"Nona, benda ini ditemukan di sekitar kemah kita. Ada bau yang mencurigakan dari benda ini, mungkin ini yang menarik tikus-tikus pasir ke sini," kata Kiral sambil membawa setumpuk benda hitam yang ukurannya seperti kacang kedelai itu ke depan Misandari dan yang lainnya. Sepertinya, benda itu adalah umpan yang menyebarkan bau khas yang menyengat."Benda apa ini?" tanya Misandari dengan penasaran. Saat mendekat, dia mencium bau yang sangat menyengat hidung."Benda ini pasti campuran antara makanan dan obat-obatan. Tadi aku sudah melakukan percobaan, bau dari benda ini bisa segera menarik pasir tikus untuk berkumpul," jelas Kiral."Jadi, hancurnya persediaan ini bukan kecelakaan, tapi ada orang yang sengaja mencelakai kita?" Misandari segera menyimpulkan masalahnya. Benda yang bisa menarik tikus pasir ini jelas buatan seseorang.Kiral menganggukkan kepala dan menjawab, "Kemungkinan besar. Benda ini tersebar di sekitar persediaan kita, jelas sengaja untuk menarik tikus pasir itu ke sini. S
Semua orang sudah berjalan jauh dan yang terlihat hanya gurun. Pemandangan di sepanjang perjalanan ini hanya pasir, sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan.Namun, apa yang ada di depan mata mereka sekarang adalah pemandangan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Mereka melihat dataran hijau yang dipenuhi dengan bunga, rumput, dan pepohonan. Bisa dibilang, dataran itu benar-benar subur dan penuh dengan kehidupan. Dari kejauhan, dataran itu terlihat seperti sebuah hutan raksasa yang tiada ujungnya.Jika lokasi ini adalah hutan hujan, pemandangan seperti ini tidak aneh. Namun sekarang, mereka berada di Gurun Maut. Tiba-tiba muncul oasis yang begitu subur di lingkungan yang gersang seperti ini membuat hati mereka benar-benar terkejut.Oasis di depan mereka seolah-olah dunia yang berbeda dari tempat mereka berada. Di satu sisi adalah tempat yang penuh dengan kematian dan pasir kuning, sedangkan di sisi lainnya adalah tempat yang penuh dengan kehidupan dan pepohonan hijau."Astaga! Nggak
Misandari dan yang lainnya merasa seperti berada di surga dan ekspresi mereka terlihat tersenyum ceria di sepanjang jalan itu. Sementara itu, Luther mengikuti di belakang Misandari dan menatap sekeliling dengan waspada.Tempat itu terlihat tenang, tetapi sebenarnya penuh dengan bahaya. Banyak serangga beracun yang bersembunyi di bawah tanah yang tak terlihat orang biasa dan bahkan di dalam pohon-pohon besar. Namun, serangga-serangga beracun ini masih bersembunyi di kegelapan karena matahari belum terbenam. Begitu malam tiba, serangga-serangga beracun ini akan langsung berburu."Lihat! Apa ini?" Saat itu, salah seorang pria dari Tim Penjelajah Kalajengking Hitam tiba-tiba berseru sambil menunjuk ke suatu tempat.Saat semua orang melihat ke arah yang ditunjuk oleh pria itu, mereka melihat tiga pohon buah di antara semak-semak yang lebat. Pohon itu memiliki dahan dan daun yang rimbun, serta penuh dengan buah-buahan merah yang bersinar. Buah-buahan itu sangat cantik dan memancarkan cahaya
Begitu seorang anggota Tim Penjelajah Kalajengking Hitam memetik sebuah Ginseng Darah dan hendak memetik lagi, lengannya tiba-tiba bergetar, seolah-olah disengat oleh sesuatu.Begitu menunduk, pria itu mendapati seekor ulat merah muncul di telapak tangannya. Ulat itu seukuran semut, tetapi memiliki mulut yang tajam. Begitu merobek kulit pria itu, ulat itu langsung masuk ke lengannya.Pria itu terperanjat. Dia segera menjulurkan tangan untuk membunuh ulat itu, tetapi terlambat. Seketika, ulat yang memasuki lengannya mulai menggerogoti dagingnya sambil bertelur banyak."Argh!" Rasa sakit yang dahsyat membuat pria itu tak kuasa berteriak. Dia pun terjatuh dari pohon. Terlihat jelas bahwa daging di lengannya membusuk dengan cukup cepat.Di tengah-tengah daging yang sudah busuk itu, ada ulat merah kecil yang tak terhitung jumlahnya bergerak tanpa henti. Sungguh menjijikkan."Tolong aku!" teriak pria itu sambil berguling-guling di tanah. Tubuhnya segera mengering, kulitnya berkeriput, bahkan
Sesaat kemudian, tim medis selesai mengobati cedera para anggota Tim Penjelajah Kalajengking Hitam. Hanya saja, mereka kehilangan kekuatan tempur karena kehilangan tangan. Dengan begini, mereka akan kesulitan untuk melindungi diri."Toro, apa aku perlu mengutus orang untuk mengawal anggotamu pulang?" tanya Misandari sambil melirik para anggota itu. Kemudian, dia beralih menatap Toro.Mereka baru memasuki oasis sehingga masih sempat untuk mundur. Jika bersikeras masuk, takutnya tidak ada jalan untuk kembali lagi."Kapten, kami cuma kehilangan satu lengan. Ini bukan masalah besar kok!""Benar! Kami telah melewati banyak rintangan. Luka kecil ini bukan masalah!""Kapten, tolong percaya pada kami. Kami pasti bisa menyelesaikan misi ini."Ketika melihat mereka akan diusir, para anggota itu mulai bersuara untuk menyatakan mereka baik-baik saja. Mereka tahu bahwa mereka tidak akan mendapat harta karun jika keluar dari oasis.Bonus untuk misi ini memang cukup tinggi, tetapi tidak akan bisa ber
Saat ini, di area pinggir kamp, tampak 2 pasukan elite sedang berjaga dengan waspada. Mereka memandang ke depan lekat-lekat.Di depan, raungan binatang buas terdengar makin dekat, bahkan diiringi dengan suara langkah kaki yang tergesa-gesa.Saat ini, semua orang di kamp telah berkumpul untuk menghadapi monster. Ketika Misandari maju, Toro segera mengumpulkan pasukan untuk melindungi Misandari. "Lindungi Nona!""Semuanya, keluarkan senjata kalian!" seru Omri yang merasa gembira dan bersemangat. Kemudian, dia menginstruksi anggota Sekte Gauta untuk bergabung dalam formasi.Meskipun sering bertarung dengan pesilat, Omri tidak pernah bertarung melawan monster. Itu sebabnya, dia menantikan pertarungan ini. Tentu saja, dia juga merasakan kegugupan yang tidak pernah dirasakannya."Hati-hati! Jangan ada yang bertindak ceroboh!" instruksi Toro. Dia dan Tim Penjelajah Kalajengking Hitam berdiri di posisi agak belakang. Jika dibandingkan dengan Sekte Gauta, keterampilan bela diri Sekte Gauta jela
"Karena Senior bersikeras, aku nggak akan membujuk lagi." Omri tidak berbicara lagi karena Vasuki menolak mendengar nasihatnya.Monster aneh seperti ini pasti akan membuat dunia heboh. Hanya saja, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."Nak, aku ingin menangkap monster ini hidup-hidup. Apa kamu bisa meminjamkanku Tali Pengikat Naga?" tanya Vasuki yang menoleh menatap Misandari.Dengan basis kultivasi Vasuki, dia bisa mengalahkan monster ini dengan mudah. Namun, jika ingin menjinakkannya, itu jelas membutuhkan waktu yang cukup lama.Tali biasa tentu tidak akan berefek untuk monster sehebat ini. Hanya Tali Pengikat Naga yang bisa membantu Vasuki menangkap monster itu."Siapa yang berani menolak permintaan Senior," sahut Misandari sambil memberi isyarat tangan. Kemudian, kapten pengawal membawakan Tali Pengikat Naga dan menyerahkannya kepada Vasuki."Terima kasih. Aku berutang budi padamu. Kelak, cari saja aku kalau ada masalah," ujar Vasuki yang suasana hatinya sedang bai
"Senior, sepertinya Tali Pengikat Naga nggak bakal berguna lagi sekarang," sindir Luther sambil tersenyum.Tali Pengikat Naga bisa digunakan untuk menjerat monster macan tutul, tetapi tidak akan bisa menjerat ular raksasa kuning itu."Berengsek! Beraninya ular itu membunuh tungganganku! Aku akan menghabisinya!" Vasuki tentu merasa malu karena dugaannya salah. Ketika dia hendak menyerang, lagi-lagi terjadi perubahan mendadak.Tampak sebuah sosok hitam yang besar terbang melewati mereka. Itu adalah seekor elang raksasa. Sekujur tubuhnya berwarna hitam dan bulunya tampak seperti baja. Sayapnya yang dibentangkan memiliki ukuran belasan meter. Sosoknya ini seperti sebuah pesawat.Kecepatan elang raksasa sangat tinggi. Ketika menukik, dia menempuh jarak ratusan meter dalam sekejap mata. Ke mana pun dia lewat, angin kencang menderu dan batu beterbangan.Whoosh! Elang raksasa membuat semua orang kesulitan berdiri dengan stabil. Saat berikutnya, dia memelesat ke arah ular raksasa dan meraihnya