Lima menit kemudian, Toro kembali ke kamar dengan wajah bercucuran keringat. Dia melapor kepada Misandari, "Nona, kamu benar. Sebagian besar orang kita keracunan. Untung ada penawar racun darimu. Kalau nggak, hasilnya pasti akan merepotkan.""Nggak ada yang meninggal, 'kan?" tanya Misandari."Ada beberapa yang kondisinya agak parah. Mereka jadi lumpuh, tapi untung nyawa mereka nggak dalam bahaya," sahut Toro."Baguslah kalau begitu." Misandari menghela napas lega. Tatapannya yang indah terlihat agak sinis. Dia tidak sembarangan mengganggu orang, tetapi bukan orang yang bisa diusik. Siapa pun yang menggunakan metode tercela seperti ini harus mendapat ganjarannya."Toro, utus beberapa orang untuk menyelidiki kejadian ini. Cari tahu siapa dalang di balik semuanya. Begitu ada kabar, langsung kabari aku," instruksi Misandari."Baik." Toro mengiakan, lalu berbalik dan keluar. Dia tentu membenci pelaku yang telah meracuni anggotanya."Nona! Ini gawat! Sesuatu terjadi dengan Pak Jasim!" Saat i
Semua orang sontak memandang ke arah sumber suara. Terlihat tubuh Zafran yang terperangkap jaring bertambah besar. Sekujur tubuhnya dipenuhi garis hitam. Gigi dan kukunya menjadi tajam, matanya yang merah menjadi hitam, dan mulutnya terus mengeluarkan raungan binatang buas."Rawr! Rawr! Rawr!" Suara Zafran menjadi makin kuat. Ekspresinya menjadi makin mengerikan. Punggungnya bahkan menggembung sehingga mematahkan Jaring Emas secara perlahan."Rawr!" Zafran meraung lagi. Dia mencengkeram Jaring Emas dengan kuku tajamnya, lalu merobek dengan kasar.Sret! Jaring Emas yang kokoh tersobek menjadi 2 bagian dan memperlihatkan lubang besar. Para pengawal yang memegang jaring itu pun terjatuh."Gawat! Dia akan kabur!""Cepat pikirkan cara untuk menahannya!"Semua orang tampak panik. Mereka melemparkan tali ke tubuh Zafran, lalu mencoba mengikatnya. Zafran terus berteriak, tubuhnya bergetar tanpa henti. Gerakannya pun membuat tali terputus."Nggak bisa ditahan! Semuanya, cepat kabur!" Para pemud
Saat berikutnya, Zafran mundur beberapa langkah sambil meraung. Karena kehilangan akal sehat, Zafran tidak menggunakan energi sejati untuk melindungi tubuhnya sehingga hanya menggunakan fisiknya.Dengan demikian, Zafran terluka dan berlumuran darah. Ketika orang-orang mengira Zafran akan terjatuh, kejadian yang mengejutkan pun terjadi.Zafran seolah-olah tidak bisa merasakan sakit dan tidak peduli pada cederanya. Dia meraung, lalu menyerbu ke arah Davin tanpa rasa takut. Yang paling mengejutkan adalah luka Zafran pulih dengan cepat. Kecepatan ini sungguh mengerikan!"Huh! Kamu benar-benar nggak bakal kapok sebelum diberi pelajaran. Akan kubunuh kamu!" Davin tidak ingin berbelaskasihan lagi saat melihat Zafran menyerangnya. Tombaknya bergetar dan memancarkan cahaya berwarna perak hingga sekeliling tampak bercahaya.Tatapan Davin tampak fokus. Dia menarik tombaknya ke belakang, lalu menikam dengan kuat hingga terdengar deru angin.Tombak perak yang bercahaya berubah menjadi naga perak da
Kecepatan cahaya itu sungguh mengerikan. Orang yang menyerang tidak lain adalah Zafran. Dia memang terpaku dan tidak bisa melepaskan diri. Namun, dia akhirnya meraih tombak dan menarik tubuhnya ke depan.Setelah mendekati Davin, Zafran melayangkan tangannya ke leher Davin. Kukunya yang tajam pun bagaikan bilah yang membawa kekuatan mematikan."Trik murahan!" Davin mendengus menghadapi serangan Zafran. Dia sama sekali tidak takut dan melayangkan pukulan.Duar! Terdengar suara ledakan yang dahsyat. Pelindung Davin yang terbuat dari energi sejati sobek karena cakar Zafran. Bahkan, pergelangan tangan Davin putus. Darah bercucuran ke mana-mana."Argh!" Ketika melihat tangannya putus, Davin tertegun sesaat sebelum berteriak histeris. Dia tidak menyangka kuku Zafran akan setajam itu, bahkan lebih tajam daripada senjata."Tanganku! Tanganku!" Davin menggenggam tangannya yang bercucuran darah. Dia merasa terkejut sekaligus murka, tetapi lebih merasa panik.Davin mengira dirinya bisa mengalahkan
Zafran berteriak dengan suara rendah. Cairan berwarna hitam keluar dari mulutnya. Ditambah dengan ekspresi kejam dan taring tajamnya, Zafran yang sekarang benar-benar persis monster.Setelah bertatapan dengan Zafran, Davin pun merinding dan kakinya melemas. Dia segera berteriak saat melihat Luther hendak pergi, "Hei! Kamu mau ke mana? Tolong aku!"Davin tidak memiliki keberanian untuk melawan lagi setelah insiden mengerikan tadi. Dia bahkan ketakutan meskipun hanya melirik sekilas."Bukannya kamu sangat hebat? Kamu bilang aku berniat jahat, 'kan? Ya sudah, aku nggak mau ikut campur urusanmu. Kamu urus saja sendiri," ujar Luther dengan dingin.Luther tidak akan menghiraukan orang yang tidak tahu berterima kasih seperti Davin. Lagi pula, kematian Davin tidak ada hubungannya dengannya."Berhenti! Berhenti! Kuperintahkan kamu untuk segera mengusir monster itu!" pekik Davin. Akan tetapi, Luther berpura-pura tidak mendengarnya dan terus berjalan pergi."Hei! Kamu tahu siapa aku? Aku pemilik
"Sialan ...."Saat Davin hendak marah, tiba-tiba terdengar suara raungan seperti binatang buas dari depannya. Setelah melihat dengan saksama, dia menyadari Zafran sudah menyerang ke arahnya dengan ganas. Zafran berlari dengan cepat menggunakan tangan dan kakinya, kukunya yang tajam seperti baja meninggalkan goresan di lantai di setiap langkahnya."Kalian cepat selamatkan aku! Jangan biarkan monster itu mendekatiku!" teriak Davin dengan panik dan ekspresi yang berubah drastis. Dia sudah terluka parah sampai tidak memiliki tenaga untuk berdiri lagi, hanya bisa menyeret tubuhnya hancur untuk terus mundur."Kenapa kamu masih bengong saja di sana? Cepat bertindak!" teriak Davin yang tiba-tiba menoleh dan ekspresinya terlihat ganas.Namun, Luther tetap tidak bergerak dan hanya melihat dengan tenang."Luther, jangan emosional. Davin nggak boleh mati," kata Omri di samping yang mulai cemas."Nggak ada hubungannya denganku," kata Luther yang tetap tidak bergerak."Sudahlah, sepertinya harus aku
Bruk! Kepala Davin terjatuh ke lantai, lalu berguling-guling dan akhirnya berhenti di bawah kaki para murid Sekte Gauta. Mata mereka membelalak dengan ekspresi terkejut, bingung, dan tidak percaya.Hingga mati pun, Davin tidak menyangka dia bukan mati di tangan Zafran yang gila, melainkan kepalanya dipenggal oleh Luther. Mengapa? Mengapa ini bisa terjadi?Davin adalah Tombak Kematian yang terkenal dan murid dari Dinero si Raja Tombak dengan latar belakang yang kuat serta masa depan yang cerah. Perjalanannya ke Gurun Maut kali ini adalah untuk mencari harta karun dan meningkatkan kultivasinya agar terkenal ke seluruh dunia.Dia berpikir dia jelas adalah protagonisnya yang seharusnya mengatasi semua rintangan dengan lancar dan menjadi sosok yang dikagumi serta ditakuti semua orang. Mengapa? Mengapa dia harus mati di desa kecil ini? Dia berteriak tidak rela di dalam hatinya, tetapi suaranya tidak bisa keluar. Kehidupannya yang gemilang pun melintas dengan cepat di pikirannya.Sejak kecil,
Luther terus menolak, sehingga Vasuki merasa agak tidak puas. Namun, dia adalah orang yang sombong dan tidak suka terus memaksa. Dia yakin Luther pasti akan menyerah pada saat masa genting."Kalian jangan hanya berdiri bengong di sana, cepat bantu Kak Omri kalian," kata Luther sambil menoleh dan memperingatkan para murid dari Sekte Gauta itu.Saat ini, Omri sedang bertarung dengan sengit melawan Zafran yang gila. Namun seiring dengan terkurasnya tenaga, kecepatan dan kekuatannya jelas mulai menurun. Sementara itu, Zafran tetap bersemangat dan tidak mengenal lelah. Jika terus seperti ini, dia cepat atau lambat akan kalah."Cepat bantu Kak Omri!" Setelah saling memandang, para murid dari Sekte Gauta itu segera menarik pedang mereka dan hendak maju."Tunggu sebentar! Pakailah ini!" Pada saat itu, Misandari tiba-tiba mengeluarkan tali berwarna emas dan melemparkannya pada salah satu murid Sekte Gauta. Tali emas itu sangat kuat dengan cahaya yang berkilauan dan terlihat sangat istimewa."Eh