Begitu ucapan ini dilontarkan, Sutan bak disambar petir. Hingga sekarang, dia baru menyadari betapa seriusnya masalah ini.Jika hanya kesalahan biasa, mereka paling-paling akan didenda atau mendapat teguran. Kalaupun parah, pangkat mereka akan diturunkan.Namun, sekarang dirinya dijatuhkan hukuman penggal! Situasi macam apa ini? Bagaimana mungkin gubernur yang bermartabat sepertinya dibunuh begitu saja?"Raja! Raja, tolong maafkan aku!" Sutan makin panik saat hendak dibawa pergi. Dia segera bersujud memohon ampun. "Aku memang kurang mendisiplinkan putraku, tapi kesalahan ini nggak sampai harus mencabut nyawaku, 'kan?""Kurang mendisiplinkan putramu? Huh! Enteng sekali kamu bicaranya," balas Walter dengan wajah dingin."Raja, kesalahan besar apa yang telah kulakukan? Kenapa kamu begitu marah padaku?" tanya Sutan dengan ekspresi sedih."Memangnya kamu nggak tahu apa saja yang telah kamu lakukan selama bertahun-tahun ini?" balas Walter."Aku benar-benar nggak tahu. Mohon dijelaskan." Suta
Mino dan Sutan tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka menyesal hingga tidak berani mengangkat kepala dan hanya bisa berlinang air mata. Entah sejak kapan, mereka menjadi terobsesi pada wanita dan kekayaan.Ketika memegang kekuasaan besar, mereka malah melupakan tujuan awal dan terjerumus dalam kenikmatan duniawi. Sayangnya, penyesalan ini sudah terlambat. Mereka tidak bisa kembali seperti dulu lagi."Sutan, Mino, bagaimana aku harus menghukum kalian sekarang?" tanya Walter lagi."Raja, aku tahu ini dosa besar. Aku bersedia mati untuk menebus kesalahanku, tapi tolong lepaskan keluargaku," sahut Mino dengan suara bergetar."Aku nggak akan melibatkan orang nggak bersalah ke dalam masalah ini. Tapi, siapa pun yang terlibat harus mati," jelas Walter."Terima kasih, Yang Mulia." Mino memaksakan senyuman, lalu bersujud 3 kali dengan sepenuh hati sambil berucap, "Bisa menjadi bawahanmu adalah kehormatanku untuk seumur hidup. Kalau ada kesempatan di kehidupan selanjutnya, aku pasti akan menjadi o
Sutan sudah kehilangan akal sehatnya sekarang. Menurutnya, dirinya sangat berjasa karena telah membantu Walter mengurus Atlandia dengan baik. Selain itu, Atlandia bisa menjadi makmur juga karena kontribusinya.Sutan hanya menggunakan jabatannya untuk bersenang-senang sedikit. Apa kesalahannya? Dia memiliki kekuasaan dan kekayaan, masa tidak boleh dinikmati? Kalau seperti itu, apa gunanya jabatannya?Lagi pula, nyawa para rakyat jelata itu tidak bisa dibandingkan dengan nyawa seorang gubernur. Dia tidak merasa dirinya membuat kesalahan, melainkan merasa Walter sangat bodoh."Sutan, kamu masih nggak menyesal?" Walter menggeleng dengan kecewa. "Kamu telah melakukan pembunuhan dan menginjak-injak rakyat. Apa bedanya perbuatanmu ini dengan orang Genodia?""Aku berjasa! Aku yang membuat Atlandia makmur seperti sekarang. Rakyat bisa hidup damai dan bahagia karena aku. Kenapa memangnya kalau aku membunuh beberapa orang nggak penting?" timpal Sutan dengan lantang."Sutan, kamu memang berjasa. T
Sebagai algojo, Fuso sudah lama tidak melakukan pembantaian sejak Atlandia damai. Tindakan Sutan hari ini membuatnya mau tak mau turun tangan. Idiot ini bukan hanya mencelakai diri sendiri, tetapi juga membunuh seluruh keluarganya."Mino telah mengakhiri hidup demi menebus dosanya, jadi akan diturunkan menjadi rakyat jelata. Jasadnya boleh dikubur dengan baik. Adapun anggota Keluarga Kosasih yang bersalah, mereka tetap harus dihukum. Sisanya dibebaskan dari hukuman apa pun," instruksi Walter."Baik!" Dodi menangkupkan tangan dan memerintahkan orang untuk membawa jasad Mino pergi. Segera, hanya tersisa Walter dan Haruna."Uhuk, uhuk, uhuk ...." Setelah semua orang pergi, Walter tidak bisa bertahan lagi. Dia terbatuk dan tubuhnya sempoyongan."Raja, kamu baik-baik saja?" Haruna yang terkejut segera maju untuk memapah."Aku baik-baik saja, semua ini penyakit lama." Walter menggeleng sambil menyeka sudut bibirnya."Raja, kamu batuk darah? Aku akan segera panggil dokter." Ekspresi Haruna di
"Kamu benar, Huston memang berbakat. Ilmu bela dirinya adalah yang terhebat di Pasukan Naga Hitam. Aku saja nggak sehebat itu waktu muda. Kalau di bidang militer, kemampuan Huston nggak perlu diragukan lagi.""Para jenderal sering melaporkan prestasi Huston padaku. Aku melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana dia tumbuh dewasa. Aku bangga punya putra seperti dia," ujar Walter dengan gembira.Haruna merasa lega mendengarnya. Dia tidak menyangka Walter yang begitu sibuk masih sempat memperhatikan perkembangan putranya."Haruna, kemampuan Huston memang nggak perlu diragukan lagi. Dia bisa menjadi jenderal yang membantu Atlandia memperluas wilayah. Tapi, dia belum bisa menjadi raja untuk sekarang," ucap Walter tiba-tiba. Haruna termangu mendengarnya."Kalau aku masih punya waktu, aku pasti akan membinanya secara perlahan sampai akhirnya dia pantas menjadi Raja Atlandia. Sayangnya, waktuku sudah nggak banyak sekarang," lanjut Walter sambil menggeleng."Raja, maksudmu ...." Haruna tampak
Saat ini, sesuatu yang mencengangkan tiba-tiba terjadi. Terdengar suara benturan yang kuat. Atap aula tengah roboh dan muncul sesosok berpakaian hitam yang memegang pedang. Jelas sekali, dia seorang pembunuh."Raja, hati-hati!" pekik Haruna setelah termangu sesaat."Walter, ajalmu sudah tiba! Serahkan nyawamu!" seru pembunuh itu sambil mengarahkan pedang ke tubuh Walter.Serangan itu secepat kilat hingga hanya terlihat cahaya pedang. Siapa pun akan sulit untuk bereaksi. Saat berikutnya, pedang itu menembus dada Walter.Walter membeku di tempat. Dia menunduk menatap pedang itu dengan terbengong-bengong. Di sisi lain, Haruna yang berdiri di depan pintu memelotot dengan tidak percaya.Penjagaan di istana sangat ketat. Bagaimana bisa ada pembunuh yang menyusup masuk? Parahnya, Fuso dan Dodi sedang keluar untuk menjalankan tugas. Waktu ini terlalu tepat seolah-olah semua sudah direncanakan dengan matang."Walter! Ini akibat dari melawan Paviliun Lingga!" Pembunuh itu mencabut pedangnya, mem
"Raja! Raja! Cepat bangun!" Haruna berteriak histeris melihat Walter yang tidak bernapas lagi. Semua terjadi terlalu mendadak. Dia tidak menyangka Walter akan meninggal di pelukannya seperti ini.Sementara itu, semua orang yang datang setelah mendengar kehebohan pun meneteskan air mata. Walter adalah penguasa Atlandia. Kematiannya yang mendadak ini sama saja dengan runtuhnya seluruh langit Atlandia.Waktu terus berjalan. Keesokan pagi, seluruh kediaman Raja Atlandia dipenuhi suasana duka. Aula yang sebelumnya digunakan untuk rapat dan menjamu tamu seketika menjadi aula berkabung. Di bagian tengah, terlihat pula peti mati hitam dengan ukiran indah.Walter tampak berbaring di dalam. Wajahnya sangat tenang. Orang-orang berlutut di aula untuk memberi penghormatan. Sebagian besar adalah orang kepercayaan Walter dan keturunan Keluarga Bennett. Semuanya terlihat sangat sedih.Haruna berlutut di barisan paling depan. Dia menatap potret Walter sambil berlinang air mata. Fuso tiba-tiba masuk dan
"Maksud Ratu, kami harus mencari pengkhianat itu?" tanya Dodi."Bukan, mencari pengkhianat dan pembunuh itu adalah tugas Fuso. Tugas kalian jauh lebih penting," sahut Haruna.Haruna meneruskan dengan ekspresi sungguh-sungguh, "Kondisi di Atlandia kurang stabil beberapa tahun ini. Dulu ada Raja yang memerintah, jadi nggak ada yang berani semena-mena. Tapi, kini Raja sudah tiada. Atlandia pasti akan kacau balau dan istana akan menjadi sasaran semua orang.""Aku mengumpulkan kalian supaya kalian menjamin keselamatan istana. Siapa pun yang punya niat jahat pada anggota kerajaan harus dibunuh tanpa ampun!""Baik!" Dodi mengiakan. Ini adalah masa kritis. Walter sudah tiada sehingga istana akan mulai goyah. Jika tidak distabilkan, bukan hanya istana, tetapi seluruh Atlandia akan hancur dan akhirnya terpecah. Ketika saat itu tiba, rakyat akan sengsara!"Jenderal Dodi, kamu orang kepercayaan Raja, juga pilar istana ini. Semuanya bergantung padamu sekarang," ujar Haruna dengan serius."Aku pasti