Ariana sedikit mengernyit dan tampaknya menyadari sesuatu ketika melihat Helen yang begitu ceria. Dia terkejut dan bertanya dengan heran, "Ibu, katanya tadi kamu patah tulang, kenapa kamu bisa berdiri sekarang?""Hah?" Wajah Helen menjadi kaku dan dia tersenyum dengan canggung. "Karena terlalu gembira bertemu dengan Roselyn, aku jadi lupa dengan rasa sakitku. Aku akan segera berbaring untuk istirahat."Namun, akting buruknya itu sama sekali tidak bisa meyakinkan Ariana."Ibu tidak terluka, 'kan? Ibu sengaja berpura-pura di hadapanku?" tanya Ariana dengan ekspresi serius."Mana mungkin aku nggak terluka? Kamu nggak lihat ketika Luther memukulku? Aduh, kepalaku jadi sakit lagi!" Helen memegang kepalanya sambil berpura-pura."Tadi kamu bilang, kamu menderita gegar otak dan patah tulang. Mana bukti medis dari rumah sakit? Tunjukkan padaku!" bentak Ariana dengan tegas. Helen dan Keenan saling memandang, tanpa berbicara sepatah kata pun.Setelah melihat semua adegan ini, Ariana akhirnya mula
"Lu ... Luther? Kenapa dia?" Setelah mengetahui kebenaran, Helen dan lainnya saling bertatapan. Ekspresi mereka dipenuhi ketidakpercayaan.Mereka tidak menduga bahwa orang yang menyelamatkan Roselyn bukanlah Carlos, melainkan Luther yang mereka anggap sebagai orang yang tak tahu terima kasih. Ini benar-benar tamparan besar bagi mereka semua!"Jadi, Luther nggak memfitnah Roselyn, melainkan kalian yang memfitnahnya?" Ariana terperangah di tempatnya. Wajahnya tampak pucat pasi."Si ... siapa yang memfitnahnya? Pasti dia merasa bersalah, makanya berusaha mencari peluang untuk menebusnya," ujar Helen dengan keras kepala.Helen yang sudah terbiasa bersikap sombong tentu tidak akan mengaku bahwa dia sudah salah paham terhadap Luther. Tindakan seperti ini hanya akan merusak martabatnya."Ibu, masalah sudah seperti ini, kamu masih mau berdalih?" tanya Ariana sembari menggigit bibirnya. Hatinya terasa sangat sakit sekarang."Aku nggak berdalih. Kalau bukan karena Luther memfitnah Roselyn, kenap
"Anak Muda, kusarankan kamu untuk mempertimbangkannya dengan baik. Aku nggak suka ditolak. Aku harus mendapatkan barang yang kuinginkan tanpa peduli apa pun caranya," ujar Devin.Kemudian, Devin meneruskan, "Kalau kamu setuju, kamu bukan hanya memiliki sejumlah besar uang ini, tapi juga menjadi teman Keluarga Luando. Kelak kalau ada masalah, Keluarga Luando pasti akan membantumu.""Pokoknya, kalau kamu menolak, kamu akan menjadi musuh Keluarga Luando. Pertimbangkan sendiri, kamu ingin menjadi teman atau musuh kami?" lanjut Devin.Luther tak kuasa menahan tawa. Dia menimpali, "Aku nggak suka diancam. Kalau kamu bicara begini, itu artinya kita hanya bisa menjadi musuh.""Hm? Bocah, kamu yakin ingin seperti ini?" tanya Devin dengan ekspresi suram."Tentu saja." Luther menganggukkan kepalanya."Huh! Jangan kira kamu sudah hebat karena disokong oleh Keluarga Caonata. Biar kuberi tahu kamu, aku punya 1001 cara untuk melawan orang rendahan sepertimu. Kalau kamu masih keras kepala begini, aku
Sesudah mengakhiri panggilan, Luther mulai membersihkan klinik dengan Liana. Walaupun Liana tidak mengeluh, Luther bisa melihat bahwa kematian kucing itu sangat membuat Liana sedih. Matanya terus memerah, tetapi dia berusaha menahan untuk tidak menangis.Gadis ini benar-benar kasihan. Dia harus hidup dengan begitu waspada dan rendah diri. Menangis saja tidak berani. Sikap Liana yang begitu dewasa ini membuat Luther merasa sangat iba padanya.Setelah sibuk sesaat, keduanya akhirnya selesai membersihkan klinik. Tidak lama kemudian, sebuah mobil Bentley berwarna silver perlahan-lahan berhenti di depan pintu masuk. Begitu pintu dibuka, terlihat Bianca yang mengenakan terusan merah berjalan turun."Nona Bianca?" Liana langsung membungkuk memberi hormat setelah melihat Bianca."Sudahlah, Liana, aku sudah sering bilang, jangan begitu sungkan kepadaku. Anggap saja aku sebagai kakakmu," ujar Bianca sembari tersenyum dan mengelus kepala Liana."Ya." Liana mengangguk dengan patuh, tetapi masih be
"Penyakit AIDS?" Nadya membeku di tempatnya dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Kabar ini benar-benar mengejutkannya.Bukan hanya karena gejala penyakit yang dikatakan Luther sesuai dengan yang dirasakannya, tetapi juga karena Nadya mencari gigolo belakangan ini.Ketika bercinta, keduanya tidak menggunakan pengaman apa pun. Nadya tentu panik saat mendengar Luther berbicara demikian."Luther, kamu ... yakin?" Bianca yang berdiri di sebelah juga terkesiap mendengarnya. AIDS bukanlah penyakit ringan. Jangan-jangan, penyakit yang dirahasiakan Fernando adalah penyakit ini?"Meskipun nggak 100%, aku punya keyakinan besar," sahut Luther."Ka ... kamu ... kamu bicara omong kosong! Aku baru melakukan pemeriksaan di rumah sakit hari ini. AIDS apa-apaan? Kamu hanya ingin menakut-nakutiku!" teriak Nadya."Terserah kamu kalau nggak percaya." Luther mengedikkan bahunya."Berengsek! Aku akan memberimu pelajaran karena kamu sudah mempermalukan dan menggertakku! Cepat, tampar dia!" perintah Nady
"Sa ... Sayang? Kenapa kamu menamparku?" Nadya memegang wajahnya dengan sangat sedih.Orang-orang di sekitar juga saling bertatapan karena tidak memahami apa yang terjadi. Tidak ada yang menduga bahwa Fernando yang begitu melindungi istrinya akan tiba-tiba main tangan begini."Kamu lihat saja sendiri!" timpal Fernando dengan murung sembari menyerahkan ponselnya kepada Nadya dengan kasar.Begitu mengambil ponsel itu dan melihatnya, Nadya bak disambar petir. Wajahnya benar-benar pucat. Itu adalah laporan pemeriksaannya dari rumah sakit. Dia didiagnosis mengidap penyakit AIDS!"Ke ... kenapa bisa begini? Ini nggak mungkin!" Nadya menggelengkan kepala dengan kuat. Dia tidak berani memercayai kenyataan ini sehingga berkata, "Laporan ini pasti palsu. Sayang, aku nggak sakit, aku benar-benar nggak mengidap penyakit AIDS!""Masalah sudah begini, kamu masih mau berbohong?" tegur Fernando dengan gusar. Pria tidak akan menoleransi perselingkuhan, apalagi istrinya ini sampai mengidap penyakit AIDS
"Apakah anak muda ini adalah Pak Luther yang terkenal dengan keahlian medisnya? Setelah bertemu denganmu hari ini, aku tahu reputasimu memang benar," kata Fernando sambil memberikan salam hormat."Aku hanya berharap Pak Fernando tidak keberatan," kata Luther sambil menganggukkan kepala. Tiba-tiba mengetahui pasangannya selingkuh, pria mana pun juga tidak akan bisa menerimanya."Sebenarnya, aku seharusnya berterima kasih kepada Pak Luther. Kalau bukan karena kejelianmu, aku juga tidak tahu berapa lama lagi aku tertipu," kata Fernando dengan senyuman paksa.Hal seperti ini lebih baik segera diselesaikan. Meskipun terlihat memalukan, tetap saja lebih baik daripada tidak mengetahui kebenarannya."Pak Fernando, aku ingin bertanya sesuatu. Apakah penyakit rahasia yang kamu ungkit sebelumnya juga penyakit ini?" tanya Bianca dengan hati-hati.Secara logika, jika Nadya sebagai istri terkena penyakit, Fernando sebagai suami juga berisiko tertular.Ekspresi Fernando terlihat canggung. "Aku ... se
Semuanya terdiam. Fernando berdiri di tempatnya dengan wajah pucat. Padahal, dia termasuk orang yang sangat berpengalaman dalam hidup, tetapi saat ini malah merasa bingung. Dia pikir dia sudah cukup menderita karena dikhianatiTak disangka, ternyata masih ada kejutan yang lebih besar di belakangnya. Putranya ternyata bukan anak kandungnya? Pukulan ini jauh lebih berat daripada dikhianati oleh pasangan!"Pak Luther, kamu ... benar-benar yakin?"Sudut mata Fernando berkedut, hatinya masih menyimpan harapan terakhir."Pak Fernando, ini terdengar tidak menyenangkan, tapi dilihat dari kondisi tubuhmu, kemampuan reproduksimu memang sudah lama hilang. Kalau tidak percaya, kamu bisa mencari buktinya sendiri," kata Luther dengan ekspresi serius.Sejujurnya, Luther sekarang merasa kasihan. Fernando kaya, tetapi istrinya berselingkuh dan putranya bukan anak kandungnya. Setelah menerima dua pukulan berat ini, orang biasa mungkin sudah gila."Aku tahu, terima kasih Pak Luther sudah mengingatkan.""