Ketika melihat bosnya mengungkapkan semuanya, pria botak itu ingin sekali mengumpat habis-habisan. Bukankah mereka sudah sepakat akan bertahan sampai mati? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Bagaimana dengan nasibnya sekarang?"Bos, bukannya kita sepakat nggak akan membocorkan apa pun? Kenapa kamu berkhianat?" tanya si pria botak dengan ekspresi kebingungan."Maafkan aku. Aku punya keluarga, aku nggak boleh mati. Lagi pula, apa gunanya kamu hidup lagi? Aku akan membantumu menjaga istrimu. Tenang saja," sahut pria berjanggut itu dengan sungguh-sungguh."Sialan! Kamu saja yang mati!" Pria botak yang murka itu sontak menghunuskan pedangnya untuk menikam temannya.Sayang sekali, reaksi pria berjanggut itu jauh lebih cepat. Dia langsung memungut batu dan menghantamkannya ke kepala pria botak itu.Bam! Terdengar suara benturan yang keras. Batu retak, sedangkan kepala pria botak itu berdarah. Akhirnya, dia jatuh pingsan.Meskipun begitu, pria berjanggut itu masih belum berhenti memukulnya. Dia
Tubuh pria berjanggut itu gemetar sesaat, lalu akhirnya terjatuh dan tewas."Apa gunanya menepati janji dengan bajingan sepertimu?" sahut Luther dengan dingin. Sesudah itu, dia berjalan melewati jenazah si pria berjanggut dan membantu Berry melepaskan ikatannya. Luther melepaskan kain hitam yang menutupi mata Berry, lalu bertanya, "Kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja, untung kamu datang tepat waktu. Kalau nggak, aku pasti sudah dinodai mereka!" timpal Berry yang menghela napas lega. Meskipun telah menghadapi banyak rintangan, ini pertama kalinya dia mengalami insiden seperti ini.Apabila Luther terlambat selangkah saja, Berry bukan hanya akan dilecehkan oleh mereka, bahkan mungkin akan dijual ke luar negeri. Ketika saat itu tiba, dia lebih memilih untuk mati."Maaf, semua ini salahku." Luther merasa agak bersalah. Dia menyinggung Daniel, jadi Daniel berniat mengancamnya dengan menggunakan Berry."Jangan sembarangan bicara. Kita ini mitra, sudah seharusnya menanggung suka dan duka
Kabar tentang Geng Beruang yang binasa menyebar dengan cepat. Sementara itu, kelompok yang sebelumnya menjadikan Luther sebagai mangsa hanya bisa menjauh sebisa mungkin sekarang.Geng Beruang adalah geng besar di kawasan kumuh ini, tetapi para elitenya seketika terbunuh dalam waktu setengah jam. Orang cerdas tidak mungkin berani mencari masalah.Dengan demikian, Luther membawa Berry meninggalkan kawasan kumuh dengan lancar. Tiga puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan vila Berry."Tampan, mau masuk nggak?" tanya Berry sambil tersenyum setelah turun dari mobil. Pakaian Berry robek sehingga memperlihatkan pahanya yang putih dan tubuhnya yang seksi."Nggak perlu. Sudah malam, istirahatlah," tolak Luther."Aku agak takut karena tinggal sendirian. Kamu mau menemaniku nggak malam ini? Kalau penjahat datang, kamu bisa melindungiku." Berry mencari alasan."Kalau kamu takut, aku akan mengutus orang berjaga di depan vila," usul Luther."Orang luar nggak bisa dipercaya. Selain itu, gimana k
"Cantik kok," puji Luther dengan sopan. Sejak dulu, Berry memang sudah sangat cantik."Masa lalu nggak perlu dikenang lagi." Berry membuka kulkasnya, lalu menoleh dan bertanya, "Kamu mau minum apa?""Terserah," jawab Luther."Oke." Berry mengeluarkan bir dari kulkas, lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian, dia membuka beberapa bungkus camilan sebagai teman bir."Ayo, mari kita bersulang." Setelah membuka kaleng bir, Berry menyodorkan salah satunya kepada Luther. Keduanya bersulang, lalu langsung meminumnya.Sesudah menghabiskan setengah kaleng bir, Berry tersenyum menyipitkan mata. Di cuaca panas, bir dingin seperti ini sungguh menyegarkan. Tiba-tiba, Berry bertanya sambil tersenyum, "Tampan, apa pendapatmu tentangku?""Baik dan cantik," jawab Luther secara singkat. Sejak awal, keduanya memang cukup kompak. Berry memang sering bertingkah aneh, tetapi sikapnya masih masuk akal. Yang paling penting adalah Berry benar-benar menganggapnya sebagai teman."Hehe, penilaianmu kedengaran tul
Luther merasa kasihan pada Berry. Meskipun beberapa putri keluarga kaya diperlakukan dengan sangat istimewa, mereka harus memberikan kontribusi untuk keluarga sendiri. Ada yang memiliki bakat luar biasa sehingga terus menghasilkan keuntungan untuk keluarga, ada juga yang cantik sehingga dijodohkan untuk memberi manfaat kepada keluarga.Adapun wanita seperti Berry, dia bukan hanya cantik, tetapi juga unggul. Berry adalah eksistensi penting bagi keluarganya untuk berkembang. Itu sebabnya, dia tidak bisa memutuskan pernikahannya sendiri. Seluruh keluarga menaruh harapan padanya.Luther akhirnya mengerti alasan Berry lebih memilih digosipi. Wanita ini melakukannya karena tidak punya cara lain lagi. Tanpa berbasa-basi, Luther mengajaknya bersulang lagi. "Ayo, bersulang."Berry tersenyum, lalu mengangkat birnya dan meneguk semuanya hingga habis. Kemudian, dia membuka 2 kaleng lagi dan menyodorkan salah satunya kepada Luther."Sebenarnya aku merasa sangat beruntung karena bertemu denganmu. Ka
Bianca adalah seorang wanita yang sangat cantik. Baik itu paras ataupun bodinya, semuanya lebih unggul daripada Berry.Apalagi, Bianca adalah cucu Adipati Ezra. Status seperti ini sudah cukup membuatnya dijunjung tinggi oleh orang-orang. Jika dibandingkan dengan Bianca, Berry memang kalah telak.Untuk sesaat, Berry merasa malu pada diri sendiri. Namun, dia juga merasa penilaiannya tidak salah karena Luther dipilih oleh wanita seunggul Bianca."Jujur saja, aku juga cukup terkejut. Aku awalnya nggak tahu dia cucu Adipati Ezra," ujar Luther yang mengedikkan bahu."Artinya, kamu nggak sengaja mendapatkan harta karun?" goda Berry."Bisa dibilang begitu." Luther tersenyum."Kalau begitu, kudoakan kalian berdua bersama sampai kakek nenek!" Berry mengangkat birnya dan bersulang dengan Luther, lalu meneguknya hingga habis.Keduanya minum sambil mengobrol. Karena telah merelakan Luther, Berry merasa lebih terbuka saat mengobrol. Dia memilih untuk memendam perasaan suka itu sedalam-dalamnya. Lagi
"Nona Berry, jangan sembarangan bergerak, hati-hati dengan pistol ini." Saat terdengar suara dengan nada dingin dari belakangnya, Berry secara refleks menoleh untuk melihat dan kebetulan berhadapan langsung dengan lubang pistol dan wajah yang terlihat ganas."Siapa kalian? Berani-beraninya kalian sewenang-wenang di Keluarga Chuwardi!" teriak Berry."Nona Berry, nggak perlu seemosi itu, aku hanya menjalankan perintah saja," kata pria berpistol dengan tenang."Menjalankan perintah? Perintah siapa?" tanya Berry."Tentu saja perintahku." Pada saat itu, seorang pria mengenakan jas dengan postur tubuh kurus dan memiliki bentuk wajah yang tajam tiba-tiba masuk ke dalam ruang rapat. Pria itu adalah Daniel."Kamu?" Setelah melihat orang yang datang, ekspresi Berry segera berubah. Dia baru saja lolos dari bahaya dan melarikan diri dari permukiman orang miskin, dia tidak menyangka Daniel akan begitu cepat datang mencarinya.Daniel melangkah maju sambil tersenyum, lalu jarinya mengangkat dagu Berr
Meskipun Daniel sedang tersenyum, wajahnya menunjukkan dia bukan orang yang baik."Apa yang Tuan Daniel ingin aku lakukan?" Berry tiba-tiba merasa gelisah."Mudah sekali. Besok kamu cari sebuah alasan untuk mengundang Luther makan di rumahmu, lalu kamu masukan racun ini ke dalam anggurnya. Setelah efek racunnya bekerja, kamu boleh pergi dan serahkan sisanya untuk kutangani."Saat mengatakan itu, Daniel mengeluarkan sebuah botol obat hitam dan meletakkannya di atas meja. Botol itu berisi Racun Uzur yang khusus digunakan untuk menghadapi para ahli bela diri. Ahli mana pun yang berada di bawah tingkat master yang terkena racun ini, seluruh tubuhnya akan menjadi lemas dan tidak bisa mengeluarkan kekuatan apa pun."Tuan Daniel, kita bisa mencoba memaafkan orang, nggak perlu sampai bertindak sekejam itu, 'kan?" kata Berry dengan ekspresi yang agak muram. Bahkan orang bodoh pun tahu apa yang akan dilakukan Daniel. Jika dia meracuni Luther, bukankah dia akan menjadi pembantu pembunuhan?Daniel