“Ergh ….” Priya merasa dirinya kesulitan untuk bernapas. Kedua kakinya menggantung di udara. Wajahnya juga tampak merona. Dia merasa sepertinya ajalnya akan dijemput saja. Rasa takut seketika menjalar di hatinya.Jujur saja, Priya sungguh tidak menyangka wanita berambut putih yang tidak berbicara dari tadi itu malah memiliki kekuatan sebesar ini. Dia bahkan bisa mengangkat Priya dengan satu tangan.Sepertinya jika wanita ini mengerahkan tenaganya, lehernya pasti akan putus nantinya.“Nggak usah dibunuh, cukup ditampar saja. Biar dia tahu rasa,” balas Luther.“Baik.” Hani mengangguk, lalu menampar Priya hingga pandangannya menggelap. Giginya bahkan copot dan tampak darah mengalir dari hidungnya.Seusai memukul, Hani bagai sedang membuang sampah, langsung membuangnya ke luar ruangan.“Uhuk uhuk ….” Priya berdeham dan wajahnya sangat merona. “Ka … Kalian sungguh kurang ajar. Aku nggak akan lepasin kalian!”Raut wajah Priya tampak galak. Dia berkata sembari berlari menuruni tangga. Namun b
Luther berdiri dengan perlahan, lalu mengangkat kepalanya. Saat menemukan Helen dan orang-orang di belakangnya, dia spontan terbengong di tempat.Kenapa mereka ketemu lagi?“Dia?” Bianca spontan mengerutkan keningnya ketika melihat Ariana yang berada di depan pintu.Padahal Bianca masih belum berhasil mengatasi Hani, sekarang malah datang si Ariana. Apa Tuhan sengaja ingin mempermainkan Bianca?“Luther? Kamu?” Helen melihat dengan saksama. Raut wajahnya seketika menjadi serius. “Kenapa kamu bisa ada di sini? Jangan-jangan kamu mengekori kami?”“Kamu sudah berpikir kebanyakan. Kami hanya datang untuk makan saja,” balas Luther dengan datar.“Makan? Hmph! Siapa juga yang tahu kamu itu lagi bohong atau bukan?” Helen berkata dengan curiga, “Menurutku, kamu pasti tahu kami sudah sukses, makanya kamu ingin ketemuan sama kami. Kamu ingin menjalin hubungan baik dengan keluarga kami, ‘kan? Aku sudah sering bertemu orang sepertimu!”“Pasti seperti itu!” Roselyn mengangkat kepalanya, lalu berkata
Bianca dan Ariana saling bertatapan. Pada saat ini, tidak ada yang ingin mengalah sama sekali.“Nona Bianca, aku nggak ingin berdebat sama kamu. Kenyataannya, kalian sudah menempati ruangan kami. Kalau kamu nggak ingin pergi, jangan salahkan kami menyelesaikannya dari jalur hukum.” Ariana kembali bersuara. Nada bicara Ariana sangat datar, tetapi kedengaran sangat mengerikan.“Apa kamu ingin lapor polisi? Terserah.” Bianca tersenyum. Dia tidak takut sama sekali.“Nak, orang-orang ini nggak tahu malu. Menurutku, kamu juga nggak usah sungkan sama mereka. Suruh orang untuk usir mereka saja!” Helen merasa kesal.“Benar! Jelas-jelas kami sudah mereservasi ruangan ini. Kenapa mereka malah menempatinya? Dasar nggak tahu diri!” Roselyn juga tidak menerima.Pada saat ini, sekuriti restoran sudah datang. Ketika melihat kedatangan sekuriti, Helen duluan menjerit, “Kenapa kalian malah terbengong? Ayo, cepat! Segera usir mereka semua!”“Nggak dengar apa? Usir semuanya!” Priya menimpali.“Ingin beran
“Aku ….” Priya kehabisan kata-kata. Meskipun dia ingin berdalih, dia juga tidak berani melakukannya. Sebab dia dapat merasakan bahwa Ariana sudah emosi saat ini.“Dasar nggak berguna!” Pada saat ini, Helen yang berada di samping tidak bisa bersabar lagi. Dia langsung menampar Priya, lalu memarahinya, “Reservasi saja nggak becus. Untuk apa aku menghubungimu? Bikin malu saja!”“Bibi, maaf, maaf, maaf sekali.” Priya menutup wajahnya yang terasa panas. Dia bukan hanya tidak berani berulah, dia malah segera membungkukkan tubuhnya dan meminta maaf.“Apa gunanya minta maaf sama aku? Bagaimana dengan masalah ruangan? Apa kamu tahu sebentar lagi kami akan menjamu tamu penting?” jerit Helen.Priya sungguh tidak berguna. Dia malah membuat Helen malu di hadapan Luther. “Bibi, gimana kalau kita makan di ruang privat biasa saja? Ruangan nomor 1 itu cukup bagus,” tanya Priya.“Plak!” Helen kembali menamparnya, lalu berkata, “Apa kamu gila? Dengan identitas kami, kamu malah suruh kami duduk di ruang
Ketika melihat sikap arogan Helen, Luther sungguh merasa lucu. Dari gerak-gerik dan cara berpakaiannya, seharusnya Helen telah bertemu dengan seseorang yang membuat satu keluarganya menjadi kaya raya.Helen bukan hanya memiliki uang, dia juga memiliki kekuasaan dan kedudukan. Dulu ketika Helen tidak memiliki apa-apa, dia pun sudah bersikap arogan. Sekarang setelah kaya raya, dia pun semakin arogan saja. Hanya saja, Luther juga tidak terkejut.“Hei, aku lagi ngomong sama kamu. Apa kamu dengar? Segera buka harga. Aku sibuk sekali. Nggak ada waktu untuk main bareng kamu!” Helen mengapit kartu dengan kedua tangannya.“Sepertinya kamu nggak sanggup untuk membayarnya.” Luther menggeleng.“Nggak sanggup?” Ketika mendengar ucapan itu, Helen langsung tersenyum, lalu melayangkan tatapan meremehkan. “Luther! Kamu memang pintar dalam meremehkan orang-orang! Apa kamu tahu identitas kami sekarang? Apa kamu tahu berapa banyak uang yang kami punya sekarang? Apa kamu sudah lihat kartu emas ini? Uang di
“Kamu … kamu nggak tahu malu!” Helen emosi hingga wajah dan telinganya memerah. Dia sungguh geram saat ini.Awalnya Helen ingin bersandiwara untuk memamerkan kekayaannya. Namun bocah di depannya malah membongkar aibnya. Luther memang menjengkelkan sekali.“Sekarang aku sudah buka harga. Kalian hanya punya 2 pilihan saja, serahkan uang itu atau pergi dari sini!” Luther tidak sungkan sama sekali.“Kalian kurang ajar sekalI!” Amarah Helen membeludak. Sejak kedudukannya semakin tinggi, dia juga tidak pernah menerima perlakuan seperti ini.“Apa yang terjadi?” Pada saat ini, seorang lelaki bertubuh tinggi kurus dengan berpakaian jas berjalan ke dalam ruangan. Para pengawal spontan mundur membuka jalan untuknya. Si lelaki tak lain adalah bos dari Restoran Harum, Luke.“Kak Luke! Akhirnya kamu datang juga!” Langsung terlukis senyuman di wajah Priya. Dia langsung berlari ke sisi Luke. Lelaki di hadapannya ini bukan hanya kekasih Priya saja, dia juga adalah sandaran Priya. “Ada apa dengan wajah
Ucapan Luke sangatlah ketus. Setiap kata-kata terdengar sangat menusuk telinga. Awalnya Luther yang ingin mengajak kompromi itu langsung berubah pikiran.Pantas saja pelayan restoran bisa bersikap begitu arogan. Ternyata mereka semua belajar dari bos mereka.“Hei, sudah dengar belum? Keluar!” Priya segera mengusir.“Restoran Harum memang hebat sekali, ya. Kalian bahkan berani mengusir tamu. Sepertinya kalian nggak ingin berbisnis lagi,” ucap Luther dengan dingin.“Bukan nggak ingin berbisnis lagi, cuma nggak ingin berbisnis sama kalian saja!” Luke melanjutkan dengan tegas, “Restoran Harum adalah area kekuasaanku. Semua yang ada di sini tergantung dengan keputusanku. Sekarang aku nggak suka melihat kalian di sini. Jadi, aku beri kalian waktu 1 menit untuk meninggalkan tempat ini. Kalau nggak, jangan salahkan aku bersikap nggak sungkan sama kalian!”Begitu ucapan dilontarkan, semua orang langsung merasa ricuh, lalu ikut mengusir Luther dan yang lain.“Luther, kenapa? Bos saja sudah bersu
Semua orang juga tahu sekarang dunia mafia di ibu kota dikendalikan oleh Faksi Kirin. Tidak ada yang berani menyinggungnya sama sekali. Jadi setelah menyadari anggota Faksi Kirin memasuki ruangan, para sekuriti mulai merasa takut.“Ih, tak disangka Luther hebat juga.” Herlina merasa kaget.“Hmph! Mereka hanyalah preman kaleng saja. Nggak hebat, lah.” Roselyn merasa kaget.“Benar apa katamu. Mereka semua hanyalah preman biasa saja, nggak bisa melakukan apa-apa. Bahkan, tanpa perlu turun tangan kita, Pak Luke juga bisa menangani dengan gampangnya.” Helen merasa arogan.Dulu, mungkin Helen masih akan merasa takut. Namun, dia merasa mereka semua bukanlah tandingannya. Apa mungkin mereka semua bisa mengalahkan Ernest? Mereka berdua tidak di level yang sama.“Tuan Luther, apa yang terjadi?” Pada saat ini, Johan bersama anggotanya berlari ke lantai 2.“Restoran Harum telah menindas tamunya. Aku nggak bisa menerimanya. Segel restoran ini! Sejak saat ini, restoran nggak diperbolehkan untuk bero
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta