"Omong kosong! Ini adalah kaca giok hijau kekaisaran dan barang antik juga, jadi nilainya sangat tinggi," kata Toro dengan kesal."Nilainya sangat tinggi? Ternyata memang barang berharga!" kata pria paruh baya itu dengan ekspresi gembira, lalu segera menyimpan gelang giok itu dengan hati-hati."Kami buru-buru datang ke sini, jadi nggak membawa barang lain. Gelang ini termasuk berharga, aku harap kamu menyukainya," kata Misandari sambil tersenyum."Nona, karena kamu begitu tulus, aku terpaksa membantu kalian melapor pada kepala desa. Tapi, dia mau bertemu dengan kalian atau nggak, itu di luar kendaliku," kata pria paruh baya itu dengan hati-hati."Terima kasih, Paman," kata Misandari sambil menganggukkan kepala."Baiklah, kamu tunggu sebentar." Tanpa banyak berbicara lagi, pria paruh baya itu langsung berbalik dan masuk ke rumah.Tiga menit kemudian, pria paruh baya itu kembali keluar dengan tersenyum ceria. "Nona, kepala desa kami setuju untuk menemuimu. Tapi, demi keamanan, kamu hanya
"Anak muda, kamu belum memeriksa penyakitnya, sudah bilang yakin bisa menyembuhkannya. Kamu ini terlalu sombong," kata dokter desa yang jelas tidak terima dengan kata-kata Luther.Dokter desa itu memang hanya seorang dokter biasa, tetapi dia sudah memiliki pengalaman selama puluhan tahun dan menolong banyak orang. Bahkan dia pun tidak bisa menyembuhkan penyakit ini, bagaimana mungkin anak muda ini bisa melakukannya."Pasien ini punya tiga belas luka luar dan yang paling parah adalah luka tusukan dari dada tembus ke punggung ini. Untungnya, fisiknya cukup kuat, jadi nggak fatal. Yang benar-benar bermasalah adalah racun di tubuhnya. Lima organ dalamnya sudah rusak. Kalau racunnya nggak segera dikeluarkan, pasien nggak akan bertahan sampai besok," jelas Luther tentang kondisi Zafran dengan detail."Bagaimana ... kamu bisa tahu semua ini?" tanya dokter desa itu dengan terkejut. Dia baru bisa mendapatkan kesimpulan tentang kondisi pasien setelah meneliti dan memeriksa nadi pasien. Bagaimana
"Zafran, tenanglah, sekarang kamu sudah aman. Nggak ada yang bisa menyakitimu lagi, jadi nggak perlu takut." Melihat emosi Zafran yang tidak stabil, Misandari segera menenangkannya. Jika Zafran tetap dalam kondisi seperti ini, dia tidak akan bisa mendapat informasi yang berguna.Namun, sekarang Zafran sudah dalam kondisi yang sangat ketakutan dan sama sekali tidak bisa tenang. Dia tetap memegang kepalanya dan terus bergumam sambil gemetar."Dia ... nggak gila, 'kan? Apa yang harus kita lakukan?" tanya Jasim yang cemas. Dia akhirnya berhasil mendapatkan sumber penghasilannya, tetapi orang itu ternyata tidak waras. Sungguh menyebalkan."Luther, apa ada cara untuk menenangkannya?" tanya Misandari."Caranya mudah." Tanpa banyak berbicara lagi, Luther mengeluarkan sebuah jarum perak dan langsung menusukkannya ke bagian belakang leher Zafran. Seluruh tubuh Zafran pun menjadi kaku, lalu langsung pingsan di tempat tidur dan menjadi tenang."Apa ini cara yang kamu maksud?" tanya Misandari denga
Sekte Drakonas adalah pemimpin dari 3 sekte terbesar di barat daya. Kekuatan mereka jauh lebih hebat daripada Sekte Gauta dan Sekte Ligiken.Penduduk desa tentu tidak berani menyinggung eksistensi seperti ini. Bagaimanapun, jika desa di gurun ingin bertahan, mereka butuh perlindungan Sekte Drakonas."Pak Jasim, terus terang saja, Sekte Drakonas menginginkan orang yang kamu tolong itu. Kalau kamu menyerahkannya kepada kami, Sekte Drakonas akan menjadi temanmu mulai sekarang," ucap Gino sambil mengangkat kepalanya dengan sombong.Sesudah mendengar ini, ekspresi Jasim tampak rumit. Dia awalnya ingin menggunakan Zafran untuk mendapat uang. Tanpa diduga, malah ada begitu banyak kelompok besar yang menginginkannya.Terutama setelah Sekte Drakonas membuka suara, Jasim tidak bisa menolak. Tentu saja, semua ini karena dia tidak memiliki kepercayaan diri."Gino, kita semua punya tujuan yang sama. Nggak cocok kalau kamu mengambil keuntungan sendiri, 'kan?" Khair dari Sekte Ligiken akhirnya bersua
Manusia seharusnya memikirkan keselamatan sendiri. Jasim tidak bisa menyinggung semua kelompok besar ini, jadi hanya bisa melemparkan tanggung jawab kepada Luther. Dengan demikian, hasil akhir tidak berkaitan dengannya lagi."Hm?" Luther mengangkat alisnya saat ditunjuk Jasim. 'Dasar pria tua licik! Sebelumnya kamu gila pujian, tapi sekarang kamu lepas tanggung jawab!'"Hei, serahkan orang di dalam kepadaku, aku bisa memberimu kekayaan," ujar Gino yang menatap Luther. Nada bicaranya terdengar memerintah."Siapa kamu? Apa aku mengenalmu?" tanya Luther dengan tidak acuh."Aku murid kedua Sekte Drakonas, Gino. Asalkan kamu menyerahkannya kepadaku, Sekte Drakonas akan menjadi penyokongmu," sahut Gino dengan angkuh."Gimana kalau aku menolak?" tanya Luther."Menolak? Huh!" Gino mendengus dan meneruskan, "Kalau kamu menolak, berarti kamu melawan Sekte Drakonas. Apa kamu sanggup menanggung konsekuensi seperti ini?"Menurut Gino, Luther hanya tokoh kecil yang lemah. Beraninya dia melawan Sekte
"Omri, lawanmu adalah aku!" seru Khair sembari menghunuskan pedang dan menghalangi jalan Omri.Kekuatan kedua orang ini hampir sama sehingga pertarungan menjadi sangat sengit. Omri ingin membantu Luther, tetapi tidak bisa terlepas dari serangan orang-orang ini. Itu sebabnya, dia hanya bisa menyaksikan murid Sekte Drakonas menyerang Luther.Ketika Omri mengira Luther akan dilumpuhkan oleh musuh, sesuatu yang berada di luar dugaan pun terjadi. Terdengar suara pukulan yang nyaring.Kedua murid Sekte Drakonas yang baru mendekat itu terhempas karena pukulan Luther. Mereka terbanting dengan kuat sehingga kesulitan untuk berdiri. Seluruh proses ini terlalu cepat sampai-sampai tidak ada yang sempat bereaksi."Eh?" Omri termangu. Murid-murid Sekte Drakonas itu adalah petarung elite. Orang biasa tidak mungkin bisa melawan mereka.Namun, Luther berhasil menjatuhkan mereka hanya dengan 2 pukulan? Bukankah itu berarti kekuatannya setidaknya telah mencapai tingkat sejati? Di sekte besar, orang denga
Brr! Pedang Gino bergetar dan mengeluarkan dengungan. Sementara itu, Luther mengapit ujung pedang dengan santai. Tidak peduli bagaimana Gino mengerahkan tenaga, dia tetap kesulitan untuk menggerakkan pedangnya."Apa? Dia berhasil menghentikan serangan Gino?" Semua orang terkesiap dengan pemandangan ini. Tidak ada yang menyangka Luther memiliki kekuatan sehebat ini. Menghentikan serangan fatal Gino dengan tangan kosong? Sehebat apa Luther ini?"Gi ... gimana mungkin?" Ekspresi Gino berubah drastis. Jantungnya berdetak kencang. Dia memang hanya mengerahkan 70% kekuatannya, tetapi petarung tingkat sejati biasa tidak akan bisa menahan serangan semacam itu.Gino pun tidak pernah melihat orang seperti Luther, yang berhasil menghentikan serangannya hanya dengan mengapit ujung pedangnya."Apa bocah ini cuma menguasai satu serangan?" gumam seorang gadis berkuncir kuda dengan raut wajah masam dan mengernyit. Dia adalah murid Sekte Ligiken.Sebelumnya, Luther juga mengapit pedang gadis ini saat b
"Apa aku masih perlu menyerahkan orang itu kepadamu?" tanya Luther sambil menatap Gino. Tatapannya terlihat datar, tidak ada emosi yang terungkap."Uhuk, uhuk ...." Gino memuntahkan darah saat terbatuk. Dia bangkit dengan sempoyongan, lalu membentak dengan penuh kebencian, "Siapa sebenarnya kamu? Beraninya kamu melawan Sekte Drakonas!""Kamu nggak berhak tahu identitasku." Luther meneruskan dengan nada datar, "Selagi aku belum marah besar, sebaiknya kamu pergi sejauh mungkin. Kalau nggak, akibatnya akan lebih fatal dari ini.""Kamu ...." Gino menggertakkan gigi. Dia ingin melancarkan serangan lagi, tetapi hanya bisa menahan diri untuk sekarang.Kekuatan Luther jelas jauh lebih hebat darinya. Jika bersikeras melawan, Gino hanya akan terkesan bodoh. Dia akan menunggu sampai para tetua datang."Bocah, aku nggak akan melupakan kejadian ini. Tunggu saja. Suatu hari nanti, aku pasti akan membalas penghinaan ini berkali-kali lipat!" Setelah mengancam, Gino membawa orang-orangnya pergi."Kenap