"Keenan! Kuberi waktu 3 detik, segera minta maaf pada Liana!" Luther berdiri perlahan-lahan dengan wajah muram."Minta maaf? Kamu kira kamu ini siapa? Aku harus menuruti perintahmu? Lagi pula, bukankah dia itu cuma wanita rendahan? Memangnya kenapa kalau aku pukul dia? Kalau masih saja cerewet, aku akan memukulmu juga!"Keenan membelalakkan mata dengan kejam."Dasar keras kepala!" Luther mendengus sejenak, lalu menendang perut Keenan. Keenan langsung berteriak kesakitan dan terhempas sejauh beberapa meter. Setelah itu, dia meringkuk di lantai dengan kesakitan."Kamu ... berani-beraninya kamu memukul anakku! Bajingan, akan kuhabisi kamu!" Helen tertegun sejenak, lalu menyerbu Luther dengan emosi. Dia mulai mencakar dan memukul Luther dengan ganas."Minggir sana!" Tubuh Luther bergetar, menimbulkan sebuah kekuatan tak kasat mata yang mendorong Helen hingga mundur beberapa langkah. Langkah kaki Helen menjadi tidak stabil dan terduduk di lantai, kepalanya juga bahkan terbentur pintu."Kamu
Luther akhirnya melampiaskan semua kekesalannya selama ini."Kamu ... omong kosong!" Helen sama sekali tidak percaya, dia bahkan memarahi Luther dengan semakin galak, "Memangnya kamu punya kemampuan untuk membantu kami? Putriku bisa mencapai kesuksesan hingga hari ini, semua itu berkat kemampuannya sendiri. Apa urusannya denganmu!""Selain itu, kamu jangan mengira kamu itu sudah sangat hebat. Kamu bisa mencapai posisimu hari ini, semua berkat bantuan wanita! Kalau bukan karena Nona Bianca yang terus melindungimu, Keluarga Sudarmo sudah menghabisimu sedari awal!""Jadi, kamu nggak usah terlalu bangga. Cepat atau lambat, pria simpanan tak berguna sepertimu ini akan didepak oleh Nona Bianca! Tiba saatnya nanti, kamu hanya buangan yang tak dianggap siapa pun!"Mendengar perkataan Helen, Luther hanya bisa tersenyum sambil menggeleng. Benar saja, apa pun yang dikatakan Luther, orang-orang ini tetap tidak akan memercayainya. Bagi anggota Keluarga Warsono, Luther tetaplah orang tidak berguna.
Video dalam ponsel itu berisi adegan ketika Luther memukul orang. Pertama-tama, dia menendang Keenan, lalu mendorong Helen dan membuatnya terjatuh hingga kepalanya membentur pintu. Kemudian, diakhiri dengan Luther menampar Keenan dua kali.Video itu sudah dipotong bagian awal dan akhirnya, hanya ada gambar dan tanpa suara. Setelah menontonnya, tubuh Ariana menjadi kaku. Awalnya, dia tidak percaya dengan ucapan mereka. Namun dengan video ini, dia tidak punya pilihan selain menerima kenyataan."Kak! Kamu lihat sendiri, 'kan? Ini adalah bukti bahwa dia melakukan kekerasan!""Ibu sudah cukup tua, bagaimana dia bisa jadi korban kekerasan oleh orang tidak berguna ini? Kami baru saja pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Dokter bilang, Ibu mengalami gegar otak parah. Mungkin saja akan berubah jadi demensia saat tua!""Beberapa tulang di tubuhnya juga patah. Ini akan membuatnya kesulitan untuk merawat dirinya sendiri di masa mendatang. Kak! Pria seperti ini benar-benar bajingan, apa kamu mas
"Tidak ada yang bisa dikatakan lagi, bukan? Aku tahu kamu sedang berbohong! Kenapa kamu jadi begini? Kenapa kamu harus terus-menerus menguji batas kesabaranku? Apakah kamu baru mau berhenti ketika kita benar-benar sudah jadi musuh?"Ariana merasa sangat kecewa dan patah hati."Bukan aku yang berubah. Kamu yang nggak pernah percaya padaku, baik dulu maupun sekarang. Kalau kamu nggak percaya, nggak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku akan membalas jasamu karena telah menyelamatkan Kakek Pemabuk." Setelah berkata demikian, Luther langsung menutup teleponnya.Apakah mereka ... bisa kembali seperti dulu lagi? Tidak bisa. Itu adalah jawaban terhadap pertanyaan Ariana semalam."Luther! Apa maksudmu? Kamu mau memutuskan hubungan ini? Kamu ...." Ketika Ariana ingin mengatakan sesuatu, panggilan itu telah diputus oleh Luther.Ketidakpedulian dan kekejaman Luther membuat hati Ariana hancur. Ariana benar-benar tidak mengerti, mengapa mereka tidak bisa hidup dalam damai? Mengapa mereka harus salin
Ariana sedikit mengernyit dan tampaknya menyadari sesuatu ketika melihat Helen yang begitu ceria. Dia terkejut dan bertanya dengan heran, "Ibu, katanya tadi kamu patah tulang, kenapa kamu bisa berdiri sekarang?""Hah?" Wajah Helen menjadi kaku dan dia tersenyum dengan canggung. "Karena terlalu gembira bertemu dengan Roselyn, aku jadi lupa dengan rasa sakitku. Aku akan segera berbaring untuk istirahat."Namun, akting buruknya itu sama sekali tidak bisa meyakinkan Ariana."Ibu tidak terluka, 'kan? Ibu sengaja berpura-pura di hadapanku?" tanya Ariana dengan ekspresi serius."Mana mungkin aku nggak terluka? Kamu nggak lihat ketika Luther memukulku? Aduh, kepalaku jadi sakit lagi!" Helen memegang kepalanya sambil berpura-pura."Tadi kamu bilang, kamu menderita gegar otak dan patah tulang. Mana bukti medis dari rumah sakit? Tunjukkan padaku!" bentak Ariana dengan tegas. Helen dan Keenan saling memandang, tanpa berbicara sepatah kata pun.Setelah melihat semua adegan ini, Ariana akhirnya mula
"Lu ... Luther? Kenapa dia?" Setelah mengetahui kebenaran, Helen dan lainnya saling bertatapan. Ekspresi mereka dipenuhi ketidakpercayaan.Mereka tidak menduga bahwa orang yang menyelamatkan Roselyn bukanlah Carlos, melainkan Luther yang mereka anggap sebagai orang yang tak tahu terima kasih. Ini benar-benar tamparan besar bagi mereka semua!"Jadi, Luther nggak memfitnah Roselyn, melainkan kalian yang memfitnahnya?" Ariana terperangah di tempatnya. Wajahnya tampak pucat pasi."Si ... siapa yang memfitnahnya? Pasti dia merasa bersalah, makanya berusaha mencari peluang untuk menebusnya," ujar Helen dengan keras kepala.Helen yang sudah terbiasa bersikap sombong tentu tidak akan mengaku bahwa dia sudah salah paham terhadap Luther. Tindakan seperti ini hanya akan merusak martabatnya."Ibu, masalah sudah seperti ini, kamu masih mau berdalih?" tanya Ariana sembari menggigit bibirnya. Hatinya terasa sangat sakit sekarang."Aku nggak berdalih. Kalau bukan karena Luther memfitnah Roselyn, kenap
"Anak Muda, kusarankan kamu untuk mempertimbangkannya dengan baik. Aku nggak suka ditolak. Aku harus mendapatkan barang yang kuinginkan tanpa peduli apa pun caranya," ujar Devin.Kemudian, Devin meneruskan, "Kalau kamu setuju, kamu bukan hanya memiliki sejumlah besar uang ini, tapi juga menjadi teman Keluarga Luando. Kelak kalau ada masalah, Keluarga Luando pasti akan membantumu.""Pokoknya, kalau kamu menolak, kamu akan menjadi musuh Keluarga Luando. Pertimbangkan sendiri, kamu ingin menjadi teman atau musuh kami?" lanjut Devin.Luther tak kuasa menahan tawa. Dia menimpali, "Aku nggak suka diancam. Kalau kamu bicara begini, itu artinya kita hanya bisa menjadi musuh.""Hm? Bocah, kamu yakin ingin seperti ini?" tanya Devin dengan ekspresi suram."Tentu saja." Luther menganggukkan kepalanya."Huh! Jangan kira kamu sudah hebat karena disokong oleh Keluarga Caonata. Biar kuberi tahu kamu, aku punya 1001 cara untuk melawan orang rendahan sepertimu. Kalau kamu masih keras kepala begini, aku
Sesudah mengakhiri panggilan, Luther mulai membersihkan klinik dengan Liana. Walaupun Liana tidak mengeluh, Luther bisa melihat bahwa kematian kucing itu sangat membuat Liana sedih. Matanya terus memerah, tetapi dia berusaha menahan untuk tidak menangis.Gadis ini benar-benar kasihan. Dia harus hidup dengan begitu waspada dan rendah diri. Menangis saja tidak berani. Sikap Liana yang begitu dewasa ini membuat Luther merasa sangat iba padanya.Setelah sibuk sesaat, keduanya akhirnya selesai membersihkan klinik. Tidak lama kemudian, sebuah mobil Bentley berwarna silver perlahan-lahan berhenti di depan pintu masuk. Begitu pintu dibuka, terlihat Bianca yang mengenakan terusan merah berjalan turun."Nona Bianca?" Liana langsung membungkuk memberi hormat setelah melihat Bianca."Sudahlah, Liana, aku sudah sering bilang, jangan begitu sungkan kepadaku. Anggap saja aku sebagai kakakmu," ujar Bianca sembari tersenyum dan mengelus kepala Liana."Ya." Liana mengangguk dengan patuh, tetapi masih be