Di ruang tamu kediaman Keluarga Lambert."Kalian semua keluar dulu. Tanpa izin dariku, nggak ada yang boleh masuk," instruksi Simon sambil memberi isyarat tangan kepada para pelayannya."Jordan, kamu istirahat saja di ruangan sebelah. Ada yang ingin kubahas dengan Tuan Simon," ucap Luther yang juga memberi isyarat mata kepada Jordan."Oke." Jordan mengangguk, lalu segera meninggalkan ruang tamu. Pintu pun ditutup, hanya tersisa Simon dan Luther berdua."Pangeran Gerald, kenapa kamu tiba-tiba kemari?" Begitu orang-orang keluar, sikap Simon langsung berubah drastis.Bagaimanapun, status Luther sangatlah istimewa karena mewakili kediaman Raja Atlandia. Sebagai pejabat, Simon akan mendapat masalah besar kalau ketahuan bertemu dengan Pangeran Atlandia secara diam-diam. Kalau situasi menjadi parah, Simon bahkan bisa dituduh ingin memberontak."Kenapa? Tuan Simon nggak menyambutku, ya?" tanya Luther sambil tersenyum tipis.'Itu sudah pasti! Kalau aku menyambut manusia berbahaya sepertimu, ber
"Aku nggak butuh sebanyak itu, aku hanya butuh dua," ujar Luther seraya tersenyum."Pangeran butuh bahan obat apa? Aku akan menyuruh orang mencarinya," ucap Simon sembari mengangkat cangkir teh dan menyesapnya."Simpel saja, cuma Teratai Es dan Sumsum Giok," sahut Luther dengan nada santai.Pfft! Simon sontak menyemburkan tehnya. Kemudian, dia memperlihatkan ekspresi terkesiap sambil bertanya, "Pangeran, aku nggak salah dengar? Kamu bilang Teratai Es dan Sumsum Giok?""Benar sekali." Luther mengangguk untuk mengiakan. Dia meminta bantuan Simon karena khawatir dengan kinerja Keluarga Ghanim.Bagaimanapun, kondisi Barhan sangat kritis sehingga mereka tidak bisa menunggu terlalu lama lagi. Dengan bantuan Keluarga Lambert, mungkin kedua bahan obat itu akan lebih mudah ditemukan."Pangeran, kamu tahu kedua bahan obat itu sangat langka, 'kan?" tanya Simon. Suaranya bahkan menjadi agak bergetar."Ya, memang langka. Tapi, aku yakin dengan kemampuan Keluarga Lambert. Tugas seperti ini hanya tug
"Apa?" Begitu Luther selesai berbicara, Simon memekik bak disambar petir. Wajahnya sontak memucat.Hingga kini, kekacauan yang terjadi di Kota Lazuli pada 10 tahun lalu masih menjadi tabu dalam masyarakat. Sementara itu, kematian Ratu Wedani adalah misteri yang masih belum terungkap.Faktanya, misteri ini bukannya tak terpecahkan, tetapi tidak ada yang berani memecahkannya. Raja Wedani yang berkuasa saja dipaksa untuk menahan diri, jadi siapa pula yang berani menyelidikinya?Tahun itu, para pejabat mengatakan akan mencari tahu pelaku di balik insiden tersebut, tetapi sama sekali tidak ada hasil sampai sekarang.Jelas sekali, pelakunya memiliki kekuasaan yang besar, bahkan terlibat dalam kekuasaan kekaisaran yang tertinggi.Meskipun Keluarga Lambert memiliki industri besar, mereka tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan para anggota keluarga kekaisaran.Makanya, Simon sungguh tercengang dan ketakutan saat mendengar permintaan Luther. Misteri ini terlalu mendalam. Begitu Keluarga L
Keluarga Lambert hanya salah satunya. Luther masih akan menarik lebih banyak orang untuk bergabung dalam penyelidikan ini. Dengan demikian, dia baru memenuhi syarat untuk menantang pelaku di balik insiden itu.Saat ini, di pinggir jalan kediaman Keluarga Lambert, tampak dua mobil yang terparkir dengan rapi. Berry bersandar di jok dengan culas sambil memegang cerutu wanita. Dia tidak mengisapnya, melainkan membiarkan angin meniupnya hingga padam.Luther sudah masuk dua jam, tetapi belum keluar? Apa ada masalah yang terjadi? Meskipun reaksi Simon di luar dugaan, bisa saja itu hanya sandiwaranya. Simon bisa saja membunuh Luther begitu mereka memasuki kediaman.Setelah memikirkan ini, Berry tak kuasa merasa cemas. Dia bahkan tidak mengerti, mengapa dirinya begitu mencemaskan seseorang yang baru dikenalnya? Apa hanya karena Luther begitu tampan dan istimewa?Critt! Tiba-tiba, mobil di depan mundur dan berhenti di samping mobil Berry. Jendela diturunkan, terlihat Alarik dan Sarisha yang dudu
Alarik dan Sarisha sungguh tidak memahami tindakan Simon ini. Membalas kejahatan dengan kebaikan? Apakah Simon bodoh atau terlalu dermawan? Keluarga kaya seperti ini justru tidak memedulikan martabat mereka?"Masalahku dengan Keluarga Lambert sudah berakhir, sekarang saatnya menyelesaikan masalah kita bertiga," ujar Luther sambil tersenyum. Hanya saja, senyuman ini jelas terlihat berniat jahat di mata Sarisha dan Alarik."Luther, masalah ini nggak ada hubungannya denganku. Aku juga korban. Lihat, aku terus menunggu di luar karena khawatir padamu," sahut Alarik yang berusaha memaksakan senyuman. Kemudian, dia membatin, 'Sialan, pria di depanku ini jelas-jelas sudah gila. Marson saja dipukulinya, apalagi aku.'"Kita bahas masalah kita nanti saja. Sekarang, aku ingin berbicara dengannya," ucap Luther sembari menunjuk Sarisha."Nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita! Kak Alarik, cepat pergi dari sini!" seru Sarisha yang seketika merasakan firasat buruk. Dia pun mengisyaratkan Alar
"Aku akan memberimu 10 detik untuk mempertimbangkannya. Kalau menolak memberitahuku, aku akan menggunakan racun ini untuk mencuci wajahmu," ucap Luther yang senyumannya masih lebar."Ja ... jangan!" Sarisha ketakutan hingga kakinya lemas. Dengan wajah berlinang air mata, dia pun berkata, "Jangan merusak wajahku! Aku akan memberitahumu semuanya! Cepat singkirkan racun itu dulu!""Bukannya lebih bagus kalau kamu bersikap patuh sejak tadi?" tanya Luther sambil menyimpan botol itu dengan perlahan. Jalang seperti ini memang harus diberi pelajaran dulu agar kapok.Sarisha menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Kemudian, dia berucap dengan lemas, "Rahasia ini harus dibicarakan dari beberapa tahun lalu ....""Hari itu, ada tamu yang tiba-tiba datang dan mengobrol secara rahasia dengan kakekku. Aku pun berdiri di depan pintu untuk menguping. Ternyata, tamu itu yang menolong Bahran.""Sebentar, bukan kakekmu yang menolong Paman Bahran?" sela Luther."Lebih tepatnya, orang itu membawa
Keesokan paginya, di sebuah vila kecil. Ketika sinar matahari pertama menyinari bumi, Luther yang duduk bersila di ranjangnya perlahan-lahan membuka mata.Sejak memiliki Mutiara Spiritual, basis kultivasinya terus meningkat. Luther tidak perlu berlatih lagi karena mutiara ini bisa menyerap energi spiritual untuknya. Jadi, ini sudah setara dengan Luther berlatih setiap saat.Selain itu, makin tinggi bakat seseorang, maka efek dari Mutiara Spiritual akan makin besar. Dalam waktu kurang dari sebulan, Luther pun sudah hampir menerobos tingkat grandmaster. Asalkan dia bersedia, dia bisa menerobos kapan saja.Akan tetapi, demi memperkuat fondasinya, Luther berniat untuk menunda terlebih dahulu. Makanya, dia masih menahan basis kultivasinya sampai sekarang.Masih ada setengah tahun sebelum kesepakatannya dengan kasim itu berakhir. Ini sudah cukup baginya untuk mengumpulkan kekuatan.Kring, kring, kring .... Ponsel Luther tiba-tiba berdering. Luther mengambil ponsel dari bawah bantal, lalu men
"Tanda-tanda vital Tuan Tua masih stabil untuk sekarang, tapi aku belum menemukan sumber penyakit aneh ini. Maaf sekali," sahut Ghufran dengan ekspresi menyesal."Dokter Ghufran, kalian semua dokter paling hebat di Kota Narata. Tolong pikirkan cara untuk menyembuhkan ayahku. Berapa pun harganya dan apa pun yang kalian inginkan, kami pasti akan memenuhinya sebisa mungkin," pinta Giotto."Tuan Giotto, maaf kalau aku lancang. Tapi, aku rasa gejala yang diperlihatkan ayahmu bukan sakit, melainkan lebih mirip kerasukan," jelas Ghufran dengan serius."Kerasukan?" Begitu mendengarnya, semua orang sontak termangu. Hal ini terdengar agak konyol karena dikatakan oleh seorang dokter."Dokter Ghufran, tolong jelaskan lebih rinci, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Giotto."Maksudku adalah sihir. Aku kurang memahami hal ini, tapi aku pernah membacanya di buku. Itu sebabnya, aku berspekulasi demikian," jelas Ghufran."Sihir?" gumam Giotto sambil mengernyit. Kalau orang biasa yang mengatakannya, dia
Malam semakin larut.Di tengah status siaga penuh di seluruh kota, jalanan nyaris kosong. Hanya patroli berseragam yang masih bergerak.Kalaupun ada segelintir orang yang melintas, mereka tampak berjalan dengan tergesa-gesa, seolah-olah takut terjerat masalah.Saat ini, sebuah tim patroli beranggotakan sepuluh orang perlahan mendekati rumah persembunyian Loland.Pemimpin patroli adalah seorang pria bertubuh kekar dengan rambut cepak. Dia melirik ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada orang asing di sekitar, lalu mengangkat tangan dan mengetuk pintu halaman.Tok, tok! Tok, tok, tok! Ketukan itu berirama, seperti sebuah sandi rahasia.Setelah ketukan pertama, tidak ada reaksi dari dalam. Dia kembali mengetuk.Setelah tiga kali ketukan, pintu halaman akhirnya terbuka sedikit. Dari dalam, hanya separuh wajah seseorang yang terlihat. Suaranya rendah dan waspada. "Matahari bersinar di langit.""Anggur dituangkan untuk langit." Pria berambut cepak segera menjawab.Itu adalah sandi pertemuan
Malam perlahan menyelimuti kota.Di dalam sebuah rumah sederhana, Loland duduk bersila di atas ranjang, memejamkan mata untuk memulihkan tenaga.Setelah beristirahat sehari, Racun Uzur di tubuhnya hampir sepenuhnya dikeluarkan. Namun, seluruh kota sedang dalam keadaan siaga penuh. Semua gerbang dan jalan utama ditutup, sementara surat perintah penangkapan ditempel di mana-mana.Sekalipun Loland telah memulihkan kekuatannya, keluar dari ibu kota tetap mustahil. Untuk sementara, dia hanya bisa bersembunyi di sini, menunggu badai berlalu. Adapun pemilik rumah ini, sudah menjadi mayat.Tok, tok, tok .... Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Loland langsung membuka matanya, tangannya refleks meraih pedang di sampingnya."Siapa?" Di ruang tamu, beberapa pengawal Pasukan Api Merah segera bersiaga. Dua orang diam-diam mencabut pedang dan berdiri di kedua sisi pintu."Ini aku." Terdengar suara yang familier.Para pengawal langsung bernapas lega. Mereka mengintip dari celah pintu untuk mema
"Tunggu sebentar!"Melihat dirinya akan ditangkap, Rigen benar-benar panik dan segera berteriak, "Nggak ada pemeriksaan menyeluruh dan keputusan dari hakim, apa hakmu menangkapku? Kamu ini jelas-jelas bertindak sewenang-wenang.""Heh .... Saat aku berbicara denganmu menggunakan logika, kamu bermain licik. Sekarang aku yang bermain licik, kamu malah ingin membahas hukum denganku. Kamu pikir ini masuk akal?" sindir Huston."Tuan Rigen, kita bicarakan soal logika ini di dalam penjara saja, kita bisa berbicara lama di sana," kata Wirya sambil tersenyum sinis dan melangkah maju, lalu langsung menekan bahu Rigen."Tunggu! Masih ada yang ingin kukatakan."Rigen menelan ludahnya. Menyadari situasinya tidak bisa diselamatkan lagi, dia akhirnya tidak bersikeras lagi dan mulai memohon, "Huston, kita ini keluarga, kenapa harus seperti ini? Anggap saja semua ini salah Paman Rigen. Dilihat dari hubungan ini, bisakah kamu memaafkanku sekali ini?"Sebelumnya, Rigen masih bisa membalikkan keadaan denga
"Buku catatan?"Melihat buku catatan berwarna merah di bawah kakinya, Rigen menyipitkan matanya dan ekspresinya mulai terlihat panik. Dia benar-benar tidak menyangka buku catatan yang sudah disembunyikannya malah bisa ditemukan oleh Tim Penegak Hukum. Buku catatan ini berisi detail tentang semua transaksi ilegal dan korupsi dengan berbagai pejabat yang dilakukannya selama bertahun-tahun ini.Awalnya, Rigen menyimpan buku catatan ini agar para pejabat yang bekerja sama dengannya tidak berkhianat, tetapi sekarang ini malah menjadi buku kematiannya. Harta bisa disita dan anak-anak bisa diabaikan, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya mengelak dari buku penuh dengan tulisan tangannya sendiri.Rigen mengernyitkan alisnya dan keringat dingin mengalir sampai punggungnya basah kuyup."Tuan Rigen, kenapa kamu berkeringat begitu banyak? Apa cuacanya terlalu panas? Apa perlu aku menyuruh orang untuk mengipasimu?" sindir Wirya sambil tersenyum. Bukti yang sudah terkumpul kali ini cukup untuk mem
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya