Sejam kemudian, di vila Keluarga Warsono. Keenan berlari masuk dengan panik sembari berteriak, "Ibu, gawat! Roselyn dalam masalah!""Masalah apa?" Helen yang sedang memakan kacang masih tidak memahami apa yang terjadi."Barusan, Kak Carlos telepon. Dia bilang Roselyn dibawa ke kantor polisi!" teriak Keenan dengan nada bicara yang sangat terkejut."Apa?" Helen sontak bangkit dari tempat duduknya, lalu bertanya, "Gimana bisa? Kenapa Roselyn bisa tiba-tiba ditangkap?""Menurut Kak Carlos, Roselyn pergi untuk membeli Pil Dua Warna dari Keluarga Caonata. Kemudian, mereka berselisih dengan Luther. Roselyn pun ditangkap dengan tuduhan mencuri obat," jelas Keenan."Mencuri obat? Nggak mungkin! Meskipun Roselyn agak nakal, dia nggak mungkin mencuri!" timpal Helen.Kemudian, Helen tiba-tiba teringat pada sesuatu sehingga bertanya, "Sebentar, kamu bilang Roselyn berselisih dengan Luther, lalu ditangkap polisi? Jangan-jangan, Luther yang merancang semua ini?""Benar, Kak Carlos juga bilang begitu!
Siang harinya, Luther yang sudah selesai mengurus hak agen akhirnya kembali ke Klinik Damai. Akan tetapi, begitu masuk, dia langsung menyadari ada seorang tamu.Dia adalah gadis berusia sekitar 17 atau 18 tahun dengan wajah yang sangat manis. Rambutnya dikuncir kuda, pakaiannya terlihat sangat sederhana. Dia sedang menyapu klinik dengan tubuh bercucuran keringat.Sementara itu, si pemabuk tua berbaring di kursi sambil tertidur. Terlihat pula selimut di atas tubuhnya. Luther jarang sekali melihatnya tidur dalam keadaan seperti ini."Tuan Luther sudah pulang?" sapa gadis itu setelah melihat Luther. Dia buru-buru bangkit dan tampak agak gugup."Siapa kamu?" tanya Luther dengan heran."Namaku Liana, Nona Bianca menyuruhku merawat Kakek Pemabuk," jawab gadis itu dengan kepala tertunduk."Apa kamu sudah cukup umur?" Luther merasa agak bingung. Dia mengira Bianca akan mengutus bibi pengasuh berusia 40 atau 50 tahun. Tanpa diduga, dia malah menyuruh seorang gadis kemari."Sudah, aku sudah beru
Luther tahu bahwa gadis ini sangat kekurangan rasa percaya diri. Jika Luther menyuruhnya berhenti bekerja, Liana hanya akan merasa tidak nyaman.Saat ini, ponsel tiba-tiba berdering. Begitu Luther menjawab, terdengar suara yang asing. "Halo, Tuan Luther? Aku detektif baru kantor polisi, Axel.""Oh, Pak Axel. Apa ada masalah?" tanya Luther yang cukup terkejut."Begini, kami baru menangkap tersangka bernama Roselyn. Menurut hasil penyelidikan, dia adalah adik mantan istrimu dan berhubungan dengan pencurian Pil Dua Warna. Jadi, apa kamu ingin meminta pertanggungjawaban darinya?" tanya Axel."Biarkan saja, masalah ini nggak ada hubungannya dengannya," sahut Luther. Meskipun membenci Roselyn, Luther tidak akan memasukkannya ke penjara untuk membalas dendam."Baik, aku sudah mengerti. Terima kasih, Tuan Luther," ujar Axel.Setelah mengakhiri panggilan, Luther mengeluarkan sebuah buku kuno dan mulai membacanya. Ini adalah kebiasaan Luther. Tidak peduli waktu senggang atau bukan, dia tetap aka
"Keenan! Kuberi waktu 3 detik, segera minta maaf pada Liana!" Luther berdiri perlahan-lahan dengan wajah muram."Minta maaf? Kamu kira kamu ini siapa? Aku harus menuruti perintahmu? Lagi pula, bukankah dia itu cuma wanita rendahan? Memangnya kenapa kalau aku pukul dia? Kalau masih saja cerewet, aku akan memukulmu juga!"Keenan membelalakkan mata dengan kejam."Dasar keras kepala!" Luther mendengus sejenak, lalu menendang perut Keenan. Keenan langsung berteriak kesakitan dan terhempas sejauh beberapa meter. Setelah itu, dia meringkuk di lantai dengan kesakitan."Kamu ... berani-beraninya kamu memukul anakku! Bajingan, akan kuhabisi kamu!" Helen tertegun sejenak, lalu menyerbu Luther dengan emosi. Dia mulai mencakar dan memukul Luther dengan ganas."Minggir sana!" Tubuh Luther bergetar, menimbulkan sebuah kekuatan tak kasat mata yang mendorong Helen hingga mundur beberapa langkah. Langkah kaki Helen menjadi tidak stabil dan terduduk di lantai, kepalanya juga bahkan terbentur pintu."Kamu
Luther akhirnya melampiaskan semua kekesalannya selama ini."Kamu ... omong kosong!" Helen sama sekali tidak percaya, dia bahkan memarahi Luther dengan semakin galak, "Memangnya kamu punya kemampuan untuk membantu kami? Putriku bisa mencapai kesuksesan hingga hari ini, semua itu berkat kemampuannya sendiri. Apa urusannya denganmu!""Selain itu, kamu jangan mengira kamu itu sudah sangat hebat. Kamu bisa mencapai posisimu hari ini, semua berkat bantuan wanita! Kalau bukan karena Nona Bianca yang terus melindungimu, Keluarga Sudarmo sudah menghabisimu sedari awal!""Jadi, kamu nggak usah terlalu bangga. Cepat atau lambat, pria simpanan tak berguna sepertimu ini akan didepak oleh Nona Bianca! Tiba saatnya nanti, kamu hanya buangan yang tak dianggap siapa pun!"Mendengar perkataan Helen, Luther hanya bisa tersenyum sambil menggeleng. Benar saja, apa pun yang dikatakan Luther, orang-orang ini tetap tidak akan memercayainya. Bagi anggota Keluarga Warsono, Luther tetaplah orang tidak berguna.
Video dalam ponsel itu berisi adegan ketika Luther memukul orang. Pertama-tama, dia menendang Keenan, lalu mendorong Helen dan membuatnya terjatuh hingga kepalanya membentur pintu. Kemudian, diakhiri dengan Luther menampar Keenan dua kali.Video itu sudah dipotong bagian awal dan akhirnya, hanya ada gambar dan tanpa suara. Setelah menontonnya, tubuh Ariana menjadi kaku. Awalnya, dia tidak percaya dengan ucapan mereka. Namun dengan video ini, dia tidak punya pilihan selain menerima kenyataan."Kak! Kamu lihat sendiri, 'kan? Ini adalah bukti bahwa dia melakukan kekerasan!""Ibu sudah cukup tua, bagaimana dia bisa jadi korban kekerasan oleh orang tidak berguna ini? Kami baru saja pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Dokter bilang, Ibu mengalami gegar otak parah. Mungkin saja akan berubah jadi demensia saat tua!""Beberapa tulang di tubuhnya juga patah. Ini akan membuatnya kesulitan untuk merawat dirinya sendiri di masa mendatang. Kak! Pria seperti ini benar-benar bajingan, apa kamu mas
"Tidak ada yang bisa dikatakan lagi, bukan? Aku tahu kamu sedang berbohong! Kenapa kamu jadi begini? Kenapa kamu harus terus-menerus menguji batas kesabaranku? Apakah kamu baru mau berhenti ketika kita benar-benar sudah jadi musuh?"Ariana merasa sangat kecewa dan patah hati."Bukan aku yang berubah. Kamu yang nggak pernah percaya padaku, baik dulu maupun sekarang. Kalau kamu nggak percaya, nggak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku akan membalas jasamu karena telah menyelamatkan Kakek Pemabuk." Setelah berkata demikian, Luther langsung menutup teleponnya.Apakah mereka ... bisa kembali seperti dulu lagi? Tidak bisa. Itu adalah jawaban terhadap pertanyaan Ariana semalam."Luther! Apa maksudmu? Kamu mau memutuskan hubungan ini? Kamu ...." Ketika Ariana ingin mengatakan sesuatu, panggilan itu telah diputus oleh Luther.Ketidakpedulian dan kekejaman Luther membuat hati Ariana hancur. Ariana benar-benar tidak mengerti, mengapa mereka tidak bisa hidup dalam damai? Mengapa mereka harus salin
Ariana sedikit mengernyit dan tampaknya menyadari sesuatu ketika melihat Helen yang begitu ceria. Dia terkejut dan bertanya dengan heran, "Ibu, katanya tadi kamu patah tulang, kenapa kamu bisa berdiri sekarang?""Hah?" Wajah Helen menjadi kaku dan dia tersenyum dengan canggung. "Karena terlalu gembira bertemu dengan Roselyn, aku jadi lupa dengan rasa sakitku. Aku akan segera berbaring untuk istirahat."Namun, akting buruknya itu sama sekali tidak bisa meyakinkan Ariana."Ibu tidak terluka, 'kan? Ibu sengaja berpura-pura di hadapanku?" tanya Ariana dengan ekspresi serius."Mana mungkin aku nggak terluka? Kamu nggak lihat ketika Luther memukulku? Aduh, kepalaku jadi sakit lagi!" Helen memegang kepalanya sambil berpura-pura."Tadi kamu bilang, kamu menderita gegar otak dan patah tulang. Mana bukti medis dari rumah sakit? Tunjukkan padaku!" bentak Ariana dengan tegas. Helen dan Keenan saling memandang, tanpa berbicara sepatah kata pun.Setelah melihat semua adegan ini, Ariana akhirnya mula