Julia merasa Wenny sangat bodoh."Oh! Ada tamu ya?" Pada saat itu, Hemdar tiba-tiba masuk dengan beberapa orang. Dia berjalan dengan santai sambil mengipasi dirinya, tetap terlihat sangat elegan. Master bela diri, Eira juga mengikutinya di belakang dan mengawasi sekitar dengan tatapan yang tajam agar waspada terhadap setiap ancaman."Hemdar, kenapa kamu ke sini?" Melihat Hemdar yang datang, ekspresi Wenny terlihat lembut."Kak Wenny, kamu pasti belum makan, 'kan? Aku sengaja membawakan beberapa hidangan dari Restoran Sultan untukmu, kamu makan saja dulu." Setelah mengatakan itu, Hemdar menyuruh Eira untuk membawa kotak makanan itu, lalu menyajikan satu per satu hidangannya di atas meja Wenny. Ada enam sayuran dan satu sup, semuanya lengkap dari sayuran dan daging."Terima kasih, Hemdar. Kakak memang nggak sia-sia menyayangimu," kata Wenny yang langsung tersenyum ceria. Semua kegelisahan tadi pun langsung menghilang. Memiliki seorang adik yang begitu pengertian, dia merasa sangat senang
Seiring dengan perintah dari Hemdar, sekelompok pengawal di belakangnya langsung maju dan mengepung Julia dan Yudas. Mereka mengamati kedua orang itu dengan tatapan yang ganas."Apa yang ingin kalian lakukan? Aku peringatkan kalian jangan sembarangan, aku adalah putri Keluarga Ghanim. Kalau kalian menyentuhku, kalian menerima balasannya!" teriak Julia dengan tegas untuk mengancam sekelompok pengawal itu. Dia tidak menyangka Hemdar ini begitu tidak sopan dan bahkan lebih sulit diajak bicara daripada Wenny."Tuan Hemdar, jangan marah. Hanya pembahasan bisnis nggak sepakat saja, nggak perlu ribut sampai seperti ini," kata Yudas dengan segera sambil tersenyum untuk mencoba menenangkan situasinya.Yudas menyadari semua orang kalangan elite di Midyar tahu pengaruh Hemdar sangat besar dan menghormatinya. Semua anggota Keluarga Oktavius sangat menghargai Hemdar dan selalu melindunginya apa pun kesalahannya. Bisa dibilang, semua anak keluarga kaya lainnya pun tidak ada seorang pun yang bisa men
"Bagus ... bagus sekali!" Ekspresi Wenny terlihat sangat gembira dan langsung bersemangat. Sebelumnya, dia masih khawatir harus bagaimana menghadapi dampak ini dan mengurangi kerugiannya. Tak disangka, dia akan menerima kabar baik ini begitu cepat.Keluarga Oktavius memimpin industri farmasi ini dan menguasai hampir 70% pasaran farmasi di Midyar. Selama mereka memiliki produk, mereka tidak perlu khawatir tidak bisa menjualnya. Inilah alasannya Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman mengutus orang untuk membahas kerja sama dengan mereka. Jika kedua keluarga ini ingin mempromosikan Salep Peremajaan, kedua keluarga ini harus menghadapi mereka. Sayangnya, kedua keluarga ini terlalu serakah dan tidak mau berbagi keuntungan, sehingga pada akhirnya pembahasan kerja sama mereka gagal.Sekarang dengan adanya kejutan yang dibawa oleh Hemdar, Wenny merasa Perusahaan Farmasi Oktavius tidak perlu bergantung dengan kedua keluarga itu lagi. Mereka bahkan bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menekan
Saat ini, di dalam sebuah mobil Maserati yang sedang berjalan. Julia duduk di kursi belakang menuangkan segelas anggur merah untuk dirinya sendiri, lalu langsung meneguknya hingga habis. Wajahnya yang awalnya cantik dipenuhi dengan kebencian dan kemarahan."Kakak beradik Keluarga Oktavius sialan! Berani-beraninya mereka mengusir kita, aku pasti akan membalas perlakuan mereka!" kata Julia dengan sangat merah."Julia, tenang saja. Keluarga Oktavius nggak mudah dihadapi, saat ini bukan waktu yang tepat untuk melawan mereka," hibur Yudas."Huh! Sebagai sesama delapan keluarga kaya, apa kita nggak bisa menandingi Keluarga Oktavius kalau kedua keluarga kita bersatu?" kata Julia dengan ekspresi tidak puas."Bukan takut, tapi nggak perlu," kata Yudas sambil menggelengkan kepala. Kekuatan Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman digabungkan tentu saja akan lebih kuat dibandingkan Keluarga Oktavius. Namun, dia berpikir jika mereka benar-benar menantang Keluarga Oktavius, pada akhirnya kedua belah p
Saat Luther sudah berhenti, Ghufran yang berdiri di belakang akhirnya berbicara. Dia terus melihat dari samping, tetapi dia tidak bisa membantu Luther apa pun. Meskipun keterampilan medisnya sangat baik, dia tetap tidak bisa mengobati penyakitnya jika tidak ada obat yang sesuai."Kondisi Paman Bahran stabil untuk sementara ini, tapi aku nggak tahu situasi ini akan bertahan berapa lama. Kita harus segera mengumpulkan semua bahan obatnya dan membuat Pil Pemurni Sumsum. Hanya dengan cara ini, kita baru bisa menyembuhkan Paman Bahran sepenuhnya," kata Luther dengan serius.Menggunakan energi sejati untuk memperpanjang nyawa hanya bisa menangani penyakit Bahran untuk sementara, bukan akar masalahnya. Selain itu, kondisi Bahran akan menjadi makin buruk seiring berjalannya waktu. Jika terus seperti itu, Bahran hanya akan mati."Semua ini salahku yang nggak berguna. Sampai sekarang pun aku masih nggak menemukan keberadaan dua obat spiritual itu," kata Ghufran dengan ekspresi bersalah. Dia memi
Satu jam kemudian, Land Rover milik Barney akhirnya berhenti di depan pintu sebuah sekolah bela diri. Skala sekolah bela diri itu sangat besar dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan program latihan. Terdapat sebuah prasasti di depan pintunya yang terukir nama Sekolah Bela Diri Mondial. Sekolah bela diri ini adalah salah satu bisnis dari Organisasi Mondial.Di seluruh dunia persilatan, ada tiga sekte besar yang paling kuat yaitu Organisasi Mondial, Sekte Sihir, dan Sekte Pedang. Murid-murid dari Organisasi Mondial menyebar ke seluruh dunia yang totalnya ada ratusan ribu dan semuanya adalah para elite. Di antara ketiga sekte ini, murid mereka paling banyak dan pengaruhnya paling besar.Sementara itu, Sekte Sihir terkenal dengan metode pembunuhan yang misterius, sehingga menakutkan bagi semua orang di dunia persilatan.Di sisi lain, fokus utama Sekte Pedang adalah kekuatan. Meskipun jumlah mereka sedikit, kekuatan semua muridnya sangat luar biasa. Murid-murid mereka sangat jarang me
Valda menggelengkan kepala. "Masih muda saja sudah nggak tahu diri. Sadarlah. Ini bukan Provinsi Narata, tapi Midyar yang penuh dengan orang berbakat. Ilmu bela dirimu yang biasa-biasa saja itu nggak berguna di sini.""Tuan Valda, kalau ingin bertarung, cepatlah. Aku sedang buru-buru." Saat mengatakan itu, Luther bahkan menguap seolah-olah masih mengantuk. Belakangan ini, dia sibuk dengan renovasi Klinik Svarga, mengajari para alkemis untuk membuat Salep Halimun, dan juga menyelidiki keberadaan Sumsum Giok dan Teratai Es. Kesibukan itu pun hampir membuatnya tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Jika bukan karena Keluarga Angelo masih memiliki sedikit kegunaan baginya, dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya di sini."Anak Muda, kamu lancang sekali!" Sikap Luther langsung membuat para anggota Keluarga Angelo marah. Mereka sudah melihat banyak orang yang sombong, tetapi mereka belum pernah melihat orang yang sama sekali tidak menghargai Keluarga Angelo seperti Luther. Mereka merasa Lut
Efron sudah kalah, bahkan kalah dengan sangat memalukan. Tubuhnya yang besar langsung membuat sebuah lubang di dinding dan setengah tubuhnya terjebak di dalamnya hingga tidak bisa bergerak. Jika dilihat dari kejauhan, dia terlihat seperti sebuah lukisan yang tergantung di dinding."Hah?" Melihat adegan itu, semua orang tercengang. Mata mereka membelalak dan ekspresi mereka terlihat terkejut. Saat Efron menyerang dengan ganas, mereka masih mengira Efron akan menang. Tak disangka, mereka malah melihat Efron dipukul hingga terbang. Mereka bahkan belum menyadari apa yang telah terjadi."Apa yang telah terjadi tadi? Kak Efron ... benar-benar kalah?""Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin Kak Efron yang begitu kuat kalah pada anak ini?""Kecelakaan! Ini pasti hanya sebuah kecelakaan!"Setelah hening sejenak, suasana seluruh ruangan langsung menjadi gempar. Tidak ada seorang pun yang menyangka akhirnya akan seperti ini. Efron memiliki kekuatan alami, juga seorang master, dan pertahanan tubuhny
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In