Pada saat itu, Ernest akhirnya berkata, "Baiklah. Kalau kedua belah pihak nggak setuju, masalah ini diabaikan saja. Anak muda, kamu bukan hanya sangat berani, kepribadianmu juga sangat baik. Kamu nggak lupa niat awalmu, aku sangat menghargai itu. Kalau kelak kamu ada kesulitan, jangan ragu mencariku.""Terima kasih banyak, Tuan Ernest!" Luther segera memberi hormat.Melihat adegan itu, Ariana diam-diam menghela napas lega. Pada saat yang bersamaan, dia juga makin penasaran dengan pria sederhana di depannya ini. Meskipun dia tidak hidup mengandalkan penampilannya, dia tidak pernah ditolak oleh seseorang. Ini benar-benar pertama kalinya dia mengalami situasi seperti hari ini. Dia tiba-tiba merasa iri dengan tunangan pria ini. Bisa mendapatkan pria yang begitu luar biasa dan setia seperti ini bukan perkara yang mudah."Aku harap kamu nggak menyesali keputusanmu ini," kata Roman dengan volume suara yang kecil dan tatapannya menjadi lebih ganas. Pemuda ini sudah menggagalkan kedua rencanany
"Paman, barangnya sudah didapatkan, jadi kita sudah boleh pergi?" tanya Charlotte.Luther menggelengkan kepala. "Nggak perlu buru-buru. Kalau kita pergi lebih dulu, akan mudah dicurigai orang. Duduk sebentar lagi saja, kita baru pergi setelah ada orang yang pergi.""Baiklah. Lagi pula, di sini bisa berpesta dan ada pertunjukan untuk dinikmati, semuanya gratis lagi. Kalau harus pergi begitu saja, aku benar-benar nggak rela," kata Charlotte sambil tersenyum. Di sana ada begitu banyak makanan enak dan minuman bagus. Mungkin akan menghabiskan puluhan juta jika mereka memesannya di luar, tetapi di sana semuanya gratis. Sungguh menyenangkan."Tuan Lucas ...."Pada saat itu, Ariana riba-tiba mendekat dan berkata sambil tersenyum, "Untung saja kamu menyelamatkanku tadi. Kalau nggak, aku sudah mati di tangan harimau hitam itu. Ini adalah tanda terima kasihku, aku harap kamu bisa menerimanya."Saat mengatakan itu, Ariana mengeluarkan sebuah giok dan memberikannya pada Luther dengan kedua tangan.
"Ada bau aneh pada parfum di tubuhmu." Pada saat itu, Charlotte mengendus dan tiba-tiba berbicara.Setelah mengendus tubuhnya sendiri, Ariana tidak menemukan ada bau yang aneh. "Benarkah? Parfum yang kupakai nggak spesial, banyak orang yang menggunakannya juga.""Ini bukan masalah parfumnya, tapi ada orang yang menambahkan sesuatu pada parfummu. Sepertinya ini adalah bau amis darah." Setelah mengendus tubuh Ariana lagi, Charlotte segera memberikan jawabannya.Luther menganggukkan kepala sebagai tanda setuju dengan perkataan Charlotte. "Jawabanmu benar. Orang biasa akan sangat sulit untuk mendeteksi bau amis darah yang samar, tapi binatang punya keunggulan alami dalam hal ini. Harimau hitam mungkin mendeteksi bau aneh ini.""Ternyata begitu," kata Ariana sambil menganggukkan kepala tanda mengerti. Pantas saja harimau hitam itu langsung menggila setelah mendekatinya, ternyata ada seseorang yang sudah memasukkan sesuatu pada parfumnya.Jari Charlotte mengetuk dagunya seolah-olah memikirka
"Ada pencuri?" Mendengar perkataan itu, semua orang saling memandang dengan sangat bingung. Siapa yang begitu berani mencuri di kediaman Keluarga Luandi? Apakah orang itu cari mati?"Aku minta maaf pada kalian semua. Barang yang hilang itu sangat penting bagiku, jadi aku terpaksa melakukan ini."Roman memberi hormat kepada semua orang di ruang istirahat terlebih dahulu, lalu berkata lagi, "Selanjutnya, aku memeriksa kalian dengan anjing pemburu, tolong jangan sembarangan bergerak agar nggak terjadi kesalahpahaman."Setelah mengatakan itu, Roman memberikan isyarat agar para bawahannya menutup semua pintu, lalu dua anjing pemburu yang sudah dilatih dengan baik mulai memeriksa satu per satu orang di ruangan itu. Meskipun tindakan ini agar berlebihan, para tamu di ruangan itu juga tidak berani mengatakan apa-apa karena mengingat identitas Roman dan memilih untuk bekerja sama dengan patuh."Periksa dengan teliti, jangan lewatkan setiap sudut!" kata Roman dengan muram. Saat istirahat tadi, d
Meskipun Ariana tahu pria di depannya ini ingin mencelakainya, dia tetap tidak berani menunjukkan reaksi apa pun.Roman berkata dengan tatapan yang merendahkan, "Mempertimbangkan keseluruhan situasinya? Kamu ini hanya seorang wanita, apa yang kamu tahu tentang keseluruhan situasi? Selain Ayah Angkat, aku yang berkuasa di kediaman Keluarga Luandi. Inilah yang disebut keseluruhan situasi.""Kak Roman memang berkuasa dan berpengaruh, tapi nggak berarti kamu boleh bertindak sesukamu. Kediaman Keluarga Luandi masih di bawah kendali Ayah Angkat," kata Ariana yang tetap tidak mundur."Hehe .... Bagus sekali!"Roman tiba-tiba tertawa, tetapi tatapannya terlihat sangat dingin. "Ariana, kamu memang cerdas. Mungkin inilah alasannya Ayah Angkat sangat memperhatikanmu, 'kan? Sayangnya, orang sepertimu ini selalu nggak akan hidup lama, sebaiknya kamu berhati-hati."Setelah mengatakan itu, Roman menepuk bahu Ariana, lalu berbalik dan pergi. Seorang wanita yang tidak memiliki kekuatan apa pun malah be
Setelah kembali ke vila, Luther langsung mulai bersiap-siap untuk bekerja. Tiga jenis obat spiritual akhirnya terkumpul, sedangkan bahan tambahan lainnya juga sudah disiapkan sejak awal. Selanjutnya, dia akan mengasingkan dirinya untuk membuat Pil Pemurni Sumsum."Jordan, aku akan mengasingkan diri selama satu hari. Kamu jaga baik-baik di sini, jangan biarkan siapa pun masuk menggangguku," pesan Luther."Tenang saja, Kak Luther. Siapa pun yang datang, nggak akan bisa masuk ek pintu ini," kata Jordan sambil menepuk dadanya.Luther menganggukkan kepala, lalu menatap Ghufran dan berkata, "Dokter Ghufran, aku serahkan Paman Bahran padamu, nggak boleh ada insiden apa pun sebelum aku keluar.""Percayalah padaku. Aku memang nggak bisa menyembuhkan penyakit Tuan Bahran, tapi aku akan memastikan dia akan bertahan hidup sebentar lagi," kata Ghufran."Baiklah. Kalau begitu, aku serahkan pada kalian berdua." Luther tidak banyak omong kosong lagi.Setelah memberikan beberapa pesan, Luther masuk ke
"Jordan, apa kamu mencium sesuatu?" Ghufran seolah-olah merasakan sesuatu sehingga tiba-tiba mengendus-endus."Maksudmu, aroma obat?" Jordan memiringkan kepalanya sambil bertanya dengan heran, "Memang sudah ada sejak tadi. Kenapa?""Kali ini berbeda. Aromanya agak khas." Ghufran mendekati pintu, berjongkok, dan mulai mencium aroma dari celah pintu.Krek! Tiba-tiba, pintu dibuka. Luther yang hendak keluar melihat postur aneh Ghufran, jadi bertanya dengan dengan penasaran, "Dokter, ada apa denganmu? Perutmu sakit?""Eh ...." Ghufran terkekeh-kekeh canggung, lalu segera bertanya, "Luther, gimana? Pil Pemurni Sumsumnya berhasil nggak?"Hais ...." Luther menghela napas, memperlihatkan ekspresi menyayangkan.Ketika melihatnya, Ghufran merasa gugup. Dia bertanya dengan wajah pucat dan suara bergetar, "Gagal, ya?"Ini gawat. Jika Pil Pemurni Sumsum gagal dibuat, berarti semua bahan obat menjadi sia-sia. Selain itu, Bahran tidak akan bisa diselamatkan!"Bukan gagal, tapi kualitas pilnya agak re
"Tuan Bahran sudah siuman!" Ghufran berseru gembira melihatnya. Saking emosionalnya, dia sampai meneteskan air mata bahagia. Bagaimanapun, dia telah merawat Bahran selama 10 tahun. Kebahagiaan ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata."Syukurlah, semua berjalan dengan lancar," ucap Luther dengan mata yang agak memerah. Bahran adalah seniornya. Wajar kalau dia merasa tersentuh melihat Bahran siuman. Jerih payahnya untuk membuat Pil Pemurni Sumsum pun tidak sia-sia."Ghufran, aku di mana? Kenapa kamu jadi tua sekali?" Bahran yang berbaring di ranjang terus melirik ke kanan kiri dengan heran. Pada akhirnya, dia menatap Ghufran sambil bertanya dengan suara serak."Tuan Bahran, kamu di tempat yang aman. Tenang saja." Ghufran mengelus wajah sendiri, lalu tersenyum getir dan meneruskan, "Sepuluh tahun sudah berlalu sejak pertemuan terakhir kita. Mana mungkin aku masih muda?""Sepuluh tahun?" Bahran tertegun, tetapi segera tersadar kembali. Dia membelalakkan mata, lalu bertanya dengan terke