"Eh?" Hemdar menatap Luther yang menghentikannya. Dia tak kuasa termangu, lalu bertanya, "Aneh? Apanya yang aneh?"Kemudian, Hemdar mengendus-endus anggur itu dan berkata dengan heran, "Aromanya wangi dan tahan lama, nggak ada yang aneh kok.""Ini memang anggur berkualitas baik, tapi ada sesuatu di dalamnya. Kalau meminumnya, kalian bisa mati," jelas Luther dengan sungguh-sungguh."Apa ada racun di dalamnya?" Hemdar mengernyit, lalu meletakkan gelasnya dengan perlahan dan menatap dua pengawalnya. Dia bertanya dengan dingin, "Apa yang terjadi?"Sebelum pelayan diizinkan masuk, pengawal selalu menguji makanan dan minuman yang dibawa dengan jarum perak untuk memastikan semuanya aman."Tuan, kami sudah memeriksanya tadi, nggak ada racun apa pun," ujar salah satu pengawal sembari menggeleng."Aku juga melihatnya dengan mata kepala sendiri, jarum perak itu nggak berubah warna," ucap Eira dengan nada datar."Luther, apa analisismu salah?" tanya Hemdar dengan bingung. Dia bisa tidak memercayai
"Tangkap dia untuk diinterogasi!" Eira segera melambaikan tangan untuk memerintahkan dua bawahannya. Mereka tidak akan melepaskan siapa pun yang terlihat mencurigakan."Kalian pergi ke dapur, tanya apa ada orang asing yang keluar masuk. Kalian pergi periksa rekaman CCTV. Semua yang datang ke restoran ini malam ini harus diinterogasi!" perintah Eira tanpa berbasa-basi. Saat berikutnya, para pengawal langsung berpencar untuk melaksanakan tugas."Tuan, maafkan kelalaianku. Aku hampir membuat kesalahan besar, hukum saja aku," ujar Eira yang membungkuk meminta maaf."Ini bukan kesalahanmu. Metode jahat seperti ini memang tak terduga," sahut Hemdar dengan raut wajah serius."Apa kalian berseteru dengan orang baru-baru ini?" tanya Berry tiba-tiba."Seharusnya nggak ada." Hemdar menggeleng. "Aku jarang menampakkan diri, jadi nggak mungkin menyinggung orang."Kemudian, kelopak mata Hemdar sontak berkedut. Dia melanjutkan, "Sebentar! Apa mungkin ... ini perbuatan Keluarga Ghanim dan Keluarga Sur
Malam berangsur larut.Saat ini, di sebuah rumah tua kuno di pinggiran Kota Narata. Yudas mondar-mandir di ruang tamu dengan meletakkan kedua tangan di belakang punggungnya. Ekspresinya dipenuhi kegelisahan.Demi melawan Luther dan lainnya, Yudas sampai mencari ahli dari Sekte Sihir untuk membantu. Kemampuan ahli ini jauh lebih hebat dari Master Justin yang sebelumnya. Akan tetapi, tingkahnya memang agak aneh dan sulit ditebak.Selain itu, ahli ini juga memiliki hobi unik, yaitu suka menyiksa wanita di ranjang. Hanya dalam satu malam, dia telah menyiksa 3 wanita hingga sekujur tubuh mereka dipenuhi luka dan sekarat. Mereka jelas terlihat begitu cantik sebelum masuk, tetapi menjadi begitu menyedihkan saat keluar.Ahli ini tidak memiliki belas kasihan pada wanita. Orang seperti ini sangat sulit untuk dihadapi. Kalau tidak hati-hati, Yudas mungkin tidak tahu bagaimana caranya mati nanti.Krek .... Saat ini, pintu kamar di seberang tiba-tiba terbuka. Kemudian, tampak seorang pria tua berju
Ketika mendarat, kainnya pun terbuka sehingga sebuah benda seperti bola bergelinding keluar. Ternyata, itu adalah kepala manusia."Buset!" Yudas terperanjat dan mundur beberapa langkah. Wajahnya terlihat pucat pasi. Dia tahu bahwa itu adalah kepala murid Caraka.Ekspresi Caraka tampak masam. Tatapannya menjadi dingin saat memekik, "Siapa kamu? Beraninya kamu membunuh muridku! Besar sekali nyalimu!""Jadi, kamu yang menaruh cacing darah di anggur kami?" Sosok hitam itu perlahan-lahan keluar dari kegelapan, lalu berhenti di depan pintu masuk.Ketika cahaya redup mengenai wajah sosok itu, kelopak mata Yudas sontak berkedut. "Lu ... Luther? Kenapa kamu bisa di sini?""Tindakan kalian sudah terlalu tercela, aku sudah tahu semuanya. Jadi, sekarang aku datang untuk membuat perhitungan dengan kalian," ujar Luther dengan tidak acuh."Membuat perhitungan? Cih! Kamu kira siapa kamu? Beraninya kamu bertindak lancang di hadapan Master Caraka! Benar-benar cari mati!" Yudas meludah, lalu bersembunyi
"Bubuk Kutu dari Sekte Sihir? Hm, menarik juga," gumam Luther sambil memicingkan mata. Dia bisa merasakan sesuatu, yaitu Caraka ini bukan tokoh biasa, melainkan elite Sekte Sihir."Oh? Ternyata kamu juga dari dunia persilatan? Pantas saja, kamu tahu trik yang kugunakan," ucap Caraka sambil mengamati Luther. Dia pun tidak begitu meremehkan Luther lagi.Serangan mendadak tadi tidak akan bisa dihalangi oleh pesilat biasa. Sementara itu, Luther hanya meniup sesaat untuk menyelesaikan krisis. Sungguh luar biasa!"Ah! Wajahku! Wajah tampanku!" Yudas yang telah berhenti menggaruk sontak menutupi wajahnya sambil berteriak histeris. Kemudian, dia memerintahkan dengan lantang, "Master Caraka! Bunuh dia untukku! Aku ingin dia mati tragis!""Bising!" Ekspresi Caraka seketika menjadi masam. Dia melayangkan pukulan kepada Yudas, sampai-sampai membuatnya terhempas cukup jauh. Suasana hatinya memang selalu tidak menentu."Bocah, karena kita sama-sama dari dunia persilatan, aku akan mengampuni nyawamu
"Apa?" Begitu melihat situasi ini, Yudas yang berada di pojok sontak terkesiap hingga terbelalak. Dia tidak menyangka Caraka yang begitu hebat tidak sanggup menangkis serangan Luther.Caraka jelas-jelas adalah petinggi Sekte Sihir. Bagaimana bisa petarung hebat seperti ini dikalahkan oleh Luther begitu saja?"Oh? Kamu nggak mati?" tanya Luther sambil mengangkat alisnya dengan cukup terkejut. Meskipun hanya menggunakan 10% dari kekuatannya, dia sudah mampu membunuh pesilat di bawah tingkat master dengan serangan itu.Tentu saja, Caraka harus berterima kasih pada zirahnya karena sudah membantunya mengurangi dampak serangan. Jika tidak, mungkin sudah muncul lubang di dadanya."Uhuk, uhuk ...." Caraka memuntahkan darah, merasa semua tulangnya telah remuk. Terutama area dadanya. Meskipun dilindungi zirah, tulang dadanya tetap remuk dan organ dalamnya terluka parah."Gi ... gimana bisa kamu sehebat ini? Apa kamu seorang master?" tanya Caraka yang mencengkeram dadanya dengan ketakutan.Caraka
"Berhenti!" Ketika Luther hendak membunuh Caraka, tiba-tiba terdengar bentakan seseorang di udara. Pada saat yang sama, sebuah senjata rahasia memelesat ke arah punggung Luther."Hm?" Luther mengangkat alisnya sedikit dan sontak berbalik. Kemudian, dia menggunakan 2 jari tangannya untuk menahan senjata rahasia itu.Sesudah melihat dengan saksama, Luther baru menyadari bahwa itu adalah panah beracun yang memancarkan cahaya gelap. Terlihat pula simbol Sekte Sihir yang terukir di atasnya."Siapa kamu? Beraninya kamu membunuh anggota Sekte Sihir! Benar-benar bernyali besar!" hardik seorang wanita tua berjubah hitam sambil berjalan keluar dari kegelapan.Wanita tua ini terlihat kurus dan pendek. Meskipun penampilannya biasa-biasa saja, sorot matanya justru sangat tajam seperti ular berbisa."Nenek Asira? Tolong aku!" Begitu melihat pendatang itu, Caraka seolah-olah bertemu penyelamat. Dia berlari ke depan dengan sempoyongan untuk mencari perlindungan.Orang lain mungkin tidak tahu, tetapi C
Untuk sesaat, lengan Asira terasa kebas dan darahnya bergolak hebat. Dia menatap lengannya sambil bergumam dengan ngeri, "Kenapa bisa begini?"Meskipun keahliannya adalah teknik sihir, kekuatan bela diri Asira juga tidak lemah. Kini, dia sudah mendekati tingkat master tahap lanjutan.Itu sebabnya, Asira tidak menyangka dirinya akan kalah dari seorang pemuda. Sebenarnya, seberapa hebat pemuda ini?"Gimana? Kamu masih ingin menghalangiku?" tanya Luther dengan ekspresi dingin. Entah mengapa, dia tidak berniat membunuh wanita tua ini dan hanya ingin memberinya pelajaran untuk mundur."Anak Muda, kamu memang hebat. Aku salut padamu." Asira menarik napas dalam-dalam, menekan darahnya yang bergolak, lalu meneruskan, "Sayangnya, kamu ditakdirkan untuk kalah hari ini. Coba lihat telapak tanganmu dulu, pasti sudah menghitam.""Racunmu nggak akan berefek padaku." Luther menggeleng. Tubuhnya sudah lama kebal terhadap berbagai racun, terutama setelah menerobos. Selain 10 Racun Langka, tidak ada rac
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru