Sore harinya di Rumah Sakit Artha ibu kota.Richard yang berbaring di atas ranjang masih belum menyadarkan diri. Wajahnya terlihat sangat pucat. Napasnya lemah, detak jantungnya melambat, dan tubuhnya terasa dingin. Dalam sekilas mata, Richard tidak ada bedanya dengan mayat.Para spesialis dan profesor sedang menjaga di dalam kamar pasien. Mereka sedang berbisik-bisik membahas kondisi penyakit dan cara pengobatannya.Namun setelah berdiskusi dalam beberapa saat, mereka semua merasa tidak berdaya. Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa mengeluarkan cara pengobatan.Layla, Lufita, Irish, dan Nowy hanya bisa berdiri di samping saja. Mereka juga tidak bisa melakukan apa pun.“Dokter, bagaimana kondisi suamiku? Apa dia nggak bisa diobati lagi?” Semua orang sudah berdiskusi dalam waktu lama, tetapi mereka tidak melakukan apa pun. Jadi, Layla pun bertanya dengan penasaran.“Penyakit Pak Richard terlalu aneh. Kami sudah berusaha mendiagnosisnya, tetapi kami tetap nggak mengetahui penyakit ap
“Dokter dari Negara Drago memang buruk sekali. Setelah berdiskusi setengah hari, kalian malah nggak berhasil melakukan diagnosis apa pun. Untung saja ada Pak Yamada,” ucap Irish dengan menghela napas.“Benar apa katamu! Mereka semua sungguh nggak berguna. Mereka bahkan nggak bisa dibandingkan dengan satu jari Pak Yamada!” Tak sedikit anggota Keluarga Morgana mulai memuji.Padahal ada banyak profesor dan spesialis Negara Drago yang berkumpul di sini. Semuanya malah tidak berdaya. Namun, Yamada malah berhasil mendiagnosis penyakit Richard hanya dengan sekilas mata. Inilah yang dinamakan jarak.“Pak Yamada, berhubung kamu bisa mengobatinya, mohon bantuannya untuk segera mengobatinya.” Layla sungguh terburu-buru.“Bawakan obatku ke sini.” Yamada melambaikan tangannya, mengisyaratkan kedua asisten untuk meletakkan kotak obat ke hadapannya.Kotak obat dibuka. Yamada mengubrak-abrik isi kotak obat, lalu mengeluarkan satu botol obat berwarna hitam.“Ramuan Giok Emas. Ramuan ini diracik dengan
“Omong kosong!” Setelah kedoknya terbongkar, Yamada berusaha untuk bersikap tenang, tetapi tatapannya malah kelihatan panik.Yamada memang tidak ingin mengakuinya. Hanya saja, bahan dasar dari Ramuan Giok Emas memang sangat murahan. Modal yang dibutuhkan hanya beberapa ratus ribu saja.“Omong kosong? Apa kamu berani pergi menguji obat itu?” Luther tidak melepaskannya. “Kalau aku nggak salah tebak, di dalam Ramuan Giok Emas-mu itu seharusnya ditambahkan komposisi yang mirip dengan stimulan. Kalau sampai pasien mengonsumsi obat itu, nyawanya juga nggak akan bertahan lama. Hatimu memang beracun!”“Lancang! Aku adalah Dokter Ilahi dari Negara Dikara. Biasanya semua orang akan mengagungkanku, beraninya kamu memfitnahku? Aku perintahkan kamu untuk segera minta maaf kepadaku!” Yamada merasa sangat marah.“Minta maaf? Apa kamu pantas?” Luther mendengus dingin.“Nggak mau minta maaf, ya? Bagus! Kalau begitu, aku nggak akan mengobatinya. Biarkan dia mati saja!” Yamada merasa kesal. Dia mengangka
Baru saja hendak bersuara, Layla malah menjerit untuk memotong pembicaraan mereka, “Cukup! Sekarang bukanlah waktunya untuk berdebat. Cepat selamatkan suamiku!”“Iya! Iya! Kak Luther, cepat selamatkan ayahku!” Akhirnya Lufita merespons. Reputasi Yamada memang sangat tinggi, tetapi dia lebih memercayai Luther.“Sebentar!” Saat Luther hendak berjalan maju, langkahnya malah dihalangi oleh Osiris. “Masalah ini berhubungan dengan nyawa manusia, jangan bertindak sembrono. Paman mesti diobati oleh Pak Yamada!”“Aku sudah bilang tadi, Yamada nggak akan bisa mengobatinya, dia hanya akan mencelakai nyawa Richard saja,” balas Luther dengan dingin.Tatapan Osiris seketika beralih ke sisi Layla. Dia berkata, “Bibi Layla, coba kamu buat keputusan sendiri. Apa kamu lebih percaya dengan Dokter Yamada atau bocah itu?”“Emm ….” Layla merasa bingung ketika mendengar pertanyaan itu.Layla pernah membuktikan teknik medis Luther. Dia memang sangat hebat, bisa menyembuhkan penyakit langka putrinya. Hanya sa
“Kak Luther!” Ketika menyadari Luther hendak pergi, Lufita merasa gugup. Dia segera mengejar langkah Luther, lalu berkata dengan penuh rasa bersalah, “Kak Luther, maaf sekali. Aku juga nggak menyangka Pak Yamada akan datang. Semua ini salahku. Kamu jangan marah, ya.”“Lufita, aku nggak lagi marah. Dari sudut pandang dokter, aku juga berharap ayahmu bisa sembuh. Sayangnya, nggak ada yang memercayaiku.” Luther menggeleng. Dia sudah mengingatkan berkali-kali, tapi tidak ada yang menganggap ucapannya. Dia juga tidak tahu harus berbuat apa lagi.“Kak Luther, aku percaya sama kamu, tapi ….” Lufita terdiam.Ibunya Lufita telah membuat keputusan, Lufita sebagai anak juga tidak bisa melakukan apa-apa.“Lufita, nggak apa-apa. Kamu kembali ke kamar dulu. Aku pergi minum kopi di luar. Kalau kamu butuh bantuanku, kamu bisa telepon aku kapan saja.” Luther menepuk-nepuk pundak Lufita dengan tersenyum.“Baiklah.” Lufita mengangguk, lalu berjalan ke dalam kamar pasien dengan rasa bersalah. Dia sungguh
Lantaran dihina habis-habisan, para spesialis dan profesor di dalam kamar pasien tampak sangat muram. Teknik medis mereka memang tidak bisa dibandingkan dengan Yamada. Hanya saja, mereka semua juga adalah elite. Sekarang mereka malah dihina oleh kaum sebangsa mereka, wajar jika mereka tidak bisa menerimanya.Hanya saja dengan posisi mereka, para dokter juga tidak berani berkata lain, hanya bisa menunduk berlagak tidak mendengar apa-apa.“Pak Yamada, kapan suamiku akan bangun?” tanya Layla. Sekarang kondisi Richard memang sudah kembali normal, tetapi dia masih belum menyadarkan diri. Wajar jika Layla merasa khawatir.“Jangan panik! Setelah aku mencabut jarum perak itu, suamimu pasti akan bangun,” balas Yamada dengan percaya diri, lalu mencabut semua jarum perak yang ditusuknya tadi.Begitu jarum dicabut, tetiba tubuh Richard tampak gemetar. Detik demi detik berlalu. Richard mulai melebarkan matanya.“Bangun! Akhirnya dia sudah bangun!” Semua orang sungguh gembira saat ini.“Semua ini be
“Sudah … mati?” Semua orang terbengong ketika melihat Yamada mati di tempat. Mata semua orang terbelalak lebar dan terlihat sangat kaget.Siapa pun tidak menyangka Richard akan menggila tanpa aba-aba, apalagi membunuh Yamada.Kenapa bisa seperti ini? Bukankah kata Yamada, hal itu adalah hal sepele? Bukankah kata Yamada, kondisi itu sangat wajar? Bukankah Yamada mengatakan dia bisa menanganinya? Apa yang terjadi sekarang?“Ah ….” Yamada dilempar ke sisi tembok dengan kuat hingga tembok roboh. Satu detik kemudian, tubuhnya seketika memerosot ke lantai.“Pak Yamada!” Semua orang seolah-olah baru terbangun dari mimpi mereka, terutama Irish dan juga Nowy. Mereka kelihatan sangat bersedih bagai kehilangan orang tua mereka saja.“Cepat! Cepat tahan Paman Richard!” Respons Osiris sangatlah cepat. Dia segera memerintah orang-orang untuk mengepung Richard. Namun, Richard yang menggila itu malah kelihatan semakin ganas lagi. Dia bahkan mengabaikan anggota keluarganya. Kekuatan Richard semakin m
“Kalau kamu nggak kembali, kami semua pasti akan dalam bahaya.” Luther kembali melayangkan sebatang jarum perak. Richard yang hendak meronta langsung tertegun tidak bisa bergerak sama sekali.“Luther, semua ini berkat bantuanmu. Aku mohon bantuanmu untuk menyelamatkan suamiku!” mohon Layla dengan tulus.“Maaf, pengetahuan medisku nggak bisa dibandingkan dengan Pak Yamada. Kamu minta bantuan dia saja,” balas Luther dengan datar.“Pak Yamada?” Layla melihat mayat di ujung ruangan dengan sangat canggung. Seandainya Yamada bisa menyembuhkan suaminya, apa mungkin nyawanya akan melayang?“Luther, aku minta maaf karena telah menyinggungmu. Aku harap kamu nggak masukkan ke hati.” Layla mengambil inisiatif untuk minta maaf.Layla tahu bagaimana kemampuan medis Luther. Hanya saja, jika dibandingkan dengan Yamada, reputasinya masih tergolong rendah.Itulah sebabnya Layla tidak membuat keputusan yang tepat tadi. Sekarang Yamada sudah meninggal. Dia hanya bisa mengandalkan Luther saja.“Kak Luther