"Tangkap dia untuk diinterogasi!" Eira segera melambaikan tangan untuk memerintahkan dua bawahannya. Mereka tidak akan melepaskan siapa pun yang terlihat mencurigakan."Kalian pergi ke dapur, tanya apa ada orang asing yang keluar masuk. Kalian pergi periksa rekaman CCTV. Semua yang datang ke restoran ini malam ini harus diinterogasi!" perintah Eira tanpa berbasa-basi. Saat berikutnya, para pengawal langsung berpencar untuk melaksanakan tugas."Tuan, maafkan kelalaianku. Aku hampir membuat kesalahan besar, hukum saja aku," ujar Eira yang membungkuk meminta maaf."Ini bukan kesalahanmu. Metode jahat seperti ini memang tak terduga," sahut Hemdar dengan raut wajah serius."Apa kalian berseteru dengan orang baru-baru ini?" tanya Berry tiba-tiba."Seharusnya nggak ada." Hemdar menggeleng. "Aku jarang menampakkan diri, jadi nggak mungkin menyinggung orang."Kemudian, kelopak mata Hemdar sontak berkedut. Dia melanjutkan, "Sebentar! Apa mungkin ... ini perbuatan Keluarga Ghanim dan Keluarga Sur
Malam berangsur larut.Saat ini, di sebuah rumah tua kuno di pinggiran Kota Narata. Yudas mondar-mandir di ruang tamu dengan meletakkan kedua tangan di belakang punggungnya. Ekspresinya dipenuhi kegelisahan.Demi melawan Luther dan lainnya, Yudas sampai mencari ahli dari Sekte Sihir untuk membantu. Kemampuan ahli ini jauh lebih hebat dari Master Justin yang sebelumnya. Akan tetapi, tingkahnya memang agak aneh dan sulit ditebak.Selain itu, ahli ini juga memiliki hobi unik, yaitu suka menyiksa wanita di ranjang. Hanya dalam satu malam, dia telah menyiksa 3 wanita hingga sekujur tubuh mereka dipenuhi luka dan sekarat. Mereka jelas terlihat begitu cantik sebelum masuk, tetapi menjadi begitu menyedihkan saat keluar.Ahli ini tidak memiliki belas kasihan pada wanita. Orang seperti ini sangat sulit untuk dihadapi. Kalau tidak hati-hati, Yudas mungkin tidak tahu bagaimana caranya mati nanti.Krek .... Saat ini, pintu kamar di seberang tiba-tiba terbuka. Kemudian, tampak seorang pria tua berju
Ketika mendarat, kainnya pun terbuka sehingga sebuah benda seperti bola bergelinding keluar. Ternyata, itu adalah kepala manusia."Buset!" Yudas terperanjat dan mundur beberapa langkah. Wajahnya terlihat pucat pasi. Dia tahu bahwa itu adalah kepala murid Caraka.Ekspresi Caraka tampak masam. Tatapannya menjadi dingin saat memekik, "Siapa kamu? Beraninya kamu membunuh muridku! Besar sekali nyalimu!""Jadi, kamu yang menaruh cacing darah di anggur kami?" Sosok hitam itu perlahan-lahan keluar dari kegelapan, lalu berhenti di depan pintu masuk.Ketika cahaya redup mengenai wajah sosok itu, kelopak mata Yudas sontak berkedut. "Lu ... Luther? Kenapa kamu bisa di sini?""Tindakan kalian sudah terlalu tercela, aku sudah tahu semuanya. Jadi, sekarang aku datang untuk membuat perhitungan dengan kalian," ujar Luther dengan tidak acuh."Membuat perhitungan? Cih! Kamu kira siapa kamu? Beraninya kamu bertindak lancang di hadapan Master Caraka! Benar-benar cari mati!" Yudas meludah, lalu bersembunyi
"Bubuk Kutu dari Sekte Sihir? Hm, menarik juga," gumam Luther sambil memicingkan mata. Dia bisa merasakan sesuatu, yaitu Caraka ini bukan tokoh biasa, melainkan elite Sekte Sihir."Oh? Ternyata kamu juga dari dunia persilatan? Pantas saja, kamu tahu trik yang kugunakan," ucap Caraka sambil mengamati Luther. Dia pun tidak begitu meremehkan Luther lagi.Serangan mendadak tadi tidak akan bisa dihalangi oleh pesilat biasa. Sementara itu, Luther hanya meniup sesaat untuk menyelesaikan krisis. Sungguh luar biasa!"Ah! Wajahku! Wajah tampanku!" Yudas yang telah berhenti menggaruk sontak menutupi wajahnya sambil berteriak histeris. Kemudian, dia memerintahkan dengan lantang, "Master Caraka! Bunuh dia untukku! Aku ingin dia mati tragis!""Bising!" Ekspresi Caraka seketika menjadi masam. Dia melayangkan pukulan kepada Yudas, sampai-sampai membuatnya terhempas cukup jauh. Suasana hatinya memang selalu tidak menentu."Bocah, karena kita sama-sama dari dunia persilatan, aku akan mengampuni nyawamu
"Apa?" Begitu melihat situasi ini, Yudas yang berada di pojok sontak terkesiap hingga terbelalak. Dia tidak menyangka Caraka yang begitu hebat tidak sanggup menangkis serangan Luther.Caraka jelas-jelas adalah petinggi Sekte Sihir. Bagaimana bisa petarung hebat seperti ini dikalahkan oleh Luther begitu saja?"Oh? Kamu nggak mati?" tanya Luther sambil mengangkat alisnya dengan cukup terkejut. Meskipun hanya menggunakan 10% dari kekuatannya, dia sudah mampu membunuh pesilat di bawah tingkat master dengan serangan itu.Tentu saja, Caraka harus berterima kasih pada zirahnya karena sudah membantunya mengurangi dampak serangan. Jika tidak, mungkin sudah muncul lubang di dadanya."Uhuk, uhuk ...." Caraka memuntahkan darah, merasa semua tulangnya telah remuk. Terutama area dadanya. Meskipun dilindungi zirah, tulang dadanya tetap remuk dan organ dalamnya terluka parah."Gi ... gimana bisa kamu sehebat ini? Apa kamu seorang master?" tanya Caraka yang mencengkeram dadanya dengan ketakutan.Caraka
"Berhenti!" Ketika Luther hendak membunuh Caraka, tiba-tiba terdengar bentakan seseorang di udara. Pada saat yang sama, sebuah senjata rahasia memelesat ke arah punggung Luther."Hm?" Luther mengangkat alisnya sedikit dan sontak berbalik. Kemudian, dia menggunakan 2 jari tangannya untuk menahan senjata rahasia itu.Sesudah melihat dengan saksama, Luther baru menyadari bahwa itu adalah panah beracun yang memancarkan cahaya gelap. Terlihat pula simbol Sekte Sihir yang terukir di atasnya."Siapa kamu? Beraninya kamu membunuh anggota Sekte Sihir! Benar-benar bernyali besar!" hardik seorang wanita tua berjubah hitam sambil berjalan keluar dari kegelapan.Wanita tua ini terlihat kurus dan pendek. Meskipun penampilannya biasa-biasa saja, sorot matanya justru sangat tajam seperti ular berbisa."Nenek Asira? Tolong aku!" Begitu melihat pendatang itu, Caraka seolah-olah bertemu penyelamat. Dia berlari ke depan dengan sempoyongan untuk mencari perlindungan.Orang lain mungkin tidak tahu, tetapi C
Untuk sesaat, lengan Asira terasa kebas dan darahnya bergolak hebat. Dia menatap lengannya sambil bergumam dengan ngeri, "Kenapa bisa begini?"Meskipun keahliannya adalah teknik sihir, kekuatan bela diri Asira juga tidak lemah. Kini, dia sudah mendekati tingkat master tahap lanjutan.Itu sebabnya, Asira tidak menyangka dirinya akan kalah dari seorang pemuda. Sebenarnya, seberapa hebat pemuda ini?"Gimana? Kamu masih ingin menghalangiku?" tanya Luther dengan ekspresi dingin. Entah mengapa, dia tidak berniat membunuh wanita tua ini dan hanya ingin memberinya pelajaran untuk mundur."Anak Muda, kamu memang hebat. Aku salut padamu." Asira menarik napas dalam-dalam, menekan darahnya yang bergolak, lalu meneruskan, "Sayangnya, kamu ditakdirkan untuk kalah hari ini. Coba lihat telapak tanganmu dulu, pasti sudah menghitam.""Racunmu nggak akan berefek padaku." Luther menggeleng. Tubuhnya sudah lama kebal terhadap berbagai racun, terutama setelah menerobos. Selain 10 Racun Langka, tidak ada rac
"Charlotte?" Luther tak kuasa tertegun melihat gadis berambut putih yang muncul mendadak itu. Dari ekspresinya, dia tampak sangat terkejut.Gadis ini tidak lain adalah murid Luther satu-satunya, Charlotte. Mereka sudah lama tidak bertemu dan malah bertemu di sini.Jika dibandingkan dengan dulu, perubahan Charlotte tampak cukup besar. Selain makin cantik, aura gadis ini juga menjadi makin misterius. Setiap gerak-geriknya membuat lawan bicaranya merasa tertekan. Jelas, Charlotte yang sekarang bukan lagi yang dulu karena telah membangkitkan garis keturunannya."Paman, gimana? Kamu pasti terkejut, 'kan?" tanya Charlotte sambil tersenyum."Dasar kamu ini. Kenapa nggak pernah menghubungiku untuk memberi kabar?" balas Luther sambil pura-pura memasang ekspresi jengkel. Kemudian, dia mengetuk kepala Charlotte dengan ringan.Tindakan ini sontak membuat ekspresi para petinggi Sekte Sihir menjadi garang. Mereka seolah-olah ingin melahap Luther hidup-hidup. Berani sekali bocah ini mengetuk kepala W