"Ka ... kamu menamparku?" John memegang wajahnya dengan ekspresi tidak percaya."Aku bukan hanya menamparmu, tapi juga ingin mengusirmu. Mulai sekarang, kamu bukan lagi wakil presdir perusahaanku!" sahut Bianca dengan terus terang."Bianca, kamu benar-benar keterlaluan. Aku selalu bekerja keras selama bertahun-tahun ini. Meskipun nggak memberikan kontribusi besar, aku nggak pernah mengabaikan pekerjaanku. Tapi, kamu malah memecatku demi bocah ini? Kamu nggak takut para karyawan kecewa terhadapmu?" bentak Johan dengan marah."Kenapa? Kamu mau mengancamku? Memangnya kamu pantas? Jujur saja, hari ini aku bukan hanya ingin memecatmu, tapi juga ingin memasukkanmu ke penjara. Aku sudah mencatat semua tindakan kotor yang kamu lakukan selama ini. Semua itu sudah cukup untuk membuatmu dipenjara seumur hidup!" balas Bianca sembari terkekeh-kekeh sinis."Bianca! Berani sekali kamu! Aku ini bawahan kakak sepupumu!" teriak Johan yang mulai ketakutan."Ken? Huh! Panggil saja dia kemari. Kamu lihat s
"Sudahlah, biarkan saja masalah yang sudah berlalu. Kita bahas dulu yang penting ...." Carlos datang untuk mencairkan suasana. Dia meneruskan, "Luther, mari kita bicara tentang bisnis. Aku benar-benar tertarik dengan Pil Dua Warna. Ini cek senilai 2 miliar untuk membeli kuota agen.""Dua miliar? Kamu sedang mengusir pengemis, ya?" tanya Luther yang merasa agak konyol."Hei, kamu merasa uang 2 miliar sedikit? Benar-benar serakah! Jangan kira kamu bisa bersikap angkuh karena memberi resep obat pada Keluarga Caonata. Bagaimanapun, kamu hanya mengandalkan nama baik mereka," sahut Roselyn dengan ekspresi kesal."Luther, nggak perlu berbasa-basi. Sebut saja harga yang kamu mau. Berapa yang harus kubayar supaya bisa mendapat hak agen?" tanya Carlos yang berusaha untuk tetap bersikap tenang."Harga bukan masalah besar. Tapi, orang sepertimu nggak pantas menjadi agen untuk Pil Dua Warna," timpal Luther dengan terus terang."Kenapa? Kamu menolak rezeki?" Carlos memicingkan matanya."Itu tergantu
Sejam kemudian, di vila Keluarga Warsono. Keenan berlari masuk dengan panik sembari berteriak, "Ibu, gawat! Roselyn dalam masalah!""Masalah apa?" Helen yang sedang memakan kacang masih tidak memahami apa yang terjadi."Barusan, Kak Carlos telepon. Dia bilang Roselyn dibawa ke kantor polisi!" teriak Keenan dengan nada bicara yang sangat terkejut."Apa?" Helen sontak bangkit dari tempat duduknya, lalu bertanya, "Gimana bisa? Kenapa Roselyn bisa tiba-tiba ditangkap?""Menurut Kak Carlos, Roselyn pergi untuk membeli Pil Dua Warna dari Keluarga Caonata. Kemudian, mereka berselisih dengan Luther. Roselyn pun ditangkap dengan tuduhan mencuri obat," jelas Keenan."Mencuri obat? Nggak mungkin! Meskipun Roselyn agak nakal, dia nggak mungkin mencuri!" timpal Helen.Kemudian, Helen tiba-tiba teringat pada sesuatu sehingga bertanya, "Sebentar, kamu bilang Roselyn berselisih dengan Luther, lalu ditangkap polisi? Jangan-jangan, Luther yang merancang semua ini?""Benar, Kak Carlos juga bilang begitu!
Siang harinya, Luther yang sudah selesai mengurus hak agen akhirnya kembali ke Klinik Damai. Akan tetapi, begitu masuk, dia langsung menyadari ada seorang tamu.Dia adalah gadis berusia sekitar 17 atau 18 tahun dengan wajah yang sangat manis. Rambutnya dikuncir kuda, pakaiannya terlihat sangat sederhana. Dia sedang menyapu klinik dengan tubuh bercucuran keringat.Sementara itu, si pemabuk tua berbaring di kursi sambil tertidur. Terlihat pula selimut di atas tubuhnya. Luther jarang sekali melihatnya tidur dalam keadaan seperti ini."Tuan Luther sudah pulang?" sapa gadis itu setelah melihat Luther. Dia buru-buru bangkit dan tampak agak gugup."Siapa kamu?" tanya Luther dengan heran."Namaku Liana, Nona Bianca menyuruhku merawat Kakek Pemabuk," jawab gadis itu dengan kepala tertunduk."Apa kamu sudah cukup umur?" Luther merasa agak bingung. Dia mengira Bianca akan mengutus bibi pengasuh berusia 40 atau 50 tahun. Tanpa diduga, dia malah menyuruh seorang gadis kemari."Sudah, aku sudah beru
Luther tahu bahwa gadis ini sangat kekurangan rasa percaya diri. Jika Luther menyuruhnya berhenti bekerja, Liana hanya akan merasa tidak nyaman.Saat ini, ponsel tiba-tiba berdering. Begitu Luther menjawab, terdengar suara yang asing. "Halo, Tuan Luther? Aku detektif baru kantor polisi, Axel.""Oh, Pak Axel. Apa ada masalah?" tanya Luther yang cukup terkejut."Begini, kami baru menangkap tersangka bernama Roselyn. Menurut hasil penyelidikan, dia adalah adik mantan istrimu dan berhubungan dengan pencurian Pil Dua Warna. Jadi, apa kamu ingin meminta pertanggungjawaban darinya?" tanya Axel."Biarkan saja, masalah ini nggak ada hubungannya dengannya," sahut Luther. Meskipun membenci Roselyn, Luther tidak akan memasukkannya ke penjara untuk membalas dendam."Baik, aku sudah mengerti. Terima kasih, Tuan Luther," ujar Axel.Setelah mengakhiri panggilan, Luther mengeluarkan sebuah buku kuno dan mulai membacanya. Ini adalah kebiasaan Luther. Tidak peduli waktu senggang atau bukan, dia tetap aka
"Keenan! Kuberi waktu 3 detik, segera minta maaf pada Liana!" Luther berdiri perlahan-lahan dengan wajah muram."Minta maaf? Kamu kira kamu ini siapa? Aku harus menuruti perintahmu? Lagi pula, bukankah dia itu cuma wanita rendahan? Memangnya kenapa kalau aku pukul dia? Kalau masih saja cerewet, aku akan memukulmu juga!"Keenan membelalakkan mata dengan kejam."Dasar keras kepala!" Luther mendengus sejenak, lalu menendang perut Keenan. Keenan langsung berteriak kesakitan dan terhempas sejauh beberapa meter. Setelah itu, dia meringkuk di lantai dengan kesakitan."Kamu ... berani-beraninya kamu memukul anakku! Bajingan, akan kuhabisi kamu!" Helen tertegun sejenak, lalu menyerbu Luther dengan emosi. Dia mulai mencakar dan memukul Luther dengan ganas."Minggir sana!" Tubuh Luther bergetar, menimbulkan sebuah kekuatan tak kasat mata yang mendorong Helen hingga mundur beberapa langkah. Langkah kaki Helen menjadi tidak stabil dan terduduk di lantai, kepalanya juga bahkan terbentur pintu."Kamu
Luther akhirnya melampiaskan semua kekesalannya selama ini."Kamu ... omong kosong!" Helen sama sekali tidak percaya, dia bahkan memarahi Luther dengan semakin galak, "Memangnya kamu punya kemampuan untuk membantu kami? Putriku bisa mencapai kesuksesan hingga hari ini, semua itu berkat kemampuannya sendiri. Apa urusannya denganmu!""Selain itu, kamu jangan mengira kamu itu sudah sangat hebat. Kamu bisa mencapai posisimu hari ini, semua berkat bantuan wanita! Kalau bukan karena Nona Bianca yang terus melindungimu, Keluarga Sudarmo sudah menghabisimu sedari awal!""Jadi, kamu nggak usah terlalu bangga. Cepat atau lambat, pria simpanan tak berguna sepertimu ini akan didepak oleh Nona Bianca! Tiba saatnya nanti, kamu hanya buangan yang tak dianggap siapa pun!"Mendengar perkataan Helen, Luther hanya bisa tersenyum sambil menggeleng. Benar saja, apa pun yang dikatakan Luther, orang-orang ini tetap tidak akan memercayainya. Bagi anggota Keluarga Warsono, Luther tetaplah orang tidak berguna.
Video dalam ponsel itu berisi adegan ketika Luther memukul orang. Pertama-tama, dia menendang Keenan, lalu mendorong Helen dan membuatnya terjatuh hingga kepalanya membentur pintu. Kemudian, diakhiri dengan Luther menampar Keenan dua kali.Video itu sudah dipotong bagian awal dan akhirnya, hanya ada gambar dan tanpa suara. Setelah menontonnya, tubuh Ariana menjadi kaku. Awalnya, dia tidak percaya dengan ucapan mereka. Namun dengan video ini, dia tidak punya pilihan selain menerima kenyataan."Kak! Kamu lihat sendiri, 'kan? Ini adalah bukti bahwa dia melakukan kekerasan!""Ibu sudah cukup tua, bagaimana dia bisa jadi korban kekerasan oleh orang tidak berguna ini? Kami baru saja pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Dokter bilang, Ibu mengalami gegar otak parah. Mungkin saja akan berubah jadi demensia saat tua!""Beberapa tulang di tubuhnya juga patah. Ini akan membuatnya kesulitan untuk merawat dirinya sendiri di masa mendatang. Kak! Pria seperti ini benar-benar bajingan, apa kamu mas
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak