Mereka awalnya mengira Luther hanya membual dan tidak memiliki kemampuan apa pun. Siapa sangka, salep buatannya berhasil membalikkan keadaan dan menyelamatkan Klinik Svarga dari krisis. Mengerikan sekali!"Bagus, bagus sekali. Kamu memang hebat!" Setelah tertegun sesaat, Ghufran tersadar kembali dan bertepuk tangan sambil tertawa. Dia sungguh takjub dengan kemampuan Luther.Ghufran sudah membuat persiapan untuk menyerahkan Klinik Svarga, tetapi Luther malah membuat keajaiban sehebat ini. Sungguh sesuatu hal yang baru baginya!"Sialan, bagaimana bisa begini? Di mana lukaku? Kenapa bisa hilang?" tanya Draig sembari meraba-raba perutnya tanpa henti dengan agak panik. Dia susah payah menyusun rencana, jika masih gagal, dia pasti akan dihajar habis-habisan saat pulang."Aku nggak nyangka ada obat sehebat itu di dunia ini. Kalau bisa mendapatkannya, aku akan kaya raya!" gumam Faust sambil memicingkan matanya dan tampak merenungkan sesuatu.Faust bisa menjadi kepala pelayan tentu karena kecer
"Apa? Sepuluh miliar? Keluarga Suratman memang kaya raya, mereka sampai menawarkan harga setinggi itu!" Orang-orang mulai berdiskusi saat mendengar penawaran Faust.Baik untuk Draig ataupun untuk anggota Klinik Svarga, uang 10 miliar jelas merupakan nominal yang sangat besar."Pak Faust, salep ini resep turun-temurun keluargaku. Maaf sudah membuatmu kecewa," ujar Luther dengan tidak acuh.Begitu melihat perubahan sikap Faust, Luther sudah tahu apa tujuannya. Ingin membeli formula kuno langkanya dengan harga 10 miliar? Cih, jangan mimpi!"Sepertinya Tuan Luther merasa terlalu sedikit?" Faust tersenyum lebar sambil meneruskan, "Karena kita berjodoh, aku akan menambahkannya menjadi 20 miliar!""Buset! Sudah mencapai 20 miliar! Keluarga Suratman terlalu kaya!" Semua orang merasa antusias mendengar nominal itu. Lagi pula, mereka tidak akan bisa mendapatkan uang sebanyak itu meskipun bekerja seumur hidup.Saat ini, Draig pun merasa iri. Dia mempertaruhkan nyawanya, tetapi imbalan yang didapa
"Pak Faust, aku paling benci diancam begini. Kusarankan kamu untuk nggak mengusikku. Kalau nggak, Keluarga Suratman yang akan repot nanti," ujar Luther untuk memperingatkan."Sombong sekali!" Faust mendengus dan meneruskan, "Oke. Karena kamu bersikeras menolak, kita lihat saja nanti."Usai berbicara, Faust mengempaskan tangannya dan pergi. Keluarga Suratman sangat menjaga citra mereka sehingga tidak akan melawan secara terang-terangan. Akan tetapi, mereka akan melakukan sesuatu secara diam-diam untuk mendapatkan resep salep itu."Bocah, kamu akan tamat karena menyinggung Keluarga Suratman!" sindir Draig seraya menyeringai. Kemudian, dia memanggil bawahannya untuk pergi.Meskipun gagal hari ini, bukan berarti mereka tidak mendapatkan apa-apa. Resep yang dikuasai oleh Luther jelas diincar oleh Keluarga Suratman. Asalkan berhasil merebutnya, mereka akan mendapatkan imbalan besar."Luther, terima kasih sudah membantu kami hari ini. Kalau nggak, Klinik Svarga pasti dalam masalah," kata Ghuf
"Nggak boleh dijual?" Alarik tak kuasa mengernyit mendengarnya. Dia mengira salep itu sangat mujarab, tetapi ternyata punya efek samping separah itu. Selain merasa kecewa, dia juga curiga."Luther, kamu nggak bercanda, 'kan? Dilihat dari situasi Draig tadi, aku lihat dia baik-baik saja kok," tanya Alarik."Memang belum terlihat, tapi setengah jam kemudian, dia akan mulai merasakannya," balas Luther dengan tenang."Jadi, apa ada cara untuk mengurangi efek sampingnya? Nggak masalah kalau khasiatnya agak menurun." Alarik mencoba lagi. Wajar jika dosis tinggi menyebabkan efek samping. Akan tetapi, jika dosisnya normal, seharusnya tidak akan ada masalah."Untuk sementara waktu ini belum ada," sahut Luther sambil menggeleng. Faust dan Alarik ini sama-sama merepotkan. Luther tidak mungkin menjual obat yang akan mengacaukan keseimbangan pasar. Tentunya, ini juga karena dia tidak menyukai kedua orang ini."Nggak apa-apa. Kamu berikan saja resepnya kepadaku, aku bisa mengubahnya menjadi lebih ba
"Demi kebaikan orang-orang?" tanya Luther. Dia merasa lucu mendengarnya. Pria ini pintar sekali berbicara.Jelas-jelas Alarik terus membujuk demi keserakahannya, tetapi masih bisa berbicara seolah-olah diri sendiri sangat bijak. Menjijikkan sekali!Faust juga serakah, tetapi setidaknya dia menawarkan harga tinggi, tidak seperti Alarik yang ingin mendapatkannya secara cuma-cuma. Benar-benar tidak tahu malu!"Hei! Seniorku berbicara denganmu, kamu nggak dengar?" Sarisha merasa tidak sabar melihat Luther yang hanya diam. Dia meneruskan, "Kamu seharusnya mendengarkan kami karena sudah bergabung dengan Klinik Svarga. Anggap saja resep Salep Halimun itu sebagai kontribusimu untuk Klinik Svarga! Kelak, kamu sendiri juga akan mendapatkan manfaatnya!""Biar kuulangi untuk yang terakhir kalinya, aku nggak akan memberikan resepnya kepada siapa pun!" ucap Luther dengan dingin."Hei! Kenapa kamu ini keras kepala sekali? Kak Alarik ingin resepmu bukan karena keegoisan sendiri, tapi demi kebaikan ora
"Keterlaluan! Kamu keterlaluan sekali!" Sarisha benar-benar tidak tahan lagi sehingga meneteskan air mata.Sarisha cantik dan berbakat, juga dikagumi banyak orang. Biasanya, orang-orang selalu mengalah padanya.Namun, Luther justru berbeda. Bukan hanya tidak menghormatinya, pria ini bahkan menghinanya di depan umum. Menyebalkan sekali!"Sudahlah, Dik, jangan bicara lagi." Melihat situasi makin buruk, Alarik mencairkan suasana dengan berkata, "Kita ini saudara seperguruan, nggak perlu merusak hubungan sampai seperti ini.""Cih! Siapa juga yang ingin menjadi saudara dengannya? Di Klinik Svarga ini, hanya boleh ada salah satu di antara kami!" jelas Sarisha dengan galak."Cukup!" Ghufran akhirnya tidak tahan lagi. Dia membentak, "Sarisha, kamu kelewatan sekali. Resep Salep Halimun itu punya Luther, terserah dia mau bagaimana! Apa hakmu untuk mengatur-aturnya!""Kakek, aku cucumu, kenapa kamu membelanya?" tanya Sarisha yang tidak percaya. Ghufran selalu memanjakannya, tetapi kenapa malah me
"Baiklah! Kita sepakat!" ucap Alarik dengan penuh semangat. Keluarga Siregar adalah keluarga medis dan termasuk keluarga terkemuka di sini. Asalkan berusaha, seharusnya mudah bagi mereka untuk menemukan 3 bahan obat langka itu."Sudah waktunya makan, bagaimana kalau kita makan bersama sekaligus menyambut kedatangan Luther?" usul Ghufran tiba-tiba."Tentu saja! Hari ini aku akan mentraktir kalian di Restoran Sultan!" seru Alarik yang penuh dengan semangat."Restoran Sultan?" Begitu perkataan ini dilontarkan, semua orang di Klinik Svarga sontak dipenuhi antusiasme.Restoran Sultan adalah restoran paling terkenal di sini. Mereka hanya menjamu para bangsawan, sehingga orang biasa tidak memenuhi syarat untuk masuk. Yang bisa makan di restoran itu bukan hanya kaya raya, tetapi berstatus tinggi.Yang paling penting adalah cerita tentang Restoran Sultan ini. Cerita inilah yang menyebabkan para bangsawan berbondong-bondong datang.Rumor mengatakan bahwa Kaisar pernah makan di Restoran Sultan. S
"Apa? Makan bersama Kaisar?" Sarisha awalnya termangu, tetapi kemudian mengejek, "Orang kampungan, otakmu bermasalah, ya? Kamu makan bersama Kaisar? Apa pantas? Seniorku saja nggak punya hak seperti itu, mana mungkin kamu punya?"Luther hanya seorang pria dengan pakaian jelek, mana mungkin mengenal Kaisar? Benar-benar tidak tahu malu!"Terserah mau percaya atau nggak," sahut Luther sambil mengedikkan kepalanya dan tidak berbasa-basi lagi. Tidak ada gunanya berbicara dengan wanita yang kerjaannya hanya meremehkan orang."Huh! Sebelumnya aku hanya merasa kamu ini nggak gentle dan nggak tahu diri. Ternyata, kamu juga pintar membual. Entah kenapa kakekku begitu menyukaimu," sindir Sarisha sambil melipat lengan di depan dada.Sebagai orang Midyar, Sarisha merasa dirinya lebih superior daripada Luther yang dianggapnya kampungan."Oke, di sini." Alarik tiba-tiba berhenti dan menunjuk kertas yang tergantung di atas. Kertas ini sangat besar, bahkan dibingkai dengan bingkai emas. Posisi tempatny