Mereka tidak memiliki kepercayaan diri untuk menang jika satu lawan satu. Jika menyerang secara bersamaan, mereka yakin bisa menang."Berhenti!" Saat ini, sekelompok orang tampak memasuki sekolah bela diri. Yang memimpin adalah seorang pria tua beruban dan bertubuh kekar yang mengenakan pakaian tradisional. Penampilannya sungguh karismatik. Ketika berjalan, tubuhnya memancarkan tekanan yang tak kasatmata. Itu adalah aura yang dimiliki seseorang setelah menjabat posisi tinggi untuk waktu yang lama.Di samping pria tua itu, terlihat pula seorang wanita cantik. Wajah dan postur tubuhnya benar-benar menawan, karismanya juga terlihat elegan. Setiap gerakan tubuhnya membuatnya terkesan seperti seorang ratu. Wanita itu tidak lain adalah Bianca."Lancang sekali! Siapa kalian? Berani sekali kalian menerobos masuk ke sekolah bela diri ini!" bentak salah satu anggota Keluarga Angelo."Diam!" Ekspresi Valda sontak berubah. Dia menampar orang itu, lalu menyambut pria tua itu dan menangkupkan tangan
Ezra mengamatinya dengan tatapan selidik, membuat jantung Luther sontak berdetak kencang. Luther bahkan bisa merasakan sebuah tekanan tak kasatmata. Hanya saja, dia sudah menduga akan hal ini sehingga sama sekali tidak terkejut dan tetap terlihat tenang."Aku sudah lama mendengar tentang reputasi Tuan, tapi kita nggak pernah bertemu. Mungkin saja wajahku pasaran, makanya Tuan merasa familier," jelas Luther tanpa merendah.Sepuluh tahun telah berlalu. Baik itu tinggi badan, paras, ataupun karisma Luther, semua mengalami perubahan besar. Sahabatnya sekalipun belum tentu bisa mengenalinya sekarang."Masa?" Ezra mengamatinya sekali lagi, lalu meneruskan dengan ekspresi datar, "Ya, mungkin kamu benar.""Kakek, Luther sangat hebat. Dia cerdas, jago bertarung, dan ahli dalam bidang medis. Dia sering kali membantuku. Di seluruh Midyar, nggak ada genius seperti dia!" ujar Bianca dengan bangga. Dia tidak pernah merasa ragu untuk memuji kekasihnya."Hehe ... dasar kamu ini, jangan begitu melebih-
Valda memelotot dan berkata, "Hari ini adalah kesempatanmu untuk mendapatkan kehormatan kembali. Asalkan mengalahkan Luther dan menghilangkan momok di hatimu, basis kultivasimu pasti akan meningkat lagi."Bibir Barney berkedut. Dia ingin sekali memaki Valda, tetapi tidak berani. Pada akhirnya, dia pun memberanikan diri untuk berujar, "Paman, cederaku belum pulih. Gimana kalau kamu pilih orang lain saja?""Jangan mimpi! Itu hanya cedera ringan! Cepat maju, jangan buat Keluarga Angelo malu!" seru Valda dengan suara rendah."Ba ... baiklah." Barney ingin sekali menangis, dia terpaksa maju dengan ekspresi sedih. Dia awalnya merasa semangat karena mengira dirinya akan menonton pertunjukan seru hari ini. Tanpa diduga, dia malah terlibat dalam duel ini sekarang."Barney, kamu yakin ingin bertarung denganku?" tanya Luther sambil tersenyum tipis."Luther, pria dari Keluarga Angelo nggak pernah takut pada pertarungan. Meskipun terluka, aku sama sekali nggak takut padamu. Majulah!" sahut Barney d
Valda menggertakkan gigi dan mengepalkan tangannya. Wajahnya yang tegas dipenuhi amarah. Berani sekali keturunan Keluarga Angelo melarikan diri seperti ini. Ini sungguh penghinaan besar! Barney bahkan melakukannya di hadapan seorang adipati! Dia telah mencoreng nama baik Keluarga Angelo!"Tuan Valda, keponakanmu ini memang pintar menilai situasi, ya?" sindir Bianca sembari tersenyum tipis.Sudut bibir Valda pun berkedut, ekspresinya menjadi makin masam. Sungguh memalukan! Dia segera memerintahkan, "Cepat tangkap dia kembali! Aku akan menghukumnya sesuai aturan keluarga!""Baik!" Para anggota Keluarga Angelo tidak berani ragu sedikit pun. Mereka langsung berlari ke luar untuk mencari Barney. Mereka semua tahu bahwa Barney dalam masalah besar sekarang."Orang-orang mengatakan pria dari Keluarga Angelo pemberani dan kuat, tapi ternyata nggak begitu. Benar-benar mengecewakan," ujar Ezra tiba-tiba. Dia datang jauh-jauh, tetapi tidak melihat keseruan apa pun dan waktunya jadi tersia-siakan.
Barney tampak menggerakkan kedua tangannya sehingga bermunculan bayangan tinju yang tak terhitung jumlahnya. Semua bayangan itu pun memelesat ke arah Luther dengan kekuatan yang tak terbendung. Bahkan, terdengar siulan yang disebabkan oleh kecepatan tinggi."Ternyata kekuatan Barney meningkat lagi. Serangannya ini nggak kalah dari Efron kok.""Tinju Badai Api ini memang jurus andalan Keluarga Angelo. Selama ada peluang, Barney bisa saja mengalahkan Luther."Semua orang tampak berseru takjub dan dipenuhi penantian saat melihat serangan ini. Mungkin, Barney bisa membuat keajaiban dengan serangan ini.Bam! Suara ledakan yang mendadak ini menghancurkan imajinasi orang-orang. Sebelum menyentuh Luther, Barney sudah terhempas jauh.Gedebuk! Barney mendarat di kejauhan belasan meter. Kepalanya menabrak dinding sehingga dia langsung jatuh pingsan.Melihat situasi ini, para anggota Keluarga Angelo pun menghela napas. Meskipun telah membuat persiapan mental, kekalahan Barney ini terlalu cepat, me
Nada bicara Maxim terdengar sangat tenang, begitu juga dengan ekspresinya. Bahkan, salah satu tangannya diletakkan di dalam saku, membuatnya terlihat sangat meremehkan Luther.Bagaimanapun, hanya beberapa orang di dunia ini yang bisa membuatnya mengerahkan seluruh kekuatannya. Maxim pun yakin pemuda di depannya ini juga demikian."Membiarkanku menyerang 3 kali duluan? Kamu yakin?" Luther mengangkat alisnya dan tersenyum tipis.Para genius di Midyar ini sungguh menilai tinggi diri sendiri. Mereka berani bersikap arogan, padahal tidak mengetahui kemampuan lawan. Entah ini namanya percaya diri atau bodoh ...."Kenapa? Nggak cukup? Oke, kalau begitu, kutambah jadi 10 serangan. Kalau kamu bisa melukaiku dalam 10 serangan, berarti kamu menang," sahut Maxim.Begitu mendengarnya, sebagian besar anggota Keluarga Angelo pun tertawa terbahak-bahak dan mengejek."Hahaha! Kak Maxim terlalu meremehkan lawannya!""Sampai 10 serangan lho, aku malu sekali kalau jadi lawannya!""Kak Maxim memang luar bi
Hal ini tentu membuktikan bahwa kemampuan Luther sangat hebat, bahkan tidak kalah darinya.Luther menarik tangannya, lalu tersenyum sambil bertanya, "Kenapa? Bukannya kamu menyuruhku melancarkan 10 serangan duluan? Kok malah menghindar?""Kakakku nggak bilang dia nggak boleh menghindar atau melawanmu!" sahut Belvia dengan ekspresi geram."Luther, harus kuakui, kamu lebih hebat dari yang kubayangkan. Jujur saja, aku awalnya nggak peduli padamu. Aku merasa kamu nggak pantas menjadi lawanku. Tapi, seranganmu tadi telah mengubah pemikiranku," ujar Maxim dengan ekspresi serius."Jadi?" tanya Luther sambil tersenyum."Jadi, aku akan melawanmu dengan serius," balas Maxim sembari melepaskan jaketnya. Tatapannya menjadi sangat tajam."Serius? Memangnya berguna?" Luther merasa agak penasaran.Maxim seakan-akan tidak mendengarnya. Dia berkata, "Aku sudah lama nggak bertemu lawan kuat yang bisa membuatku bertarung serius. Kamu salah satu dari mereka. Hari ini, kamu harus berbangga diri kalau kalah
"Kak Maxim, semangat! Beri bocah itu pelajaran!" seru Belvia dengan penuh semangat melihat keagungan Maxim. Karena terlahir di Keluarga Angelo, Belvia sangat mengagumi ahli bela diri hebat sejak kecil. Itu sebabnya, dia selalu berdiri di pihak Maxim karena merasa hanya Maxim yang setara dengannya."Bianca, pacarmu mungkin berada dalam bahaya. Maxim adalah genius nomor satu Keluarga Angelo. Kemampuannya telah meningkat pesat sekarang, bahkan sedikit lagi sudah mencapai tingkat semi-master. Orang seusianya sulit untuk menang," ujar Ezra sambil memicingkan matanya."Kakek, jangan membuat kesimpulan terlalu cepat. Pemenangnya belum diketahui, jadi belum tentu Luther akan kalah," sahut Bianca dengan tersenyum. Maxim memang hebat, tetapi menurut Bianca, pria ini masih kalah dari Luther."Oh? Sepertinya kamu sangat yakin dengan kemampuan pacarmu?" tanya Ezra dengan penuh minat sambil mengangkat alisnya."Tentu saja!" Bianca mendongak dengan bangga dan meneruskan, "Pria lemah nggak mungkin bis