"Paman Bahran, apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri!" Luther buru-buru berjongkok untuk memapah Bahran."Pangeran, maafkan aku karena gagal melindungimu dan Ratu Wedani. Kamu boleh menghukumku," ucap Bahran yang berderai air mata."Jangan bicara begitu. Kalau kamu nggak berjuang mati-matian waktu itu, mungkin aku sudah mati sekarang," hibur Luther."Seluruh prajurit Kavaleri Bimasakti gugur dalam pertempuran, hanya aku yang hidup. Aku bersalah pada kalian semua!" ujar Bahran sambil terisak-isak."Jangan menyalahkan diri sendiri. Kamu sudah berusaha sekuat tenaga. Aku justru senang karena melihatmu masih hidup. Semua ini salahku, aku yang telah mencelakai kalian. Gara-gara aku, kamu sampai tidak sadarkan diri selama 10 tahun dan seluruh pasukan gugur. Aku yang seharusnya minta maaf," sahut Luther dengan mata memerah.Luther masih ingat semuanya. Dia melihat bagaimana para prajurit itu tewas terbunuh hanya demi melindungi dirinya. Hingga sekarang, Luther tidak pernah melupakan nama merek
"Edmond?" Luther mengernyit mendengar nama ini. "Nama ini kedengaran familier. Siapa dia?""Pangeran mungkin agak asing dengan nama ini, tapi pasti tahu Raja Toraba," ucap Bahran dengan ekspresi serius."Rupanya dia!" Luther sontak membelalakkan mata. Raja Toraba adalah adik Kaisar. Di antara begitu banyak keturunan, dia termasuk unggul.Sepuluh tahun lalu, Raja Toraba yang berbakat sangatlah terkenal. Namun, entah mengapa, dia tiba-tiba mengasingkan diri. Sampai sekarang, tidak ada yang tahu di mana lokasinya."Maksudmu, kasus tahun itu berhubungan dengan Raja Toraba?" tanya Luther."Aku nggak berani bilang begitu. Tapi, yang pastinya Raja Toraba tahu tentang itu," timpal Bahran."Oh? Kenapa kamu bicara begitu?" Luther memicingkan matanya."Raja Toraba dan ayahmu punya hubungan dekat. Kami langsung meminta bantuan dari Raja Toraba saat diserang di Kota Terlarang, tapi nggak mendapat respons apa pun. Sejak saat itu, Raja Toraba memilih untuk mundur dari istana. Jelas, dia sedang menghi
Jadi, prioritas untuk sekarang adalah menemukan Raja Toraba dan menanyakan kebenaran tahun itu."Paman, kamu baru siuman, istirahatlah dengan baik. Kalau butuh sesuatu, beri tahu saja aku," ujar Luther sambil membaringkan Bahran."Pangeran, masalah tahun itu sudah berlalu. Lupakan saja. Kalau terus diselidiki, kamu hanya akan membahayakan diri sendiri. Aku yakin Ratu Wedani berharap kamu hidup dengan baik," nasihat Bahran yang tiba-tiba meraih lengan Luther."Paman, masalah ini terus menghantuiku selama bertahun-tahun ini. Kalau nggak diselidiki dengan baik, aku nggak akan bisa hidup tenang," sahut Luther."Hais ...." Ketika melihat tatapan tegas Luther, Bahran hanya bisa menghela napas dan tidak berkata-kata lagi. Dia tahu bahwa Luther sangat keras kepala, tidak ada yang bisa menghalanginya jika sudah membuat keputusan."Paman hanya perlu memulihkan diri untuk sekarang. Jangan pikirkan hal lain. Serahkan saja semua kepadaku," hibur Luther. Kemudian, dia berbalik dan pergi.Kini, Luthe
Setelah mendapatkan balasan, tidak terlihat kegembiraan pada ekspresi Luther. Dia justru terlihat sangat serius. Kalau wanita itu sudah menyetujuinya, artinya dia memiliki keyakinan untuk melacak lokasi Raja Toraba.Namun, Luther selalu merasa ada yang aneh. Makin mendekati kebenaran, dia merasa makin gelisah. Hanya saja, dia tidak tahu alasan dirinya merasa seperti itu. Semua ini seolah-olah Luther yang cemas berlebihan."Sudahlah, semua akan ada jalannya nanti." Luther menggeleng, lalu mengenyahkan pikirannya itu. Ketika hendak kembali untuk beristirahat, ponselnya tiba-tiba berdering karena ditelepon Berry."Halo, Nona Berry, ada apa?" tanya Luther sambil memandang langit. Sekarang langit sudah gelap.Tiba-tiba, terdengar suara serak dari ujung telepon. "Nona Berry? Hehe, kamu salah orang."Luther mengernyit dan bertanya, "Siapa kamu? Kenapa kamu memegang ponsel Nona Berry?""Identitasku nggak penting, yang penting adalah kekasihmu ada di tanganku. Kalau kamu nggak ingin sesuatu ter
Begitu turun dari mobil, Luther langsung diadang oleh 2 pria dengan tato di lengan. Luther pun menyahut dengan dingin, "Ada yang mengundangku kemari.""Geledah dulu!" Tanpa berbasa-basi, kedua pria itu langsung memeriksa sekujur tubuh Luther. Luther tidak melawan. Sebelum memastikan keselamatan Berry, dia tidak akan bertindak ceroboh."Oke, sudah boleh masuk." Setelah memeriksa cukup lama dan memastikan Luther tidak membawa senjata, mereka baru menyingkir untuk membuka jalan.Luther tidak menanggapi, melainkan langsung menuju ke Kuil Batara. Di dalam sana, seorang pria paruh baya bertelanjang dada sedang menikmati daging panggang bersama para bawahan. Di atas meja, terdapat berbagai anggur lezat. Mereka tampak sangat menikmati momen ini.Sementara itu, Berry yang matanya ditutup dengan kain berdiri di pojok dengan tangan diikat di pilar. Karena tangannya terangkat, postur tubuh Berry menjadi makin seksi, membuat sekelompok pria itu berhasrat."Bos, wanita ini benar-benar seksi. Kemalua
Pria botak itu hanya bisa membeku di tempatnya melihat semua ini. Dia membelalakkan matanya dengan tidak percaya. Apa yang terjadi barusan? Kenapa kemaluannya tiba-tiba putus?Setelah tertegun sesaat, pria botak itu berteriak histeris. Saat berikutnya, kakinya melemas. Dia pun terjatuh dengan keadaan tubuh bagian bawah yang bercucuran darah. Sungguh tragis!"Argh! Penisku!" teriak pria botak itu sambil bergelinding tanpa henti.Teriakan ini sontak membuat semua orang terkejut. Pria berjanggut langsung bangkit dan bertanya, "Apa yang terjadi?""Penisku hilang! Ada yang memotongnya!" pekik pria botak itu sambil memungut penisnya sekaligus mengangkatnya."Buset! Siapa yang melakukannya? Berani sekali kamu mencelakai bawahanku! Cepat keluar!" teriak pria berjanggut itu sambil mengamati sekeliling. Sementara itu, para bawahan telah mengeluarkan senjata masing-masing untuk berjaga-jaga."Aku." Luther perlahan-lahan memasuki Kuil Batara dengan ekspresi dingin. Di dalam sini, berkumpul 20 samp
Para anggota geng itu seketika membeku di tempat. Detik berikutnya, terdengar suara ledakan karena tubuh mereka meledak satu per satu.Dalam sekejap, darah berceceran ke mana-mana. Seluruh Kuil Batara dipenuhi kabut darah. Pria berjanggut itu pun tercengang melihat situasi ini sampai rokoknya terjatuh dari mulut.Semuanya mati? Hanya dengan satu serangan, tubuh para bawahannya meledak begitu saja? Apa lawan mereka ini termasuk manusia? Ini jelas-jelas adalah monster! Penyewa itu bukan menyuruh mereka menjalankan misi, melainkan menyuruh mereka bunuh diri!"Kenapa bisa begini? Siapa sebenarnya dia?" gumam pria botak yang sampai lupa akan rasa sakitnya. Seluruh ekspresinya dipenuhi ketakutan.Mereka mengira ini hanya pembunuhan biasa, apalagi memiliki sokongan, jadi tidak takut pada apa pun. Alhasil, ternyata lawan mereka begitu kuat. Hanya dengan satu lambaian tangan, segala sesuatu bisa dihancurkannya dengan mudah!Kabut darah dan potongan tubuh memenuhi seluruh kuil. Di sisi lain, Lut
Ketika melihat bosnya mengungkapkan semuanya, pria botak itu ingin sekali mengumpat habis-habisan. Bukankah mereka sudah sepakat akan bertahan sampai mati? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Bagaimana dengan nasibnya sekarang?"Bos, bukannya kita sepakat nggak akan membocorkan apa pun? Kenapa kamu berkhianat?" tanya si pria botak dengan ekspresi kebingungan."Maafkan aku. Aku punya keluarga, aku nggak boleh mati. Lagi pula, apa gunanya kamu hidup lagi? Aku akan membantumu menjaga istrimu. Tenang saja," sahut pria berjanggut itu dengan sungguh-sungguh."Sialan! Kamu saja yang mati!" Pria botak yang murka itu sontak menghunuskan pedangnya untuk menikam temannya.Sayang sekali, reaksi pria berjanggut itu jauh lebih cepat. Dia langsung memungut batu dan menghantamkannya ke kepala pria botak itu.Bam! Terdengar suara benturan yang keras. Batu retak, sedangkan kepala pria botak itu berdarah. Akhirnya, dia jatuh pingsan.Meskipun begitu, pria berjanggut itu masih belum berhenti memukulnya. Dia
"Buku catatan?"Melihat buku catatan berwarna merah di bawah kakinya, Rigen menyipitkan matanya dan ekspresinya mulai terlihat panik. Dia benar-benar tidak menyangka buku catatan yang sudah disembunyikannya malah bisa ditemukan oleh Tim Penegak Hukum. Buku catatan ini berisi detail tentang semua transaksi ilegal dan korupsi dengan berbagai pejabat yang dilakukannya selama bertahun-tahun ini.Awalnya, Rigen menyimpan buku catatan ini agar para pejabat yang bekerja sama dengannya tidak berkhianat, tetapi sekarang ini malah menjadi buku kematiannya. Harta bisa disita dan anak-anak bisa diabaikan, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya mengelak dari buku penuh dengan tulisan tangannya sendiri.Rigen mengernyitkan alisnya dan keringat dingin mengalir sampai punggungnya basah kuyup."Tuan Rigen, kenapa kamu berkeringat begitu banyak? Apa cuacanya terlalu panas? Apa perlu aku menyuruh orang untuk mengipasimu?" sindir Wirya sambil tersenyum. Bukti yang sudah terkumpul kali ini cukup untuk mem
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras