“Richard, apa kamu lagi mengancamku?” Ketika mendengar ucapan yang menusuk telinga itu, senyuman di wajah Luther langsung menghilang. Dia tidak menyukai Richard sejak masalah waktu itu. “Semua ini tergantung pemikiranmu, ucapanku ini bisa jadi hanyalah peringatan, bisa juga adalah ancaman.” Richard tidak bersikap sungkan sama sekali.“Aku ulangi sekali lagi. Aku dan Lufita hanyalah teman biasa. Aku juga nggak punya pemikiran lain. Jadi, lebih baik kita jangan saling berhubungan lagi,” balas Luther dengan datar.“Sepertinya kamu masih nggak ngerti maksudku.” Richard membalas dengan dingin, “Apa orang sepertimu pantas untuk menjadi teman putriku? Coba kamu becermin. Lihat bagaimana penampilanmu. Apa kamu pantas menjalin hubungan dengan Keluarga Morgana?”Ucapan awal Richard adalah ancaman. Namun sekarang, dia sedang menghina Luther!“Richard, jangan terlalu arogan. Kamu bukanlah apa-apa di mataku!” balas Luther.“Hmph! Kamu cuma jago bicara saja. Apa kamu kira aku nggak bisa beri pelaja
Luther berkata dengan serius, “Richard, Teknik Mengisap Jiwa adalah cara pintas dalam berlatih seni bela diri. Hanya orang yang kehabisan akal baru akan berlatih teknik itu. Kalau kamu melanjutkannya, kamu pasti akan mati nantinya!”“Omong kosong! Sekarang kondisi tubuhku baik-baik saja, malah lebih kuat daripada sebelumnya. Meskipun ada ribuan prajurit dan kuda di hadapanku, aku juga nggak akan takut sama sekali!” ucap Richard dengan arogan.“Kuat hanyalah pemikiranmu saja. Sekarang penyakitmu sudah sangat parah. Kalau kamu masih bersikeras, kamu bukan hanya akan mencelakai dirimu saja, kamu juga akan mencelakai orang lain!” peringati Luther.Bukan masalah jika seseorang meninggal akibat berlatih Teknik Mengisap Jiwa. Akan lebih mengerikan apabila orang tersebut malah terjerumus, lalu menggila hingga membunuh orang di sekitarnya. Bisa jadi orang-orang terdekatnya akan menjadi korban.“Jangan omong kosong lagi! Tak peduli apa yang kamu katakan hari ini, aku tetap nggak akan mengampunim
Di bawah undangan hangat Dennis, Luther pun dibawa ke dalam ruang baca yang bernuansa kuno.Teh dituangkan. Kedua orang pun memulai perbincangan.“Luther, sepertinya kita sudah nggak bertemu selama sepuluh tahun? Dibandingkan dengan dulu, kamu yang sekarang sungguh berbeda!” Dennis mengamati Luther sembari memujinya.Sepuluh tahun lalu, Luther dijuluki sebagai pemuda paling berbakat di Negara Drago. Waktu itu, dia masih muda, selalu bersikap gegabah dan arogan. Namun sekarang, Luther menjadi lebih dewasa, sungguh berbeda dari sebelumnya.“Iya, sudah sepuluh tahun nggak bertemu, tapi Pak Dennis masih saja berwibawa seperti dulu,” balas Luther dengan sungkan.“Hahah …. Sebentar lagi aku akan masuk peti, nggak berwibawa lagi.” Dennis menggeleng dengan tersenyum. “Luther, biasanya kamu jarang berkunjung ke rumah. Kenapa kamu tiba-tiba kemari? Apa ada masalah?”“Jujur saja, maksud kedatanganku kali ini, selain untuk mengunjungi Pak Dennis, aku juga ingin meminta bantuanmu.” Luther langsung
Pelayan segera menjalankan perintah, lalu meninggalkan tempat. Beberapa saat kemudian, pelayan kembali dengan mengambil sebuah kotak indah di tangannya.“Nah, kuberikan kepadamu.” Dennis mengambil kotak dari tangan pelayan, lalu menyerahkannya kepada Luther.Luther membuka kotak dengan penuh hati-hati. Aroma aneh seketika menyerbak di sekitar. Kemudian, tampak ada jamur berwarna-warni di dalam kotak. Jamur indah itu berukuran sebesar telapak tangan, kelihatan bagai sebuah karya seni yang sangat sempurna.Di bawah pancaran cahaya lampu, jamur tersebut memancarkan tujuh jenis warna. Kelihatannya sangat menawan bagai di dalam cerita dongeng saja.“Ternyata ini yang namanya Jamur Tujuh Warna!” Luther merasa sangat gembira. Dia segera berdiri, lalu memberi hormat kepada Dennis. “Terima kasih Pak Dennis. Aku nggak tahu harus berkata apa lagi.”“Aku juga nggak menggunakannya, jadi untuk apa aku menyimpannya. Lebih baik aku memberikannya kepadamu. Dengan begitu, kamu akan berutang budi kepadak
Saat ini, di dalam halaman kediaman jenderal.Seorang lelaki muda bertubuh kurus dengan berpakaian rapi sedang minum teh bersama Richard.“Tuan Kimtara, ada urusan apa kamu datang berkunjung kali ini?” Richard tersenyum sembari menuangkan teh ke cangkir Kimtara.“Terima kasih.” Kimtara mengangguk dengan sopan, lalu melanjutkan, “Sudah lama aku mendengar namamu. Jadi, aku datang berkunjung ingin berteman denganmu.” Kimtara berbicara dengan bahasa Negara Drago, dialeknya terdengar agak aneh.“Tuan Kimtara, sepertinya kamu punya maksud lain?” Richard berkata, “Lebih baik Tuan Kimtara berterus terang saja. Nggak usah bertele-tele.”“Kalau begitu, aku nggak merahasiakannya lagi.” Kimtara mengangguk tanda sedang memberi hormat. “Maksud kedatanganku kali ini adalah ingin berteman dengan Pak Dennis. Sayangnya, Pak Dennis terlalu sibuk, nggak ada waktu untuk menemuiku. Kalau diperbolehkan, aku harap Pak Richard bisa mengatur pertemuan untuk kami.”Sambil berbicara, Kimtara melambaikan tangannya
“Pak Dennis sudah memberikan Jamur Tujuh Warna kepada orang lain.” Tiara menggeleng.“Diberikan kepada orang? Siapa?” Senyuman di wajah Richard terkaku.“Seorang lelaki muda yang bernama Luther,” jawab Tiara dengan jujur.“Apa? Obat spiritual itu diberikan kepada bocah itu?” Kening Richard mengerutkan keningnya. Raut wajahnya juga kelihatan agak canggung.Jamur Tujuh Warna malah diberikan kepada bocah miskin itu? Ada apa dengan Ayah? Luther memang pernah menyelamatkan Lufita, tapi mereka juga sudah memberikan imbalan. Untuk apa Ayah bersikap baik terhadapnya?“Apa bisa diminta kembali?” Richard masih merasa tidak puas.Padahal tadi Richard sudah menjamin di hadapan Kimtara, tak disangka malah terjadi hal seperti ini.“Kamu tahu sendiri bagaimana karakter Pak Dennis. Nggak mungkin dia meminta kembali barang yang sudah diberikannya.” Tiara hanya bisa berkata seperti ini.“Sialan! Apa dia pantas untuk mendapatkan barang berharga seperti itu?” Richard merasa kesal.“Pak Richard, siapa si L
Keesokan subuhnya.Setelah Luther mengurus masalah di Vila Embun, dia segera mengendarai mobil menuju ke Jiloam.Sekarang Jamur Tujuh Warna sudah di tangan. Semua obat spiritual yang dibutuhkan sudah lengkap.Kelima fungsi organ si pemabuk tua semakin menurun. Entah dirinya masih bisa bertahan berapa lama lagi. Luther mesti segera memurnikan Pil Penyambung Nyawa untuk segera menyembuhkannya.Setelah mengendarai selama setengah jam, akhirnya Luther tiba di Klinik Damai. Saat ini, klinik sangatlah sepi.Pemabuk tua sedang berbaring di atas bangku dengan bau alkohol di sekujur tubuhnya. Sementara, Liana sedang sibuk mengelap bangku dan meja, lalu mencuci pakaian dan memasak. Klinik dibereskannya menjadi sangat rapi. Mengenai Jordan, dia yang kecanduan dengan pedang itu sedang konsentrasi berlatih pedang di halaman. Si Pedang Kilat itu tidak latihan dengan cepat lagi. Dia mulai melambatkan gerakannya. Gerakannya memang kelihatan biasa-biasa saja, tapi sebenarnya sangatlah hebat.Jelas sek
Ketika melihat senyuman di wajah Luther, akhirnya Pemabuk Gila baru merespons. Dia berkata dengan nada ketus, “Dasar berengsek! Apa kamu kurang kerjaan? Cepat pergi sana!”Seusai berbicara, Pemabuk Gila kembali berbaring di atas bangkunya. Dia hendak melanjutkan tidurnya.“Ayo, jangan tidur lagi! Ada urusan serius!” Luther mengeluarkan dua kotak kayu, lalu meletakkannya di atas meja. Di dalamnya berisi Teratai Hijau Milenium dan juga Jamur Tujuh Warna. “Kali ini aku berhasil mengumpulkan dua jenis obat spiritual. Sekarang kita bisa memurnikan Pil Penyambung Nyawa.”“Oh? Secepat itu?” Pemabuk Gila duduk dengan malasnya. “Aku kira hariku sudah nggak lama lagi. Nggak disangka, kamu sudah berhasil mengumpulkan semua obat spiritual. Aku sungguh ketiban rezeki nomplok!”“Jangan omong kosong lagi! Keluarkan semua obat spiritual sebelumnya,” desak Luther.“Oke, oke, aku cari dulu.”Pemabuk Gila meregangkan tubuhnya, lalu pergi mengubrak-abrik rak di sekeliling. Setelah mencari selama beberapa