"Maksud Ratu, kami harus mencari pengkhianat itu?" tanya Dodi."Bukan, mencari pengkhianat dan pembunuh itu adalah tugas Fuso. Tugas kalian jauh lebih penting," sahut Haruna.Haruna meneruskan dengan ekspresi sungguh-sungguh, "Kondisi di Atlandia kurang stabil beberapa tahun ini. Dulu ada Raja yang memerintah, jadi nggak ada yang berani semena-mena. Tapi, kini Raja sudah tiada. Atlandia pasti akan kacau balau dan istana akan menjadi sasaran semua orang.""Aku mengumpulkan kalian supaya kalian menjamin keselamatan istana. Siapa pun yang punya niat jahat pada anggota kerajaan harus dibunuh tanpa ampun!""Baik!" Dodi mengiakan. Ini adalah masa kritis. Walter sudah tiada sehingga istana akan mulai goyah. Jika tidak distabilkan, bukan hanya istana, tetapi seluruh Atlandia akan hancur dan akhirnya terpecah. Ketika saat itu tiba, rakyat akan sengsara!"Jenderal Dodi, kamu orang kepercayaan Raja, juga pilar istana ini. Semuanya bergantung padamu sekarang," ujar Haruna dengan serius."Aku pasti
"Kak, aku tahu kamu sangat sibuk sekarang. Tapi, dengarkan dulu penjelasanku." Misandari tersenyum tipis, lalu meneruskan, "Mereka cuma percaya padamu dan menganggapmu sebagai penyelamat. Kalau kamu menerima mereka, manfaatnya akan sangat besar. Misalnya waktu kamu merasa kesepian ....""Hei! Jangan bercanda! Yang serius sedikit!" tegur Luther dengan kesal."Ya, ya. Aku akan serius." Misandari menyingkirkan senyumannya, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, "Jujur saja, mereka adalah bibit unggul yang langka. Aku sudah membantumu memilih. Semuanya cerdas dan tangguh. Asalkan dibina, mereka bisa menjadi bawahan hebat di masa depan.""Apa maksudmu?" tanya Luther sambil memicingkan mata."Kamu pasti tahu betapa pentingnya mata-mata, 'kan? Apalagi wanita. Wanita punya kelebihan yang unik dalam beberapa aspek. Kalau mereka semua dilatih menjadi mata-mata, kamu akan untung besar!" jelas Misandari."Mudah sekali kamu bicaranya. Kita butuh waktu dan energi yang banyak untuk melatih mata-mata. A
Luther termangu melihat situasi ini. Ucapan gadis berpakaian kuning itu sungguh mengejutkan. Luther tidak menyangka para gadis ini masih memikirkan orang lain setelah melewati hal-hal yang begitu mengerikan. Luther sendiri belum tentu memiliki kesadaran seperti ini.Seperti yang dikatakan Misandari, para gadis ini memang sangat langka. Mereka berada di tengah-tengah kegelapan, tetapi cahaya di dalam hati mereka tidak pernah padam. Siapa bilang pria lebih hebat dari wanita? Para wanita ini adalah pahlawan sesungguhnya. Dunia baru akan damai dengan kehadiran mereka."Kak, ayo buat keputusan. Kalau kamu nggak menerima mereka, aku khawatir mereka nggak punya semangat untuk hidup lagi," ucap Misandari."Kalian nggak menyesali keputusan ini?" tanya Luther dengan sungguh-sungguh."Nggak akan! Kami nggak akan menyesal!" sahut para gadis itu secara serempak."Oke, aku akan mengatur orang untuk membina kalian. Kalau kalian sanggup bertahan, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk mewujudkan harap
Luther tampak berang dan dipenuhi niat membunuh. Meskipun hubungannya dengan sang ayah sempat buruk, Luther telah memahami keputusan Walter seiring berjalannya waktu.Terutama saat mendengar Walter sakit parah, amarah Luther langsung sirna. Dia hanya berharap Paviliun Lingga bisa segera dibinasakan dan berbakti di hari-hari terakhir Walter.Tanpa diduga, sebelum keduanya bertemu, Walter sudah diserang pembunuh dan tewas. Pukulan ini sungguh besar untuk Luther."Pedang Cakrawala!" teriak Luther tiba-tiba. Kemudian, dia menyerbu ke luar dengan pedangnya. Ini adalah dendam kesumat yang harus dibalaskan."Yang Mulia, tenang sedikit." Ketika melihat Luther begitu emosional, Sutomo segera menahannya. "Paviliun Lingga pasti membuat persiapan matang. Kalau bertindak gegabah, bukan hanya dendam nggak bisa terbalaskan, tapi nyawamu juga bisa melayang.""Minggir!" bentak Luther dengan mata memerah dan meletakkan pedang di leher Sutomo. Seketika, kulit Sutomo tergores dan darah mengalir keluar."Y
"Baiklah, kamu bisa menyamar menjadi pengawal. Tapi sebelum itu, kamu harus merias wajah sedikit supaya nggak ketahuan." Sutomo akhirnya mengalah. Meskipun berisiko, dia tidak punya pilihan lain.Siang hari, di kediaman Raja Atlandia. Meskipun kabar kematian Walter dirahasiakan, pejabat yang datang cukup banyak. Beberapa merasa kehilangan, tetapi ada juga yang merasa senang di atas penderitaan orang.Terlihat 2 pria paruh baya bertubuh kekar dan berzirah berjalan masuk. Masing-masing membawa pasukan. Semua bawahan mereka membawa golok dan tampak galak. Keduanya tidak lain adalah Abram dan Chokri."Kedua jenderal, tolong lepaskan zirah dan senjata kalian sebelum masuk," ujar seorang pengawal sambil memberi hormat."Huh! Aku nggak pernah melepaskan zirah dan senjataku kalau berada di luar! Minggir!" tegur Abram."Jenderal, ini aturan istana. Tolong dituruti," kata pengawal itu lagi."Aturan? Aturan bapakmu!" Abram sontak menampar pengawal itu dan membentak, "Siapa kamu? Beraninya kamu me
Mereka berdua memang datang untuk menunjukkan kehebatan. Tanpa diduga, Haruna malah terlihat begitu mendominasi. Mereka baru bertemu, tetapi Haruna sudah menuduh mereka ingin memberontak. Jika mereka dinyatakan bersalah, bukankah mereka tidak akan bisa meninggalkan istana hari ini?"Ratu, jangan bercanda. Itu adalah dosa besar. Sekalipun bernyali besar, kami nggak akan berani melakukan hal semacam itu!" jelas Chokri."Benar, kami setia pada Raja. Mana mungkin melakukan hal tercela seperti itu?" Abram turut membantah. Meskipun keduanya memiliki ambisi besar, mereka tidak akan menyatakannya secara terang-terangan. Setidaknya, sekarang bukan waktu yang tepat."Kalau bukan ingin memberontak, kenapa masih nggak melepaskan zirah kalian? Kalian nggak tahu aturan istana?" tegur Haruna tanpa rasa sungkan sedikit pun.Mereka hanya jenderal kelas 2, tetapi berani bertindak semena-mena di istana hanya karena punya sedikit kekuasaan? Jika Walter masih hidup, mana mungkin mereka berani bertingkah se
"Raja, semoga kamu bahagia di alam sana!" Chokri tiba-tiba berseru, lalu bersujud 3 kali dengan kuat. Matanya berkaca-kaca, seolah-olah dirinya memang sangat sedih. Meskipun keduanya sama-sama bersandiwara, Chokri terlihat lebih mendalami perannya."Jenderal Kavaleri telah tiba!" Terdengar seruan lantang dari luar aula. Saat berikutnya, terlihat pria paruh baya berzirah emas dan berwajah tampan masuk dengan tergesa-gesa. Dia tidak lain adalah Jayden, jenderal kavaleri sekaligus adik sepupu Walter.Sejak kecil, Jayden sangat berbakat, baik itu dalam hal politik ataupun bertarung. Tanpa kehadiran Walter, dia adalah genius terhebat di Keluarga Bennett. Sayang sekali, di hadapan Walter yang tak tertandingi, genius sehebat apa pun akan kalah dibuatnya."Salam, Jenderal." Begitu melihat Jayden, Abram dan Chokri berhenti bersandiwara dan memberi hormat. Mereka bisa mendapat promosi berkat Jayden. Dengan kata lain, mereka adalah orang kepercayaan Jayden. Hubungan mereka sama seperti Walter den
"Marsekal Atlandia adalah posisi yang sangat penting. Kita bukan hanya harus melakukan pemungutan suara, tapi juga melaporkannya kepada Kaisar. Kita nggak boleh membuat keputusan sendiri karena Kaisar yang menentukan," ujar Haruna dengan waspada.Haruna awalnya mengira Jayden datang karena tulus ingin melayat. Namun, setelah mendengar ucapan Abram dengan Chokri, dia langsung menyadari tujuan kedatangan Jayden tidak setulus itu.Prestise Jayden hanya di bawah Walter. Sebagai jenderal kavaleri, Jayden bukan hanya punya banyak jenderal yang bisa dipercaya, tetapi juga menguasai setengah kekuatan militer Atlandia.Setelah Walter meninggal, yang memperoleh keuntungan terbesar sudah pasti Jayden. Apalagi, sekarang Jayden telah menunjukkan ambisinya.Walter baru meninggal, tetapi Jayden sudah tidak sabar untuk merebut kekuasaan. Haruna mau tak mau mencurigai Jayden. Dia bahkan curiga Jayden bersekongkol dengan anggota Paviliun Lingga yang tersisa. Kalau benar seperti itu, akibatnya akan sanga
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru