Jadi, prioritas untuk sekarang adalah menemukan Raja Toraba dan menanyakan kebenaran tahun itu."Paman, kamu baru siuman, istirahatlah dengan baik. Kalau butuh sesuatu, beri tahu saja aku," ujar Luther sambil membaringkan Bahran."Pangeran, masalah tahun itu sudah berlalu. Lupakan saja. Kalau terus diselidiki, kamu hanya akan membahayakan diri sendiri. Aku yakin Ratu Wedani berharap kamu hidup dengan baik," nasihat Bahran yang tiba-tiba meraih lengan Luther."Paman, masalah ini terus menghantuiku selama bertahun-tahun ini. Kalau nggak diselidiki dengan baik, aku nggak akan bisa hidup tenang," sahut Luther."Hais ...." Ketika melihat tatapan tegas Luther, Bahran hanya bisa menghela napas dan tidak berkata-kata lagi. Dia tahu bahwa Luther sangat keras kepala, tidak ada yang bisa menghalanginya jika sudah membuat keputusan."Paman hanya perlu memulihkan diri untuk sekarang. Jangan pikirkan hal lain. Serahkan saja semua kepadaku," hibur Luther. Kemudian, dia berbalik dan pergi.Kini, Luthe
Setelah mendapatkan balasan, tidak terlihat kegembiraan pada ekspresi Luther. Dia justru terlihat sangat serius. Kalau wanita itu sudah menyetujuinya, artinya dia memiliki keyakinan untuk melacak lokasi Raja Toraba.Namun, Luther selalu merasa ada yang aneh. Makin mendekati kebenaran, dia merasa makin gelisah. Hanya saja, dia tidak tahu alasan dirinya merasa seperti itu. Semua ini seolah-olah Luther yang cemas berlebihan."Sudahlah, semua akan ada jalannya nanti." Luther menggeleng, lalu mengenyahkan pikirannya itu. Ketika hendak kembali untuk beristirahat, ponselnya tiba-tiba berdering karena ditelepon Berry."Halo, Nona Berry, ada apa?" tanya Luther sambil memandang langit. Sekarang langit sudah gelap.Tiba-tiba, terdengar suara serak dari ujung telepon. "Nona Berry? Hehe, kamu salah orang."Luther mengernyit dan bertanya, "Siapa kamu? Kenapa kamu memegang ponsel Nona Berry?""Identitasku nggak penting, yang penting adalah kekasihmu ada di tanganku. Kalau kamu nggak ingin sesuatu ter
Begitu turun dari mobil, Luther langsung diadang oleh 2 pria dengan tato di lengan. Luther pun menyahut dengan dingin, "Ada yang mengundangku kemari.""Geledah dulu!" Tanpa berbasa-basi, kedua pria itu langsung memeriksa sekujur tubuh Luther. Luther tidak melawan. Sebelum memastikan keselamatan Berry, dia tidak akan bertindak ceroboh."Oke, sudah boleh masuk." Setelah memeriksa cukup lama dan memastikan Luther tidak membawa senjata, mereka baru menyingkir untuk membuka jalan.Luther tidak menanggapi, melainkan langsung menuju ke Kuil Batara. Di dalam sana, seorang pria paruh baya bertelanjang dada sedang menikmati daging panggang bersama para bawahan. Di atas meja, terdapat berbagai anggur lezat. Mereka tampak sangat menikmati momen ini.Sementara itu, Berry yang matanya ditutup dengan kain berdiri di pojok dengan tangan diikat di pilar. Karena tangannya terangkat, postur tubuh Berry menjadi makin seksi, membuat sekelompok pria itu berhasrat."Bos, wanita ini benar-benar seksi. Kemalua
Pria botak itu hanya bisa membeku di tempatnya melihat semua ini. Dia membelalakkan matanya dengan tidak percaya. Apa yang terjadi barusan? Kenapa kemaluannya tiba-tiba putus?Setelah tertegun sesaat, pria botak itu berteriak histeris. Saat berikutnya, kakinya melemas. Dia pun terjatuh dengan keadaan tubuh bagian bawah yang bercucuran darah. Sungguh tragis!"Argh! Penisku!" teriak pria botak itu sambil bergelinding tanpa henti.Teriakan ini sontak membuat semua orang terkejut. Pria berjanggut langsung bangkit dan bertanya, "Apa yang terjadi?""Penisku hilang! Ada yang memotongnya!" pekik pria botak itu sambil memungut penisnya sekaligus mengangkatnya."Buset! Siapa yang melakukannya? Berani sekali kamu mencelakai bawahanku! Cepat keluar!" teriak pria berjanggut itu sambil mengamati sekeliling. Sementara itu, para bawahan telah mengeluarkan senjata masing-masing untuk berjaga-jaga."Aku." Luther perlahan-lahan memasuki Kuil Batara dengan ekspresi dingin. Di dalam sini, berkumpul 20 samp
Para anggota geng itu seketika membeku di tempat. Detik berikutnya, terdengar suara ledakan karena tubuh mereka meledak satu per satu.Dalam sekejap, darah berceceran ke mana-mana. Seluruh Kuil Batara dipenuhi kabut darah. Pria berjanggut itu pun tercengang melihat situasi ini sampai rokoknya terjatuh dari mulut.Semuanya mati? Hanya dengan satu serangan, tubuh para bawahannya meledak begitu saja? Apa lawan mereka ini termasuk manusia? Ini jelas-jelas adalah monster! Penyewa itu bukan menyuruh mereka menjalankan misi, melainkan menyuruh mereka bunuh diri!"Kenapa bisa begini? Siapa sebenarnya dia?" gumam pria botak yang sampai lupa akan rasa sakitnya. Seluruh ekspresinya dipenuhi ketakutan.Mereka mengira ini hanya pembunuhan biasa, apalagi memiliki sokongan, jadi tidak takut pada apa pun. Alhasil, ternyata lawan mereka begitu kuat. Hanya dengan satu lambaian tangan, segala sesuatu bisa dihancurkannya dengan mudah!Kabut darah dan potongan tubuh memenuhi seluruh kuil. Di sisi lain, Lut
Ketika melihat bosnya mengungkapkan semuanya, pria botak itu ingin sekali mengumpat habis-habisan. Bukankah mereka sudah sepakat akan bertahan sampai mati? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Bagaimana dengan nasibnya sekarang?"Bos, bukannya kita sepakat nggak akan membocorkan apa pun? Kenapa kamu berkhianat?" tanya si pria botak dengan ekspresi kebingungan."Maafkan aku. Aku punya keluarga, aku nggak boleh mati. Lagi pula, apa gunanya kamu hidup lagi? Aku akan membantumu menjaga istrimu. Tenang saja," sahut pria berjanggut itu dengan sungguh-sungguh."Sialan! Kamu saja yang mati!" Pria botak yang murka itu sontak menghunuskan pedangnya untuk menikam temannya.Sayang sekali, reaksi pria berjanggut itu jauh lebih cepat. Dia langsung memungut batu dan menghantamkannya ke kepala pria botak itu.Bam! Terdengar suara benturan yang keras. Batu retak, sedangkan kepala pria botak itu berdarah. Akhirnya, dia jatuh pingsan.Meskipun begitu, pria berjanggut itu masih belum berhenti memukulnya. Dia
Tubuh pria berjanggut itu gemetar sesaat, lalu akhirnya terjatuh dan tewas."Apa gunanya menepati janji dengan bajingan sepertimu?" sahut Luther dengan dingin. Sesudah itu, dia berjalan melewati jenazah si pria berjanggut dan membantu Berry melepaskan ikatannya. Luther melepaskan kain hitam yang menutupi mata Berry, lalu bertanya, "Kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja, untung kamu datang tepat waktu. Kalau nggak, aku pasti sudah dinodai mereka!" timpal Berry yang menghela napas lega. Meskipun telah menghadapi banyak rintangan, ini pertama kalinya dia mengalami insiden seperti ini.Apabila Luther terlambat selangkah saja, Berry bukan hanya akan dilecehkan oleh mereka, bahkan mungkin akan dijual ke luar negeri. Ketika saat itu tiba, dia lebih memilih untuk mati."Maaf, semua ini salahku." Luther merasa agak bersalah. Dia menyinggung Daniel, jadi Daniel berniat mengancamnya dengan menggunakan Berry."Jangan sembarangan bicara. Kita ini mitra, sudah seharusnya menanggung suka dan duka
Kabar tentang Geng Beruang yang binasa menyebar dengan cepat. Sementara itu, kelompok yang sebelumnya menjadikan Luther sebagai mangsa hanya bisa menjauh sebisa mungkin sekarang.Geng Beruang adalah geng besar di kawasan kumuh ini, tetapi para elitenya seketika terbunuh dalam waktu setengah jam. Orang cerdas tidak mungkin berani mencari masalah.Dengan demikian, Luther membawa Berry meninggalkan kawasan kumuh dengan lancar. Tiga puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan vila Berry."Tampan, mau masuk nggak?" tanya Berry sambil tersenyum setelah turun dari mobil. Pakaian Berry robek sehingga memperlihatkan pahanya yang putih dan tubuhnya yang seksi."Nggak perlu. Sudah malam, istirahatlah," tolak Luther."Aku agak takut karena tinggal sendirian. Kamu mau menemaniku nggak malam ini? Kalau penjahat datang, kamu bisa melindungiku." Berry mencari alasan."Kalau kamu takut, aku akan mengutus orang berjaga di depan vila," usul Luther."Orang luar nggak bisa dipercaya. Selain itu, gimana k