung lagi!"Setelah mengatakan itu, Sofia
"Aku tanya sekali lagi, masih ada yang ingin menantang prajurit dari Negara Dikara?" tanya Karif lagi. Dia sangat berharap ada seorang master muda inisiatif menerima tantangan untuk menekan Haruto dan mengharumkan nama negara. Jika tidak, dia sendiri yang terpaksa turun tangan.Pria paruh baya itu tersenyum dengan bangga dan terus memprovokasi, "Kenapa? Nggak ada yang berani menantang tuan mudaku? Sepertinya rumor itu memang benar. Negara Drago bukan hanya penuh dengan orang-orang lemah, tapi juga penuh dengan pengecut."Begitu mendengar perkataan itu, suasana di seluruh tempat itu menjadi gempar."Sialan! Bocah, omong kosong apa yang kamu katakan? Aku akan membunuhmu!""Berengsek! Benar-benar keterlaluan!""Aku nggak tahan dengan penghinaan ini lagi, aku akan bertarung dengan kalian!"Semua ahli di tempat itu mulai marah dan berteriak dengan menggertakkan gigi dan ekspresi sangat marah. Beberapa pemuda yang bersemangat bahkan langsung maju ke atas, tetapi mereka dihentikan oleh Karif.
"Hei! Siapa kamu? Bisakah kamu nggak membuat keributan di sini? Cepat mundur!""Benar! Nggak masuk sekte pun berani menerima tantangan, siapa yang memberimu nyali?""Aku pikir kamu begitu hebat, ternyata hanya pemuda tak terkenal saja."Kata-kata Luther bukan hanya membuat Karif mengernyitkan alis, dia juga menuai kritik yang merendahkan dari semua orang di sana. Jika dia berasal dari sekte besar, mereka masih akan menghargainya. Namun, dia hanya seorang pengembara, tidak memiliki sekte, dan reputasi apa pun. Mereka berpikir tokoh kecil seperti ini tidak berhak menerima tantangan.Perlu diketahui, pertarungan terakhir ini menyangkut kehormatan negara. Jika kalah, seluruh ahli di Negara Drago akan dipermalukan. Bagaimana mungkin mereka menaruh harapan ini pada seorang yang tak terkenal?"Anak muda, pertarungan ini bukan sebuah permainan. Kalau kamu nggak yakin, sebaiknya menyerahlah," kata Karif sambil menggelengkan kepala, jelas agak kecewa. Memiliki keberanian adalah sebuah hal baik,
Mata Karif membelalak dan hatinya diam-diam merasa terkejut. Dengan kekuatannya ini, dia merasa benar-benar aneh karena dia tidak sempat merespons jarum yang ditembakkan Luther. Jika ini digunakan pada Haruto, mungkin saja Luther benar-benar memiliki peluang untuk menang.Yang terpentingnya adalah saat jarum Luther melintas di wajahnya, Karif samar-samar bisa merasakan aura seorang ahli tingkat master. Apakah pemuda tak terkenal di depannya ini adalah seorang ahli tingkat master yang bersembunyi?"Pak Karif, aku harusnya sudah berhak untuk bertarung dengan Haruto, 'kan?" tanya Luther.Setelah ragu sejenak, Karif akhirnya menganggukkan kepala. "Baiklah. Kalau kamu begitu percaya diri, aku akan membiarkanmu mencobanya. Aku harap kamu nggak mengecewakan kita."Jika Luther benar-benar seorang ahli tingkat master dan ditambah dengan keterampilan senjata rahasianya yang luar biasa, dia memang memiliki peluang besar untuk mengalahkan Haruto."Pak Karif, kamu nggak sedang bercanda, 'kan? Kamu
Ekspresi Yuki dipenuhi kekesalan. Sofian yang merupakan ahli bela diri saja kalah, apalagi Luther yang tidak bisa apa-apa. Jadi, dia pasti akan mendapat pedang itu."Siapa kamu? Perkenalkan dirimu," ucap pria paruh baya bersetelan saat melihat Luther maju. Dia mengira Karif akan turun tangan, tetapi muncul lagi seorang pemuda. Jika majikannya menang lagi, reputasinya tidak akan mengalami peningkatan pesat karena lawannya bukan tokoh terkemuka."Aku Luther. Aku ingin tahu sehebat apa ilmu bela diri pesilat Negara Dikara," timpal Luther dengan tidak acuh."Kamu bukan lawan majikanku. Suruh Karif maju," ujar pria paruh baya itu dengan ekspresi angkuh. Menurutnya, para tokoh kecil ini sangat lemah dan hanya membuang-buang waktu. Dengan mengalahkan tokoh terkemuka seperti Karif, tuan mudanya baru bisa menjadi terkenal."Orang seperti kalian nggak pantas bertanding dengan Tuan Karif. Aku sudah cukup untuk melawan kalian," sahut Luther dengan culas."Kurang ajar! Kamu tahu siapa majikanku? Be
"Buset! Sombong sekali pemuda ini! Dia ingin menantang Haruto dengan tangan kosong?""Orang Negara Dikara ini memang menjengkelkan, tapi dia nggak seharusnya meremehkannya. Apa yang dilakukannya?""Yang pakai senjata saja belum tentu bisa menang. Bukankah dia bakal mati tragis kalau begini?"Orang-orang sibuk mengkritik perbuatan Luther. Tidak ada yang menduga bahwa Luther masih bisa berbicara seangkuh itu di situasi seperti ini."Dia sudah gila ya? Dia mau melawan Haruto dengan tangan kosong? Dia mau bunuh diri ya?" tanya Elio dengan terkejut dan heran."Huh! Aku rasa dia cuma mencari alasan untuk diri sendiri. Dia tahu dia nggak bisa mengalahkan Haruto. Jadi, kalau kalah, dia bakal bilang wajar karena dia nggak pakai senjata. Aku bisa menebak rencana busuknya itu!" jelas Yuki dengan ekspresi sok pintar."Rupanya begitu." Elio mengira dirinya sudah paham. Menurutnya, Luther benar-benar tidak tahu malu. Jelas-jelas tahu dirinya akan kalah, tetapi masih memainkan trik kotor semacam ini.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me