Luther merasa lucu. “Jangan-jangan begini pelayanan Restoran Harum? Menyuruh tamu menukar ruangan tanpa sebab, bahkan bersikap ketus? Apa yang ingin kalian lakukan? Menindas tamu?” Tentu saja Luther tidak menerima perlakuan seperti itu.“Tuan, sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?” Priya merasa tidak senang. “Sepertinya kalian minta ganti rugi, ya? Oke, asalkan kalian bersedia untuk ganti ruangan, aku akan pakai uangku untuk memberi kalian sepiring buah-buahan. Gimana menurutmu?”Selesai berbicara, Priya menunjukkan ekspresi meremehkan.“Pertama-tama, aku nggak mau ganti rugi apa pun. Kedua, kamu ingin usir kami dengan sepiring buah-buahan? Kamu kira kami itu apa? Pengemis?” Raut wajah Luther tampak dingin.“Tuan, lebih baik kamu jangan perbesar masalah. Restoran punya aturannya sendiri. Kalau kamu nggak suka, kamu bisa meninggalkan tempat ini. Aku juga nggak akan memaksamu!” Priya merasa sangat tidak sabar.Sekarang bisnis di restoran sangatlah bagus. Jadi, tidaklah masalah untuk ke
“Ergh ….” Priya merasa dirinya kesulitan untuk bernapas. Kedua kakinya menggantung di udara. Wajahnya juga tampak merona. Dia merasa sepertinya ajalnya akan dijemput saja. Rasa takut seketika menjalar di hatinya.Jujur saja, Priya sungguh tidak menyangka wanita berambut putih yang tidak berbicara dari tadi itu malah memiliki kekuatan sebesar ini. Dia bahkan bisa mengangkat Priya dengan satu tangan.Sepertinya jika wanita ini mengerahkan tenaganya, lehernya pasti akan putus nantinya.“Nggak usah dibunuh, cukup ditampar saja. Biar dia tahu rasa,” balas Luther.“Baik.” Hani mengangguk, lalu menampar Priya hingga pandangannya menggelap. Giginya bahkan copot dan tampak darah mengalir dari hidungnya.Seusai memukul, Hani bagai sedang membuang sampah, langsung membuangnya ke luar ruangan.“Uhuk uhuk ….” Priya berdeham dan wajahnya sangat merona. “Ka … Kalian sungguh kurang ajar. Aku nggak akan lepasin kalian!”Raut wajah Priya tampak galak. Dia berkata sembari berlari menuruni tangga. Namun b
Luther berdiri dengan perlahan, lalu mengangkat kepalanya. Saat menemukan Helen dan orang-orang di belakangnya, dia spontan terbengong di tempat.Kenapa mereka ketemu lagi?“Dia?” Bianca spontan mengerutkan keningnya ketika melihat Ariana yang berada di depan pintu.Padahal Bianca masih belum berhasil mengatasi Hani, sekarang malah datang si Ariana. Apa Tuhan sengaja ingin mempermainkan Bianca?“Luther? Kamu?” Helen melihat dengan saksama. Raut wajahnya seketika menjadi serius. “Kenapa kamu bisa ada di sini? Jangan-jangan kamu mengekori kami?”“Kamu sudah berpikir kebanyakan. Kami hanya datang untuk makan saja,” balas Luther dengan datar.“Makan? Hmph! Siapa juga yang tahu kamu itu lagi bohong atau bukan?” Helen berkata dengan curiga, “Menurutku, kamu pasti tahu kami sudah sukses, makanya kamu ingin ketemuan sama kami. Kamu ingin menjalin hubungan baik dengan keluarga kami, ‘kan? Aku sudah sering bertemu orang sepertimu!”“Pasti seperti itu!” Roselyn mengangkat kepalanya, lalu berkata
Bianca dan Ariana saling bertatapan. Pada saat ini, tidak ada yang ingin mengalah sama sekali.“Nona Bianca, aku nggak ingin berdebat sama kamu. Kenyataannya, kalian sudah menempati ruangan kami. Kalau kamu nggak ingin pergi, jangan salahkan kami menyelesaikannya dari jalur hukum.” Ariana kembali bersuara. Nada bicara Ariana sangat datar, tetapi kedengaran sangat mengerikan.“Apa kamu ingin lapor polisi? Terserah.” Bianca tersenyum. Dia tidak takut sama sekali.“Nak, orang-orang ini nggak tahu malu. Menurutku, kamu juga nggak usah sungkan sama mereka. Suruh orang untuk usir mereka saja!” Helen merasa kesal.“Benar! Jelas-jelas kami sudah mereservasi ruangan ini. Kenapa mereka malah menempatinya? Dasar nggak tahu diri!” Roselyn juga tidak menerima.Pada saat ini, sekuriti restoran sudah datang. Ketika melihat kedatangan sekuriti, Helen duluan menjerit, “Kenapa kalian malah terbengong? Ayo, cepat! Segera usir mereka semua!”“Nggak dengar apa? Usir semuanya!” Priya menimpali.“Ingin beran
“Aku ….” Priya kehabisan kata-kata. Meskipun dia ingin berdalih, dia juga tidak berani melakukannya. Sebab dia dapat merasakan bahwa Ariana sudah emosi saat ini.“Dasar nggak berguna!” Pada saat ini, Helen yang berada di samping tidak bisa bersabar lagi. Dia langsung menampar Priya, lalu memarahinya, “Reservasi saja nggak becus. Untuk apa aku menghubungimu? Bikin malu saja!”“Bibi, maaf, maaf, maaf sekali.” Priya menutup wajahnya yang terasa panas. Dia bukan hanya tidak berani berulah, dia malah segera membungkukkan tubuhnya dan meminta maaf.“Apa gunanya minta maaf sama aku? Bagaimana dengan masalah ruangan? Apa kamu tahu sebentar lagi kami akan menjamu tamu penting?” jerit Helen.Priya sungguh tidak berguna. Dia malah membuat Helen malu di hadapan Luther. “Bibi, gimana kalau kita makan di ruang privat biasa saja? Ruangan nomor 1 itu cukup bagus,” tanya Priya.“Plak!” Helen kembali menamparnya, lalu berkata, “Apa kamu gila? Dengan identitas kami, kamu malah suruh kami duduk di ruang
Ketika melihat sikap arogan Helen, Luther sungguh merasa lucu. Dari gerak-gerik dan cara berpakaiannya, seharusnya Helen telah bertemu dengan seseorang yang membuat satu keluarganya menjadi kaya raya.Helen bukan hanya memiliki uang, dia juga memiliki kekuasaan dan kedudukan. Dulu ketika Helen tidak memiliki apa-apa, dia pun sudah bersikap arogan. Sekarang setelah kaya raya, dia pun semakin arogan saja. Hanya saja, Luther juga tidak terkejut.“Hei, aku lagi ngomong sama kamu. Apa kamu dengar? Segera buka harga. Aku sibuk sekali. Nggak ada waktu untuk main bareng kamu!” Helen mengapit kartu dengan kedua tangannya.“Sepertinya kamu nggak sanggup untuk membayarnya.” Luther menggeleng.“Nggak sanggup?” Ketika mendengar ucapan itu, Helen langsung tersenyum, lalu melayangkan tatapan meremehkan. “Luther! Kamu memang pintar dalam meremehkan orang-orang! Apa kamu tahu identitas kami sekarang? Apa kamu tahu berapa banyak uang yang kami punya sekarang? Apa kamu sudah lihat kartu emas ini? Uang di
“Kamu … kamu nggak tahu malu!” Helen emosi hingga wajah dan telinganya memerah. Dia sungguh geram saat ini.Awalnya Helen ingin bersandiwara untuk memamerkan kekayaannya. Namun bocah di depannya malah membongkar aibnya. Luther memang menjengkelkan sekali.“Sekarang aku sudah buka harga. Kalian hanya punya 2 pilihan saja, serahkan uang itu atau pergi dari sini!” Luther tidak sungkan sama sekali.“Kalian kurang ajar sekalI!” Amarah Helen membeludak. Sejak kedudukannya semakin tinggi, dia juga tidak pernah menerima perlakuan seperti ini.“Apa yang terjadi?” Pada saat ini, seorang lelaki bertubuh tinggi kurus dengan berpakaian jas berjalan ke dalam ruangan. Para pengawal spontan mundur membuka jalan untuknya. Si lelaki tak lain adalah bos dari Restoran Harum, Luke.“Kak Luke! Akhirnya kamu datang juga!” Langsung terlukis senyuman di wajah Priya. Dia langsung berlari ke sisi Luke. Lelaki di hadapannya ini bukan hanya kekasih Priya saja, dia juga adalah sandaran Priya. “Ada apa dengan wajah
Ucapan Luke sangatlah ketus. Setiap kata-kata terdengar sangat menusuk telinga. Awalnya Luther yang ingin mengajak kompromi itu langsung berubah pikiran.Pantas saja pelayan restoran bisa bersikap begitu arogan. Ternyata mereka semua belajar dari bos mereka.“Hei, sudah dengar belum? Keluar!” Priya segera mengusir.“Restoran Harum memang hebat sekali, ya. Kalian bahkan berani mengusir tamu. Sepertinya kalian nggak ingin berbisnis lagi,” ucap Luther dengan dingin.“Bukan nggak ingin berbisnis lagi, cuma nggak ingin berbisnis sama kalian saja!” Luke melanjutkan dengan tegas, “Restoran Harum adalah area kekuasaanku. Semua yang ada di sini tergantung dengan keputusanku. Sekarang aku nggak suka melihat kalian di sini. Jadi, aku beri kalian waktu 1 menit untuk meninggalkan tempat ini. Kalau nggak, jangan salahkan aku bersikap nggak sungkan sama kalian!”Begitu ucapan dilontarkan, semua orang langsung merasa ricuh, lalu ikut mengusir Luther dan yang lain.“Luther, kenapa? Bos saja sudah bersu