Situasi Walace sudah stabil untuk saat ini. Giotto memutuskan untuk menahan Luther tinggal di sana karena tidak percaya kepada Luther dan selalu mengirim orang untuk mengawasi Luther.Luther mengikuti Julia untuk bersenang-senang di jalan-jalan sekitar rumah Keluarga Ghanim. Properti Keluarga Ghanim sangat banyak, seperti bar, karaoke, hotel, kasino, dan lain-lain. Bisa dibilang, Keluarga Ghanim menguasai hampir semua fasilitas hiburan dalam radius sepuluh kilometer ini, sehingga mereka bisa mendapat keuntungan besar.Setelah lelah bermain, Julia mengajak Luther untuk makan malam di sebuah restoran mewah di sekitar. Namun begitu mereka duduk, pintu restoran terbuka. Yudas melangkah masuk dengan sebuah buket bunga yang besar dan tatapan yang penuh cinta."Huh! Kenapa kamu datang ke sini?" Begitu melihat Yudas, ekspresi Julia langsung terlihat serius.Bruk!Tanpa basa-basi, Yudas langsung berlutut di lantai dan berkata dengan ekspresi bersalah, "Julia, maafkan aku. Aku sudah tahu kesalah
"Wanita cantik, sangat sulit untuk menemukan pacar yang memperlakukanmu dengan tulus di era ini. Aku lihat pria tampan ini sangat baik. Demi mendapatkanmu kembali, dia rela melepaskan harga dirinya. Kalau pacarku bisa sebaik ini, aku pasti bakal senang banget."Para pelanggan di restoran itu satu per satu menasihati Julia. Sebagai seorang pria, tindakan tulus seperti berlutut dan meminta maaf kepada seorang wanita di depan umum ini cukup untuk menyentuh hati orang."Julia, maafkan aku ya? Aku bersumpah, kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan sepenuh hati. Kalau aku mengkhianatimu, aku akan disambar petir!" Yudas berlutut di lantai dan mengangkat lengannya, lalu mengacungkan tiga jari dan bersumpah dengan ekspresi yang serius.Sikap Yudas yang sangat tegas membuat hati Julia agak tersentuh. Namun, dia tetap berpura-pura marah dan berkata, "Yudas, sekarang sudah terlambat untuk mengatakan semua ini. Aku pernah memberimu kesempatan, kamu sendiri yang nggak menghargainya. Sekarang, Lu
"Luther, jangan gegabah. Kamu nggak bisa mengalahkannya!" Melihat situasinya menjadi buruk, Julia segera memperingatkan Luther. Yudas telah berlatih bela diri sejak kecil sehingga tubuhnya kuat dan bisa mengalahkan banyak lawan sekaligus. Sementara itu, Luther hanya seorang dokter, berduel dengan seorang ahli bela diri seperti itu berarti sama saja mencari mati."Tenang saja, orang seperti ini nggak berarti apa-apa bagiku," kata Luther dengan tenang. Yudas ini hanya seorang pesilat energi internal, masih berguna jika melawan orang biasa. Namun, dia akan kalah jika berhadapan dengan lawan yang lebih luar biasa."Anak muda, kamu masih bisa sombong sekarang, sebentar lagi kamu akan segera tahu seberapa besar perbedaan kita," kata Yudas sambil tersenyum dingin, lalu melepaskan jasnya dan memperlihatkan kemeja putihnya. Di balik kemeja itu, otot-ototnya yang menonjol terlihat sangat kuat."Yudas, aku peringatkan kamu, jangan membuat masalah!" Julia langsung berdiri di depan Luther untuk men
Yudas menjerit kesakitan. Namun sebelum jeritannya selesai, tangan Luther sudah mencekik tenggorokannya dengan kuat hingga jeritannya terpaksa harus berhenti. Napasnya langsung berhenti sejenak hingga wajahnya memerah dan pembuluh darah di lehernya menonjol. Kedua kakinya perlahan-lahan terangkat dari lantai dan berusaha menendang-nendang ke segala arah, tetapi usahanya tetap tidak berguna. Rasa takutnya akan kematian langsung memenuhi pikirannya."Lepaskan aku ...." Suara Yudas terdengar serak saat berusaha mengatakan kata-kata itu."Nggak bisa menang jadi mengeluarkan pisau, kamu nggak tahu malu ya?" Luther mencekik leher Yudas dengan lebih kuat lagi hingga wajah Yudas menjadi pucat."Jangan sakiti dia!" Setelah terdengar jeritan dari belakang Luther, lalu tiba-tiba terdengar suara botol pecah setelah menghantam kepala Luther dari belakang. Dalam sekejap, botol itu hancur berkeping-keping dan minumannya berserakan di lantai."Eh?" Luther mengernyitkan alisnya dan menoleh ke belakang.
"Luther, kamu sudah keterlaluan. Gimana kalau Yudas terluka?" Julia merasa agak kasihan saat melihat bekas cengkeraman di leher Yudas. Jadi, dia bangkit dan bertanya demikian."Keterlaluan?" Luther terkekeh-kekeh dan bertanya balik, "Nona Julia, kamu harus tahu siapa yang ingin melukai orang dulu. Aku hanya melindungi diri. Jadi, siapa sebenarnya yang keterlaluan?"Begitu mendengarnya, ekspresi Julia membeku. Dia memaksakan diri untuk menjelaskan, "Yudas hanya ingin menakutimu, nggak mungkin serius. Kamu nggak seharusnya bertindak sekejam ini.""Berarti semua ini salahku?" Ekspresi Luther tampak mencemooh diri sendiri. Dia meneruskan, "Aku yang kepo karena menjadi tamengmu? Aku yang mengambil inisiatif untuk menantangnya? Atau aku yang menyerang orang secara diam-diam?""Bu ... bukan begitu maksudku." Julia merasa agak bersalah. Dia menjelaskan, "Aku memang salah karena menyerangmu secara diam-diam. Tapi, semua itu karena aku khawatir kamu melukai Yudas. Kuharap kamu bisa memakluminya.
Menurut Yudas, Luther hanya pria miskin. Atas dasar apa berebutan wanita dengannya? Sungguh tidak tahu diri!Tidak ada gunanya Luther bersusah payah untuk mendekati Julia. Asalkan menggunakan sedikit trik, Yudas sudah bisa memenangkan hati wanita ini kembali. Inilah kesenjangan mereka berdua.Luther meninggalkan tempat itu. Ekspresi Julia tampak agak rumit saat memandang sosok belakang Luther. Julia mengira Luther menyukainya sehingga pria ini selalu membantunya. Di luar dugaan, Luther malah pergi begitu saja tanpa ragu sedikit pun. Apakah Luther merasa sakit hati atau hanya untuk jual mahal?"Luther, aku membawamu ke lingkaran pertemananku karena merasa kamu orang baik. Aku ingin melihatmu sukses, tapi kamu malah nggak tahu diuntung. Kamu tahu apa yang telah kamu lewatkan? Kesempatan untuk menjadi kaya raya dan hidup indah!""Semua ini pilihanmu sendiri, bukan salahku. Aku sudah memberimu kesempatan, kamu yang nggak menghargainya. Sudahlah, kita memang berasal dari dunia yang berbeda.
Keesokan pagi, di kamar tamu kediaman Keluarga Ghanim. Luther sedang duduk bersila untuk bermeditasi.Tok, tok, tok .... Pintu tiba-tiba diketuk seseorang. Luther membuka matanya dengan perlahan sambil bertanya, "Siapa?""Dokter Luther, aku Limas. Aku datang untuk mengantarkan sarapan." Terdengar suara yang agak familier di luar. Luther pun bangkit dan membukakan pintu.Terlihat seorang remaja berusia 15 tahun dan bertubuh kurus berdiri di luar. Dia memegang kotak makan yang terlihat indah.Remaja ini bernama Limas, dia pelayan kediaman Keluarga Ghanim. Sejak kecil, dia yatim piatu dan hidup sebatang kara.Sejak Luther memasuki kediaman ini, Limas yang terus merawatnya. Limas menyiapkan semuanya, bahkan begitu perhatian dan bertanggung jawab."Terima kasih," ujar Luther sambil bergeser sedikit agar Limas bisa masuk."Sama-sama, sudah seharusnya," balas Limas yang merasa tersanjung. Setelah memberi hormat dan masuk, dia meletakkan kotak makan dengan hati-hati dan membukanya satu per sat
Luther tersenyum lagi, lalu berucap, "Ayo, makan saja, nggak perlu sungkan-sungkan."Limas memegang peralatan makannya dengan takut. Dia terus menunduk dan tidak berani bergerak."Kamu kurus sekali lho. Kamu sedang dalam masa pertumbuhan, seharusnya makan lebih banyak," ujar Luther sambil mengambilkan teripang untuk Limas."Te ... terima kasih, Dokter." Limas memaksakan diri untuk tersenyum. Jelas sekali, dia merasa agak gugup."Kenapa nggak makan? Nggak cocok dengan seleramu, ya? Ayo, coba juga udang dan sapi ini," ucap Luther yang mengambilkan lauk untuknya lagi. Dia terlihat seperti ayah yang penuh kasih sayang."Sudah cukup, Dokter. Kamu juga harus makan," kata Limas yang merasa panik, sampai tangannya gemetaran."Aku nggak lapar, kamu makan dulu." Luther tersenyum."Aku ... juga nggak lapar." Kelopak mata Limas seketika berkedut."Nggak apa-apa, dicoba saja rasanya." Luther mengangguk sebagai isyarat mempersilakan. Ketika melihat Limas masih ragu-ragu, Luther tiba-tiba bertanya, "
Malam semakin larut.Di tengah status siaga penuh di seluruh kota, jalanan nyaris kosong. Hanya patroli berseragam yang masih bergerak.Kalaupun ada segelintir orang yang melintas, mereka tampak berjalan dengan tergesa-gesa, seolah-olah takut terjerat masalah.Saat ini, sebuah tim patroli beranggotakan sepuluh orang perlahan mendekati rumah persembunyian Loland.Pemimpin patroli adalah seorang pria bertubuh kekar dengan rambut cepak. Dia melirik ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada orang asing di sekitar, lalu mengangkat tangan dan mengetuk pintu halaman.Tok, tok! Tok, tok, tok! Ketukan itu berirama, seperti sebuah sandi rahasia.Setelah ketukan pertama, tidak ada reaksi dari dalam. Dia kembali mengetuk.Setelah tiga kali ketukan, pintu halaman akhirnya terbuka sedikit. Dari dalam, hanya separuh wajah seseorang yang terlihat. Suaranya rendah dan waspada. "Matahari bersinar di langit.""Anggur dituangkan untuk langit." Pria berambut cepak segera menjawab.Itu adalah sandi pertemuan
Malam perlahan menyelimuti kota.Di dalam sebuah rumah sederhana, Loland duduk bersila di atas ranjang, memejamkan mata untuk memulihkan tenaga.Setelah beristirahat sehari, Racun Uzur di tubuhnya hampir sepenuhnya dikeluarkan. Namun, seluruh kota sedang dalam keadaan siaga penuh. Semua gerbang dan jalan utama ditutup, sementara surat perintah penangkapan ditempel di mana-mana.Sekalipun Loland telah memulihkan kekuatannya, keluar dari ibu kota tetap mustahil. Untuk sementara, dia hanya bisa bersembunyi di sini, menunggu badai berlalu. Adapun pemilik rumah ini, sudah menjadi mayat.Tok, tok, tok .... Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Loland langsung membuka matanya, tangannya refleks meraih pedang di sampingnya."Siapa?" Di ruang tamu, beberapa pengawal Pasukan Api Merah segera bersiaga. Dua orang diam-diam mencabut pedang dan berdiri di kedua sisi pintu."Ini aku." Terdengar suara yang familier.Para pengawal langsung bernapas lega. Mereka mengintip dari celah pintu untuk mema
"Tunggu sebentar!"Melihat dirinya akan ditangkap, Rigen benar-benar panik dan segera berteriak, "Nggak ada pemeriksaan menyeluruh dan keputusan dari hakim, apa hakmu menangkapku? Kamu ini jelas-jelas bertindak sewenang-wenang.""Heh .... Saat aku berbicara denganmu menggunakan logika, kamu bermain licik. Sekarang aku yang bermain licik, kamu malah ingin membahas hukum denganku. Kamu pikir ini masuk akal?" sindir Huston."Tuan Rigen, kita bicarakan soal logika ini di dalam penjara saja, kita bisa berbicara lama di sana," kata Wirya sambil tersenyum sinis dan melangkah maju, lalu langsung menekan bahu Rigen."Tunggu! Masih ada yang ingin kukatakan."Rigen menelan ludahnya. Menyadari situasinya tidak bisa diselamatkan lagi, dia akhirnya tidak bersikeras lagi dan mulai memohon, "Huston, kita ini keluarga, kenapa harus seperti ini? Anggap saja semua ini salah Paman Rigen. Dilihat dari hubungan ini, bisakah kamu memaafkanku sekali ini?"Sebelumnya, Rigen masih bisa membalikkan keadaan denga
"Buku catatan?"Melihat buku catatan berwarna merah di bawah kakinya, Rigen menyipitkan matanya dan ekspresinya mulai terlihat panik. Dia benar-benar tidak menyangka buku catatan yang sudah disembunyikannya malah bisa ditemukan oleh Tim Penegak Hukum. Buku catatan ini berisi detail tentang semua transaksi ilegal dan korupsi dengan berbagai pejabat yang dilakukannya selama bertahun-tahun ini.Awalnya, Rigen menyimpan buku catatan ini agar para pejabat yang bekerja sama dengannya tidak berkhianat, tetapi sekarang ini malah menjadi buku kematiannya. Harta bisa disita dan anak-anak bisa diabaikan, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya mengelak dari buku penuh dengan tulisan tangannya sendiri.Rigen mengernyitkan alisnya dan keringat dingin mengalir sampai punggungnya basah kuyup."Tuan Rigen, kenapa kamu berkeringat begitu banyak? Apa cuacanya terlalu panas? Apa perlu aku menyuruh orang untuk mengipasimu?" sindir Wirya sambil tersenyum. Bukti yang sudah terkumpul kali ini cukup untuk mem
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya