"Benar! Kakekku sering sakit dan setiap kali dia sakit pun harus berbaring di tempat tidur selama beberapa hari," kata Julia sambil terus menganggukkan kepala."Jadi, inilah yang memberikan kesempatan untuk si penyihir itu menyerang."Luther tersenyum dan berkata, "Kalau ingin menyembuhkan Tuan Walace, sebenarnya nggak sulit. Asalkan kalian membuang Giok Darah ini dan menenangkan pikirannya, nggak akan ada masalah besar lagi. Akupunktur yang kulakukan tadi adalah untuk menenangkan pikirannya. Selain itu, aku juga akan menulis resep obat penenang. Setelah mengonsumsinya selama sepuluh hari hingga dua minggu, Tuan Walace akan pulih sepenuhnya.""Nggak mungkin semudah itu, 'kan?" Kenapa aku merasa kamu sepertinya sedang mempermainkan kami?" tanya Yudas dengan ragu.Luther mengernyitkan alisnya. "Mudah? Kalau aku nggak menemukan Giok Darah ini, mungkin hidup Tuan Walace nggak akan lama lagi.""Kami nggak mengerti apa yang kamu katakan. Aku hanya berharap Tuan Walace bisa segera sadar," kat
Situasi Walace sudah stabil untuk saat ini. Giotto memutuskan untuk menahan Luther tinggal di sana karena tidak percaya kepada Luther dan selalu mengirim orang untuk mengawasi Luther.Luther mengikuti Julia untuk bersenang-senang di jalan-jalan sekitar rumah Keluarga Ghanim. Properti Keluarga Ghanim sangat banyak, seperti bar, karaoke, hotel, kasino, dan lain-lain. Bisa dibilang, Keluarga Ghanim menguasai hampir semua fasilitas hiburan dalam radius sepuluh kilometer ini, sehingga mereka bisa mendapat keuntungan besar.Setelah lelah bermain, Julia mengajak Luther untuk makan malam di sebuah restoran mewah di sekitar. Namun begitu mereka duduk, pintu restoran terbuka. Yudas melangkah masuk dengan sebuah buket bunga yang besar dan tatapan yang penuh cinta."Huh! Kenapa kamu datang ke sini?" Begitu melihat Yudas, ekspresi Julia langsung terlihat serius.Bruk!Tanpa basa-basi, Yudas langsung berlutut di lantai dan berkata dengan ekspresi bersalah, "Julia, maafkan aku. Aku sudah tahu kesalah
"Wanita cantik, sangat sulit untuk menemukan pacar yang memperlakukanmu dengan tulus di era ini. Aku lihat pria tampan ini sangat baik. Demi mendapatkanmu kembali, dia rela melepaskan harga dirinya. Kalau pacarku bisa sebaik ini, aku pasti bakal senang banget."Para pelanggan di restoran itu satu per satu menasihati Julia. Sebagai seorang pria, tindakan tulus seperti berlutut dan meminta maaf kepada seorang wanita di depan umum ini cukup untuk menyentuh hati orang."Julia, maafkan aku ya? Aku bersumpah, kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan sepenuh hati. Kalau aku mengkhianatimu, aku akan disambar petir!" Yudas berlutut di lantai dan mengangkat lengannya, lalu mengacungkan tiga jari dan bersumpah dengan ekspresi yang serius.Sikap Yudas yang sangat tegas membuat hati Julia agak tersentuh. Namun, dia tetap berpura-pura marah dan berkata, "Yudas, sekarang sudah terlambat untuk mengatakan semua ini. Aku pernah memberimu kesempatan, kamu sendiri yang nggak menghargainya. Sekarang, Lu
"Luther, jangan gegabah. Kamu nggak bisa mengalahkannya!" Melihat situasinya menjadi buruk, Julia segera memperingatkan Luther. Yudas telah berlatih bela diri sejak kecil sehingga tubuhnya kuat dan bisa mengalahkan banyak lawan sekaligus. Sementara itu, Luther hanya seorang dokter, berduel dengan seorang ahli bela diri seperti itu berarti sama saja mencari mati."Tenang saja, orang seperti ini nggak berarti apa-apa bagiku," kata Luther dengan tenang. Yudas ini hanya seorang pesilat energi internal, masih berguna jika melawan orang biasa. Namun, dia akan kalah jika berhadapan dengan lawan yang lebih luar biasa."Anak muda, kamu masih bisa sombong sekarang, sebentar lagi kamu akan segera tahu seberapa besar perbedaan kita," kata Yudas sambil tersenyum dingin, lalu melepaskan jasnya dan memperlihatkan kemeja putihnya. Di balik kemeja itu, otot-ototnya yang menonjol terlihat sangat kuat."Yudas, aku peringatkan kamu, jangan membuat masalah!" Julia langsung berdiri di depan Luther untuk men
Yudas menjerit kesakitan. Namun sebelum jeritannya selesai, tangan Luther sudah mencekik tenggorokannya dengan kuat hingga jeritannya terpaksa harus berhenti. Napasnya langsung berhenti sejenak hingga wajahnya memerah dan pembuluh darah di lehernya menonjol. Kedua kakinya perlahan-lahan terangkat dari lantai dan berusaha menendang-nendang ke segala arah, tetapi usahanya tetap tidak berguna. Rasa takutnya akan kematian langsung memenuhi pikirannya."Lepaskan aku ...." Suara Yudas terdengar serak saat berusaha mengatakan kata-kata itu."Nggak bisa menang jadi mengeluarkan pisau, kamu nggak tahu malu ya?" Luther mencekik leher Yudas dengan lebih kuat lagi hingga wajah Yudas menjadi pucat."Jangan sakiti dia!" Setelah terdengar jeritan dari belakang Luther, lalu tiba-tiba terdengar suara botol pecah setelah menghantam kepala Luther dari belakang. Dalam sekejap, botol itu hancur berkeping-keping dan minumannya berserakan di lantai."Eh?" Luther mengernyitkan alisnya dan menoleh ke belakang.
"Luther, kamu sudah keterlaluan. Gimana kalau Yudas terluka?" Julia merasa agak kasihan saat melihat bekas cengkeraman di leher Yudas. Jadi, dia bangkit dan bertanya demikian."Keterlaluan?" Luther terkekeh-kekeh dan bertanya balik, "Nona Julia, kamu harus tahu siapa yang ingin melukai orang dulu. Aku hanya melindungi diri. Jadi, siapa sebenarnya yang keterlaluan?"Begitu mendengarnya, ekspresi Julia membeku. Dia memaksakan diri untuk menjelaskan, "Yudas hanya ingin menakutimu, nggak mungkin serius. Kamu nggak seharusnya bertindak sekejam ini.""Berarti semua ini salahku?" Ekspresi Luther tampak mencemooh diri sendiri. Dia meneruskan, "Aku yang kepo karena menjadi tamengmu? Aku yang mengambil inisiatif untuk menantangnya? Atau aku yang menyerang orang secara diam-diam?""Bu ... bukan begitu maksudku." Julia merasa agak bersalah. Dia menjelaskan, "Aku memang salah karena menyerangmu secara diam-diam. Tapi, semua itu karena aku khawatir kamu melukai Yudas. Kuharap kamu bisa memakluminya.
Menurut Yudas, Luther hanya pria miskin. Atas dasar apa berebutan wanita dengannya? Sungguh tidak tahu diri!Tidak ada gunanya Luther bersusah payah untuk mendekati Julia. Asalkan menggunakan sedikit trik, Yudas sudah bisa memenangkan hati wanita ini kembali. Inilah kesenjangan mereka berdua.Luther meninggalkan tempat itu. Ekspresi Julia tampak agak rumit saat memandang sosok belakang Luther. Julia mengira Luther menyukainya sehingga pria ini selalu membantunya. Di luar dugaan, Luther malah pergi begitu saja tanpa ragu sedikit pun. Apakah Luther merasa sakit hati atau hanya untuk jual mahal?"Luther, aku membawamu ke lingkaran pertemananku karena merasa kamu orang baik. Aku ingin melihatmu sukses, tapi kamu malah nggak tahu diuntung. Kamu tahu apa yang telah kamu lewatkan? Kesempatan untuk menjadi kaya raya dan hidup indah!""Semua ini pilihanmu sendiri, bukan salahku. Aku sudah memberimu kesempatan, kamu yang nggak menghargainya. Sudahlah, kita memang berasal dari dunia yang berbeda.
Keesokan pagi, di kamar tamu kediaman Keluarga Ghanim. Luther sedang duduk bersila untuk bermeditasi.Tok, tok, tok .... Pintu tiba-tiba diketuk seseorang. Luther membuka matanya dengan perlahan sambil bertanya, "Siapa?""Dokter Luther, aku Limas. Aku datang untuk mengantarkan sarapan." Terdengar suara yang agak familier di luar. Luther pun bangkit dan membukakan pintu.Terlihat seorang remaja berusia 15 tahun dan bertubuh kurus berdiri di luar. Dia memegang kotak makan yang terlihat indah.Remaja ini bernama Limas, dia pelayan kediaman Keluarga Ghanim. Sejak kecil, dia yatim piatu dan hidup sebatang kara.Sejak Luther memasuki kediaman ini, Limas yang terus merawatnya. Limas menyiapkan semuanya, bahkan begitu perhatian dan bertanggung jawab."Terima kasih," ujar Luther sambil bergeser sedikit agar Limas bisa masuk."Sama-sama, sudah seharusnya," balas Limas yang merasa tersanjung. Setelah memberi hormat dan masuk, dia meletakkan kotak makan dengan hati-hati dan membukanya satu per sat
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru