Di kota kerajaan Atlandia.Setelah turun dari pesawat, Luther dan Misandari pun menaiki mobil MPV. Mereka berusaha untuk tidak terlihat mencolok supaya tidak menarik perhatian siapa pun.Mereka berangkat tanpa membawa bawahan apa pun. Para bawahan sudah tiba duluan kemarin malam. Dengan begini, posisi mereka akan lebih aman.Dari jendela mobil, Misandari bisa melihat jalanan yang makmur. Jika dibandingkan dengan Midyar yang ramai, pemandangan di Atlandia tentu berbeda.Baik itu wilayah ataupun adat istiadat Atlandia, semua jauh berbeda dari Midyar. Hal ini membuat Misandari yang jarang meninggalkan Midyar tak kuasa merasa takjub."Aku nggak sangka perubahan di Midyar sebesar ini. Waktu aku masih kecil, rata-rata bangunan di tempat ini sangat rendah. Dalam belasan tahun, Atlandia sudah hampir setara dengan Midyar," ujar Misandari sambil mengamati ke sekeliling."Benar. Perubahannya terlalu besar sampai-sampai aku bisa tersesat." Ekspresi Luther terlihat agak rumit. Dia tidak pernah meng
Makam Keluarga Bennett juga disebut makam kerajaan. Tempat ini sangat luas, memiliki pemandangan asri dan fasilitas yang lengkap.Di musim semi, bunga-bunga akan bermekaran. Di musim panas, pepohonan tampak sangat hijau. Di musim gugur, daun-daun yang berguguran membuat pemandangan makin indah. Di musim dingin, salju menyelimuti seluruh tanah.Makam ini terbuka untuk umum. Bukan hanya anggota Keluarga Bennett, tetapi para jenderal yang berkontribusi juga dimakamkan di sini.Banyak yang datang berziarah untuk berterima kasih kepada keberanian para pahlawan yang telah gugur. Mereka tahu bahwa kedamaian sekarang tidak akan pernah didapatkan tanpa pengorbanan para pahlawan itu.Sejam kemudian, Luther dan Misandari tiba di makam Keluarga Bennett. Supaya tidak terekspos, mereka melakukan penyamaran sederhana.Misandari memakai topeng kulit sehingga parasnya menjadi biasa-biasa saja. Dia sudah membuat persiapan ini sejak awal. Bagaimanapun, jika terus memakai cadar, orang-orang hanya akan cur
Luther menundukkan kepalanya dan bersujud 3 kali. Deska dan Paviliun Lingga telah dihancurkan. Kini, hanya tersisa Yusuf, Bahran, dan lainnya. Begitu orang-orang ini terbunuh, dendam ibunya akan sepenuhnya terbalaskan."Ibu, aku benar-benar merindukanmu," gumam Luther sambil menatap patung batu di depan.Seingat Luther, Walter jarang pulang karena sibuk mengurus urusan pemerintahan. Jadi, Emily yang membesarkannya sendirian.Luther sering membangkang saat masih kecil. Dia selalu merasa didikan ibunya terlalu ketat, sampai-sampai dia selalu dipukul kalau nakal.Setelah dewasa sekarang, Luther baru memahami jerih payah ibunya. Sebagai Pangeran Atlandia, Luther selalu dilayani dan menjadi pusat perhatian. Tanpa ajaran ketat, dia mungkin akan tumbuh menjadi pria yang hanya tahu menghamburkan uang.Luther bisa memiliki pencapaian seperti ini tentu berkat ibunya. Baik itu ilmu bela diri, ilmu militer, ilmu medis, ataupun ilmu sihir, semua tidak luput dari ajaran ibunya. Emily yang memberinya
Setelah melihat jelas batu nisan itu, Luther mengangkat alisnya karena cukup terkejut. Ternyata Luther mengenal pemilik makam itu. Itu adalah makam Bodhu, Wakil Jenderal Pasukan Naga Hitam yang memimpin pasukan garda depan.Semua orang yang bisa bergabung dengan pasukan garda depan adalah elite yang dipilih dengan cermat. Bodhu bisa menjadi wakil jenderal jelas karena kemampuannya yang tidak biasa.Seingat Luther, Bodhu terlahir dengan bakat yang luar biasa. Dia sangat kejam di medan perang dan selalu membantai musuh yang tak terhitung jumlahnya. Dia pun memberi kontribusi besar dalam penaklukkan Atlandia.Setelah Bodhu gugur, jabatannya naik menjadi jenderal. Pemakamannya diadakan dengan megah. Keturunan Bodhu bahkan diberikan perlakuan istimewa. Lantas, kenapa pemuda ini terlihat begitu menyedihkan? Apa yang sebenarnya terjadi?Luther hendak maju untuk menanyakan alasannya. Saat ini, pemuda itu seperti mendengar sesuatu sehingga buru-buru menoleh dan bertanya dengan penuh waspada, "S
"Kalaupun aku nggak bisa menang dari mereka, masih ada Raja Atlandia yang membantu, 'kan? Nggak mungkin kemampuan orang-orang itu melampaui Raja Atlandia," ucap Luther."Sobat, masalah ini nggak sesimpel yang kamu pikirkan. Ayah para penjahat itu adalah pejabat yang berkuasa. Mereka punya hubungan dekat dengan Raja Atlandia. Nggak bakal ada yang berani mengambil tindakan," balas Christo dengan ekspresi masam."Masa Raja Atlandia mengabaikan para penjahat itu begitu saja? Mereka hanya akan merusak masyarakat!" Luther mengernyit. Dengan karakter Walter, pria itu tidak mungkin menoleransi hal seperti ini terjadi."Hais ... Raja sangat sibuk, mana mungkin punya waktu untuk mengurus masalah seperti ini? Lagian, para pejabat itu kerjaannya hanya menipu. Mereka menutup erat-erat kejahatan mereka. Raja mungkin nggak bakal tahu untuk selamanya, apalagi memberi kami keadilan." Christo menggeleng."Aku nggak sangka Atlandia menjadi seburuk ini." Ekspresi Luther tampak agak masam. Sebagai Pangeran
Begitu mendengar janji Luther, Christo langsung meneteskan air mata saking terharunya. Dia pun berkata, "Kalau kamu bisa membantuku menolong adikku dan membalaskan dendam ibuku, aku bersedia menjadi bawahanmu!"Usai mengatakan itu, Christo hendak berlutut untuk berterima kasih. Luther segera menahannya dan berujar dengan serius, "Jangan sungkan begini. Siapa pun yang merupakan rakyat Atlandia nggak mungkin menoleransi kejahatan seperti ini.""Tempat ini kurang cocok untuk mengobrol. Ada kedai teh di depan makam. Kita duduk di sana saja untuk membahas rencana selanjutnya," usul Misandari."Oke." Christo mengangguk. Sambil menopang tubuhnya dengan tongkat, dia mengikuti Luther dan Misandari ke Kedai Teh Aroma.Kedai teh ini punya 2 lantai. Lantai pertama untuk minum teh dan menonton pertunjukan. Banyak orang yang duduk di sini. Sementara itu, terdapat ruang privat di lantai dua. Bukan hanya bisa menikmati teh dan menonton pertunjukan, tetapi juga punya privasi yang lebih baik dan lingkun
"Baiklah." Christo akhirnya mengangguk mengiakan karena dirinya memang tidak bisa bergerak dengan leluasa. Dia bukan hanya tidak bisa membantu, tetapi juga akan menjadi beban."Oh ya, kamu punya foto adikmu nggak? Biar kulihat dulu. Jangan sampai kami salah orang," ucap Luther."Ada." Christo segera mengeluarkan ponselnya untuk memperlihatkan foto adiknya. Luther pun melirik sekilas, lalu mengangguk.Harus diakui bahwa adik Christo memang cantik, putih, dan senyumannya manis. Dia terlihat seperti gadis yang lincah dan riang. Mungkin ini yang menyebabkan dirinya diincar oleh Preston dan lainnya."Bawahan Preston sangat kejam. Kalian harus hati-hati, ya!" pesan Christo dengan sungguh-sungguh. Sebagai keturunan jenderal, dia belajar ilmu bela diri sejak kecil. Kemampuannya tentu cukup untuk melawan orang biasa, bahkan 100 orang bukan masalah baginya. Akan tetapi, dia malah kewalahan menghadapi bawahan Preston. Kesenjangan kekuatan mereka terlalu besar."Tenang saja, aku tahu apa yang haru
Setengah jam kemudian, sebuah mobil MPV akhirnya berhenti di depan Bar Orion. Luther dan Misandari sama-sama turun. Keduanya telah melakukan penyamaran sehingga tidak perlu takut identitas mereka terbongkar.Bar Orion sangat luas. Banyak yang mengantre untuk masuk. Untungnya, mereka dibantu oleh agen rahasia sehingga bisa langsung masuk.Di dalam sana sangat bising dan menyilaukan. Sekelompok pria dan wanita menari dengan liar mengikuti alunan musik untuk melepaskan gairah mereka.Luther mengernyit. Dia paling tidak suka tempat bising seperti ini. Misandari tersenyum sambil bertanya, "Kenapa? Kamu jarang datang ke bar, ya?""Aku cuma bisa bilang tempat ini nggak cocok untukmu," timpal Luther. Dia lebih senang membaca buku di rumah daripada menyiksa diri sendiri di sini."Kalau ada kesempatan, kamu boleh mencobanya. Lihat, mereka menari dengan sangat gembira," ucap Misandari sambil tersenyum."Berpesta nggak ada faedahnya. Kalau semua orang seperti ini, negara hanya akan hancur," sahut