Semua orang bertatapan dengan ragu. Mereka tahu kondisi kesehatan Walter kurang baik, tetapi yakin Walter masih bisa bertahan beberapa tahun. Kini semua masalah telah teratasi, tetapi Walter tiba-tiba memilih untuk menyerahkan takhtanya."Raja, apa ini nggak terlalu terburu-buru?" tanya Haruna."Ya, Raja. Kamu masih sehat dan akan berumur panjang. Kenapa membuat keputusan secepat itu?" tanya Arafu.Orang lainnya juga merasa bingung, tetapi tidak ada yang berani bersuara. Jika membujuk Walter, mereka hanya akan menyinggung raja baru. Jadi, yang bisa mereka lakukan untuk sekarang hanya mengamati situasi."Aku tahu kondisiku sendiri. Aku rasa aku nggak bisa bertahan lama lagi. Selagi kalian semua ada di sini, aku ingin mengatur semuanya terlebih dahulu supaya bisa tenang." Walter tersenyum."Raja ...." Haruna masih ingin berbicara, tetapi Walter mengangkat tangan dan menyela, "Sudahlah. Aku sudah membuat keputusan. Jangan membujukku lagi."Walter kembali menatap semua orang, lalu berucap
Ucapan Sandya ini membuat sebagian besar orang bertatapan. Orang cerdas pasti bisa menilai bahwa dukungan yang diperoleh Huston lebih banyak. Jadi, memilih Huston barulah tindakan paling bijaksana.Sebagai amangkurat Atlandia yang terkenal akan kecerdasannya, bagaimana bisa Sandya membuat pilihan yang bertolak belakang dengan orang-orang? Kenapa dia memilih Gerald? Ini sungguh tidak wajar."Aku kurang setuju." Rajib membantah, "Ilmu bela diri Pangeran Gerald memang tak tertandingi di seluruh Atlandia. Tapi, ini bukan berarti dia pantas mewarisi takhta.""Sementara itu, Pangeran Huston berbakat dan mendapat banyak dukungan. Dia telah mengasah kemampuannya di kemiliteran selama bertahun-tahun. Atlandia pasti akan berjaya kalau dipimpin olehnya."Huston adalah keponakan Kaisar sekaligus calon menantunya. Kedua belah pihak punya perjanjian pernikahan. Bagaimanapun, Rajib akan mendukung Huston.Asalkan Huston menjadi raja, maka putrinya akan menjadi ratu. Dengan demikian, status Rajib pun a
"Nggak masalah. Hari ini pesta keluarga. Siapa pun yang datang kemari adalah keluarga. Katakan saja, nggak perlu malu-malu." Walter terkekeh-kekeh."Kalau begitu, aku nggak akan sungkan-sungkan lagi." Yogi bangkit, lalu menangkupkan tangannya sambil meneruskan, "Ini cuma pendapatku. Kalau ada yang merasa tersinggung, tolong maafkan aku.""Jenderal, jangan sungkan begini. Kamu memegang peran penting di Atlandia. Penilaianmu pasti berbeda dengan kami.""Benar, Jenderal. Beri tahu kami siapa yang kamu dukung. Kami semua ingin mendengarnya."Semua orang mulai mendesak Yogi. Jelas sekali, mereka semua merasa penasaran. Kehebatan Yogi tidak perlu diragukan lagi. Dia adalah jenderal hebat Negara Drago sekaligus pewaris Keluarga Devano di masa depan. Pengaruhnya tentu besar."Oke, aku akan terus terang." Yogi berdeham dan berkata dengan serius, "Kalau mempertimbangkan seluruh aspek dan mengutamakan bakat, Gerald adalah pilihan paling tepat.""Tentunya, dia juga punya banyak kekurangan karena t
Ucapan Jayden sontak membuat orang-orang bertatapan. Sebagai jenderal kavaleri, kepribadian Jayden memang dikritik oleh publik, tetapi kemampuannya tidak perlu diragukan lagi.Bagaimanapun, Jayden bisa mencapai posisinya yang sekarang dengan melewati berbagai pertumpahan darah. Jika orang seperti Jayden saja merasa Gerald lebih cocok menjadi raja, bukankah itu berarti mereka harus mempertimbangkan ulang keputusan mereka?Sebelumnya, mereka merasa tidak ada kelompok yang mendukung Gerald sehingga Huston lebih cocok menjadi raja. Namun, dilihat dari situasi sekarang, sepertinya pemikiran mereka salah.Pertama ada Yogi sang jenderal hebat yang mendukung Gerald, sekarang muncul lagi Jayden sang jenderal kavaleri. Posisi kedua orang ini sudah cukup untuk membuat mereka berubah pikiran."Jayden, coba jelaskan kenapa kamu memilih Gerald?" tanya Walter sambil tersenyum."Alasanku memilih Gerald hanpir sama dengan Jenderal Yogi. Aku lebih mementingkan bakat dan kemampuan seseorang. Aku yakin ka
"Hm?" Begitu mendengarnya, orang-orang pun kebingungan. Mereka bertatapan, tidak mengerti apa yang terjadi.Situasi macam apa ini? Posisi Raja Atlandia jelas-jelas begitu terhormat dan menjadi incaran. Pada umumnya, para pangeran akan berebutan posisi hingga terjadi perselisihan internal. Lantas, kenapa kali ini berbeda?Gerald dan Huston bukan hanya tidak berebutan, bahkan berinisiatif menyerah, seolah-olah takhta tidak ada apa-apanya di mata mereka. Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.Saat ini, baik pendukung Gerald ataupun pendukung Huston, semuanya hanya bisa terperangah dan tidak tahu harus mengatakan apa. Mereka sibuk berdebat, tetapi kedua bersaudara ini malah sama-sama menolak."Kak, bukannya kita sudah sepakat waktu itu? Kamu jadi raja dan aku jadi jenderal. Kenapa tiba-tiba berubah?" tanya Huston dengan agak kesal."Sejak kapan kita sepakat? Aku nggak menyetujui permintaanmu. Aku sudah terbiasa hidup bebas, nggak suka dikekang orang. Takhta ini hanya akan menjadi
Meskipun demikian, Jayden tidak berani melontarkan sepatah kata pun. Meskipun Gerald dan Huston menolak mewarisi takhta, posisi itu jelas bukan untuknya. Jika tidak, Jayden hanya akan berakhir seperti Yusuf."Sudahlah! Dasar anak kurang ajar! Aku menyuruh kalian mewarisi takhta, tapi kalian seperti akan menerima hukuman saja! Memangnya sesulit itu mewarisi takhta?" bentak Walter. Sikap kedua putranya membuatnya cukup kesal. Memalukan sekali."Aku benar-benar nggak tertarik, jadi untuk Huston saja," ujar Luther sambil mengedikkan bahunya."Aku nggak sanggup memikul tanggung jawab sebesar itu, jadi harus Kak Gerald yang menjadi raja," ucap Huston dengan tegas."Tutup mulut kalian!" Walter sontak menggebrak meja. Dia menghardik, "Aku yang akan membuat keputusan! Kalian nggak boleh menolak! Kalau bukan karena kesehatanku menurun, mana mungkin kalian berkesempatan menjadi raja secepat itu!"Ketika melihat Walter marah, Huston pun tidak berani bersuara lagi. Akan tetapi, ekspresinya yang ker
"Orang-orangmu nggak akan bisa membantu. Selain itu, aku sudah berjanji padanya. Aku nggak boleh ingkar janji," sahut Luther.Luther memiliki Mutiara Sudama, jadi peluang untuk menemukan sumber energi naga lebih besar. Kalau itu orang lain, mereka tidak akan tahu harus memulai dari mana."Oke, kamu boleh mencari sumber energi naga. Terus, gimana setelah tugasmu itu selesai?" tanya Walter."Nanti baru dipikirkan, soalnya aku belum membuat rencana," sahut Luther sambil menggeleng."Kalau begitu, biar aku yang buat rencana saja untukmu. Setelah tugasmu selesai, kamu harus mewarisi takhta. Aku akan mengatur semuanya untukmu, jadi kamu nggak perlu mencemaskan apa pun," ucap Walter dengan ekspresi serius."Sudah kubilang, aku nggak mau jadi raja," tolak Luther lagi."Kamu putraku. Siapa lagi yang bisa jadi raja selain kamu? Masa kamu membiarkan Huston mewarisi takhta?" tanya Walter dengan kesal."Huston berbakat. Kenapa nggak?" balas Luther."Huston memang berbakat, tapi dia cuma bisa menjad
"Ya sudah. Sekarang sudah malam. Kamu istirahat saja." Walter melambaikan tangannya dengan ekspresi lelah.Walter memilih Gerald untuk mewarisi takhta karena tahu kemampuannya, juga karena merasa bersalah kepadanya. Dia ingin menebus kesalahannya kepada Gerald.Sayangnya, putranya tidak memiliki ambisi apa pun. Gerald tidak berpikir untuk menjadi penguasa dunia. Itu sebabnya, Walter tidak ingin memaksa lagi.Walter yakin masa hidupnya tidak lama lagi. Dia hanya berharap kedua putranya hidup damai dan bahagia. Adapun sisanya, dia tidak ingin memikirkannya lagi.Luther membuka mulutnya, tetapi tidak berbicara lagi. Pada akhirnya, dia bangkit dan pergi. Untuk sekarang, dia belum memiliki kesadaran seorang raja.Di mata orang lain, Raja Atlandia adalah pemegang kekuasaan besar, mewakili kemuliaan serta kejayaan, juga merupakan eksistensi yang berada di puncak dunia.Namun di mata Luther, posisi ini terlalu berat. Begitu menjabat, dia harus memikul tanggung jawab besar. Ketika saat itu tiba