"Aku nggak butuh sebanyak itu, aku hanya butuh dua," ujar Luther seraya tersenyum."Pangeran butuh bahan obat apa? Aku akan menyuruh orang mencarinya," ucap Simon sembari mengangkat cangkir teh dan menyesapnya."Simpel saja, cuma Teratai Es dan Sumsum Giok," sahut Luther dengan nada santai.Pfft! Simon sontak menyemburkan tehnya. Kemudian, dia memperlihatkan ekspresi terkesiap sambil bertanya, "Pangeran, aku nggak salah dengar? Kamu bilang Teratai Es dan Sumsum Giok?""Benar sekali." Luther mengangguk untuk mengiakan. Dia meminta bantuan Simon karena khawatir dengan kinerja Keluarga Ghanim.Bagaimanapun, kondisi Barhan sangat kritis sehingga mereka tidak bisa menunggu terlalu lama lagi. Dengan bantuan Keluarga Lambert, mungkin kedua bahan obat itu akan lebih mudah ditemukan."Pangeran, kamu tahu kedua bahan obat itu sangat langka, 'kan?" tanya Simon. Suaranya bahkan menjadi agak bergetar."Ya, memang langka. Tapi, aku yakin dengan kemampuan Keluarga Lambert. Tugas seperti ini hanya tug
"Apa?" Begitu Luther selesai berbicara, Simon memekik bak disambar petir. Wajahnya sontak memucat.Hingga kini, kekacauan yang terjadi di Kota Lazuli pada 10 tahun lalu masih menjadi tabu dalam masyarakat. Sementara itu, kematian Ratu Wedani adalah misteri yang masih belum terungkap.Faktanya, misteri ini bukannya tak terpecahkan, tetapi tidak ada yang berani memecahkannya. Raja Wedani yang berkuasa saja dipaksa untuk menahan diri, jadi siapa pula yang berani menyelidikinya?Tahun itu, para pejabat mengatakan akan mencari tahu pelaku di balik insiden tersebut, tetapi sama sekali tidak ada hasil sampai sekarang.Jelas sekali, pelakunya memiliki kekuasaan yang besar, bahkan terlibat dalam kekuasaan kekaisaran yang tertinggi.Meskipun Keluarga Lambert memiliki industri besar, mereka tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan para anggota keluarga kekaisaran.Makanya, Simon sungguh tercengang dan ketakutan saat mendengar permintaan Luther. Misteri ini terlalu mendalam. Begitu Keluarga L
Keluarga Lambert hanya salah satunya. Luther masih akan menarik lebih banyak orang untuk bergabung dalam penyelidikan ini. Dengan demikian, dia baru memenuhi syarat untuk menantang pelaku di balik insiden itu.Saat ini, di pinggir jalan kediaman Keluarga Lambert, tampak dua mobil yang terparkir dengan rapi. Berry bersandar di jok dengan culas sambil memegang cerutu wanita. Dia tidak mengisapnya, melainkan membiarkan angin meniupnya hingga padam.Luther sudah masuk dua jam, tetapi belum keluar? Apa ada masalah yang terjadi? Meskipun reaksi Simon di luar dugaan, bisa saja itu hanya sandiwaranya. Simon bisa saja membunuh Luther begitu mereka memasuki kediaman.Setelah memikirkan ini, Berry tak kuasa merasa cemas. Dia bahkan tidak mengerti, mengapa dirinya begitu mencemaskan seseorang yang baru dikenalnya? Apa hanya karena Luther begitu tampan dan istimewa?Critt! Tiba-tiba, mobil di depan mundur dan berhenti di samping mobil Berry. Jendela diturunkan, terlihat Alarik dan Sarisha yang dudu
Alarik dan Sarisha sungguh tidak memahami tindakan Simon ini. Membalas kejahatan dengan kebaikan? Apakah Simon bodoh atau terlalu dermawan? Keluarga kaya seperti ini justru tidak memedulikan martabat mereka?"Masalahku dengan Keluarga Lambert sudah berakhir, sekarang saatnya menyelesaikan masalah kita bertiga," ujar Luther sambil tersenyum. Hanya saja, senyuman ini jelas terlihat berniat jahat di mata Sarisha dan Alarik."Luther, masalah ini nggak ada hubungannya denganku. Aku juga korban. Lihat, aku terus menunggu di luar karena khawatir padamu," sahut Alarik yang berusaha memaksakan senyuman. Kemudian, dia membatin, 'Sialan, pria di depanku ini jelas-jelas sudah gila. Marson saja dipukulinya, apalagi aku.'"Kita bahas masalah kita nanti saja. Sekarang, aku ingin berbicara dengannya," ucap Luther sembari menunjuk Sarisha."Nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita! Kak Alarik, cepat pergi dari sini!" seru Sarisha yang seketika merasakan firasat buruk. Dia pun mengisyaratkan Alar
"Aku akan memberimu 10 detik untuk mempertimbangkannya. Kalau menolak memberitahuku, aku akan menggunakan racun ini untuk mencuci wajahmu," ucap Luther yang senyumannya masih lebar."Ja ... jangan!" Sarisha ketakutan hingga kakinya lemas. Dengan wajah berlinang air mata, dia pun berkata, "Jangan merusak wajahku! Aku akan memberitahumu semuanya! Cepat singkirkan racun itu dulu!""Bukannya lebih bagus kalau kamu bersikap patuh sejak tadi?" tanya Luther sambil menyimpan botol itu dengan perlahan. Jalang seperti ini memang harus diberi pelajaran dulu agar kapok.Sarisha menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Kemudian, dia berucap dengan lemas, "Rahasia ini harus dibicarakan dari beberapa tahun lalu ....""Hari itu, ada tamu yang tiba-tiba datang dan mengobrol secara rahasia dengan kakekku. Aku pun berdiri di depan pintu untuk menguping. Ternyata, tamu itu yang menolong Bahran.""Sebentar, bukan kakekmu yang menolong Paman Bahran?" sela Luther."Lebih tepatnya, orang itu membawa
Keesokan paginya, di sebuah vila kecil. Ketika sinar matahari pertama menyinari bumi, Luther yang duduk bersila di ranjangnya perlahan-lahan membuka mata.Sejak memiliki Mutiara Spiritual, basis kultivasinya terus meningkat. Luther tidak perlu berlatih lagi karena mutiara ini bisa menyerap energi spiritual untuknya. Jadi, ini sudah setara dengan Luther berlatih setiap saat.Selain itu, makin tinggi bakat seseorang, maka efek dari Mutiara Spiritual akan makin besar. Dalam waktu kurang dari sebulan, Luther pun sudah hampir menerobos tingkat grandmaster. Asalkan dia bersedia, dia bisa menerobos kapan saja.Akan tetapi, demi memperkuat fondasinya, Luther berniat untuk menunda terlebih dahulu. Makanya, dia masih menahan basis kultivasinya sampai sekarang.Masih ada setengah tahun sebelum kesepakatannya dengan kasim itu berakhir. Ini sudah cukup baginya untuk mengumpulkan kekuatan.Kring, kring, kring .... Ponsel Luther tiba-tiba berdering. Luther mengambil ponsel dari bawah bantal, lalu men
"Tanda-tanda vital Tuan Tua masih stabil untuk sekarang, tapi aku belum menemukan sumber penyakit aneh ini. Maaf sekali," sahut Ghufran dengan ekspresi menyesal."Dokter Ghufran, kalian semua dokter paling hebat di Kota Narata. Tolong pikirkan cara untuk menyembuhkan ayahku. Berapa pun harganya dan apa pun yang kalian inginkan, kami pasti akan memenuhinya sebisa mungkin," pinta Giotto."Tuan Giotto, maaf kalau aku lancang. Tapi, aku rasa gejala yang diperlihatkan ayahmu bukan sakit, melainkan lebih mirip kerasukan," jelas Ghufran dengan serius."Kerasukan?" Begitu mendengarnya, semua orang sontak termangu. Hal ini terdengar agak konyol karena dikatakan oleh seorang dokter."Dokter Ghufran, tolong jelaskan lebih rinci, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Giotto."Maksudku adalah sihir. Aku kurang memahami hal ini, tapi aku pernah membacanya di buku. Itu sebabnya, aku berspekulasi demikian," jelas Ghufran."Sihir?" gumam Giotto sambil mengernyit. Kalau orang biasa yang mengatakannya, dia
"Wah! Sungguh luar biasa! Dia sampai bisa membuat bangau kertas terbang!""Inikah yang disebut master sihir? Memang luar biasa!"Trik yang ditunjukkan oleh pria tua itu membuat seluruh anggota Keluarga Ghanim menjadi gempar. Sebelumnya, mereka hanya pernah dengar tentang ilmu itu, tetapi tidak pernah menyangka ternyata benar-benar ada orang aneh seperti ini di dunia."Bagaimana menurut kalian? Sekarang kalian sudah percaya dengan kemampuan Master Justin, 'kan?" kata Yudas sambil tersenyum dan ekspresi bangga."Memang pantas dipanggil Master. Setelah melihat kemampuan Master hari ini, aku benar-benar terkesan," kata Giotto dengan ekspresi gembira dan tatapannya menjadi berbeda. Jika ayahnya benar-benar kerasukan, hanya orang-orang aneh seperti ini yang bisa menyembuhkan ayahnya."Ini hanya trik-trik kecil yang nggak berarti," kata Justin dengan tenang dan ekspresinya seolah-olah memiliki pemahaman yang sangat mendalam."Pertunjukan mengendalikan bangau kertas tadi bukan apa-apa, Master
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru