Keesokan subuhnya.Setelah Luther mengurus masalah di Vila Embun, dia segera mengendarai mobil menuju ke Jiloam.Sekarang Jamur Tujuh Warna sudah di tangan. Semua obat spiritual yang dibutuhkan sudah lengkap.Kelima fungsi organ si pemabuk tua semakin menurun. Entah dirinya masih bisa bertahan berapa lama lagi. Luther mesti segera memurnikan Pil Penyambung Nyawa untuk segera menyembuhkannya.Setelah mengendarai selama setengah jam, akhirnya Luther tiba di Klinik Damai. Saat ini, klinik sangatlah sepi.Pemabuk tua sedang berbaring di atas bangku dengan bau alkohol di sekujur tubuhnya. Sementara, Liana sedang sibuk mengelap bangku dan meja, lalu mencuci pakaian dan memasak. Klinik dibereskannya menjadi sangat rapi. Mengenai Jordan, dia yang kecanduan dengan pedang itu sedang konsentrasi berlatih pedang di halaman. Si Pedang Kilat itu tidak latihan dengan cepat lagi. Dia mulai melambatkan gerakannya. Gerakannya memang kelihatan biasa-biasa saja, tapi sebenarnya sangatlah hebat.Jelas sek
Ketika melihat senyuman di wajah Luther, akhirnya Pemabuk Gila baru merespons. Dia berkata dengan nada ketus, “Dasar berengsek! Apa kamu kurang kerjaan? Cepat pergi sana!”Seusai berbicara, Pemabuk Gila kembali berbaring di atas bangkunya. Dia hendak melanjutkan tidurnya.“Ayo, jangan tidur lagi! Ada urusan serius!” Luther mengeluarkan dua kotak kayu, lalu meletakkannya di atas meja. Di dalamnya berisi Teratai Hijau Milenium dan juga Jamur Tujuh Warna. “Kali ini aku berhasil mengumpulkan dua jenis obat spiritual. Sekarang kita bisa memurnikan Pil Penyambung Nyawa.”“Oh? Secepat itu?” Pemabuk Gila duduk dengan malasnya. “Aku kira hariku sudah nggak lama lagi. Nggak disangka, kamu sudah berhasil mengumpulkan semua obat spiritual. Aku sungguh ketiban rezeki nomplok!”“Jangan omong kosong lagi! Keluarkan semua obat spiritual sebelumnya,” desak Luther.“Oke, oke, aku cari dulu.”Pemabuk Gila meregangkan tubuhnya, lalu pergi mengubrak-abrik rak di sekeliling. Setelah mencari selama beberapa
“Emm?”Ketika melihat tungku pecah, raut wajah Luther langsung berubah gugup. Padahal tinggal sedikit lagi! Tinggal sedikit lagi, dia akan berhasil.Kenapa? Kenapa tungku tiba-tiba meledak?Jangan-jangan semua usahanya selama ini akan berakhir sia-sia?“Nggak … nggak mungkin!”Luther menggeleng. Air keringat bercucuran dengan deras. Dia sungguh tidak terima dengan kegagalan ini, dia juga tidak bisa menerima hasil di depan mata.Luther mulai mengubrak-abrik kepingan panci yang pecah. Dia tidak melepaskan setiap bekas dan juga sisa obat itu.Saat ini, Luther kelihatan bagai serigala lapar yang sedang mencari makanan saja. Dia terlihat bagai orang gila saja. Tetiba dia tertegun di tempat. Dia melihat ada sesuatu berwarna emas di bagian paling bawah. Warna emas itu kelihatan sangat mencolok mata jika dibandingkan dengan warna hitam obat di sekitarnya.Setelah terbengong sejenak, Luther berusaha untuk mengulurkan tangannya, lalu menggeser sisa obat berwarna hitam itu dengan perlahan. Denga
Sepertinya Pemabuk Gila tidak berencana untuk memberi mereka gelas kedua lagi.Luther dan yang lain saling bertukar pandang. Mereka sungguh kehabisan kata-kata saat ini. Pada akhirnya, satu kendi arak itu dihabiskan Pemabuk Gila tanpa bersisa sama sekali.“Enak!”Seusai minum, Pemabuk Gila berserdawa. Dia kelihatan sangat bersemangat. Kondisinya kelihatan sangat bagus. Setelah puas dalam meneguk araknya, Pemabuk Gila baru mengambil Pil Penyambung Nyawa dan menelannya.“Gluk.”Pil itu mengandung kekuatan yang sangat kuat bagai air mancur saja yang tak berhenti menutrisi tubuh Pemabuk Gila.Meridian yang tadinya sudah kering mulai hidup kembali. Air muka yang awalnya memucat telah kelihatan lebih sehat. Kedua mata yang tadinya keruh juga kelihatan agak berkilauan. Setiap organ tubuh bahkan kulit dan otot Pemabuk Gila mulai mengalami perubahan.Seiring berjalannya waktu, rambut putih Pemabuk Gila mulai berubah menjadi hitam dan kulit yang keriput perlahan-lahan menjadi halus dan elastis.
Sore harinya di Rumah Sakit Artha ibu kota.Richard yang berbaring di atas ranjang masih belum menyadarkan diri. Wajahnya terlihat sangat pucat. Napasnya lemah, detak jantungnya melambat, dan tubuhnya terasa dingin. Dalam sekilas mata, Richard tidak ada bedanya dengan mayat.Para spesialis dan profesor sedang menjaga di dalam kamar pasien. Mereka sedang berbisik-bisik membahas kondisi penyakit dan cara pengobatannya.Namun setelah berdiskusi dalam beberapa saat, mereka semua merasa tidak berdaya. Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa mengeluarkan cara pengobatan.Layla, Lufita, Irish, dan Nowy hanya bisa berdiri di samping saja. Mereka juga tidak bisa melakukan apa pun.“Dokter, bagaimana kondisi suamiku? Apa dia nggak bisa diobati lagi?” Semua orang sudah berdiskusi dalam waktu lama, tetapi mereka tidak melakukan apa pun. Jadi, Layla pun bertanya dengan penasaran.“Penyakit Pak Richard terlalu aneh. Kami sudah berusaha mendiagnosisnya, tetapi kami tetap nggak mengetahui penyakit ap
“Dokter dari Negara Drago memang buruk sekali. Setelah berdiskusi setengah hari, kalian malah nggak berhasil melakukan diagnosis apa pun. Untung saja ada Pak Yamada,” ucap Irish dengan menghela napas.“Benar apa katamu! Mereka semua sungguh nggak berguna. Mereka bahkan nggak bisa dibandingkan dengan satu jari Pak Yamada!” Tak sedikit anggota Keluarga Morgana mulai memuji.Padahal ada banyak profesor dan spesialis Negara Drago yang berkumpul di sini. Semuanya malah tidak berdaya. Namun, Yamada malah berhasil mendiagnosis penyakit Richard hanya dengan sekilas mata. Inilah yang dinamakan jarak.“Pak Yamada, berhubung kamu bisa mengobatinya, mohon bantuannya untuk segera mengobatinya.” Layla sungguh terburu-buru.“Bawakan obatku ke sini.” Yamada melambaikan tangannya, mengisyaratkan kedua asisten untuk meletakkan kotak obat ke hadapannya.Kotak obat dibuka. Yamada mengubrak-abrik isi kotak obat, lalu mengeluarkan satu botol obat berwarna hitam.“Ramuan Giok Emas. Ramuan ini diracik dengan
“Omong kosong!” Setelah kedoknya terbongkar, Yamada berusaha untuk bersikap tenang, tetapi tatapannya malah kelihatan panik.Yamada memang tidak ingin mengakuinya. Hanya saja, bahan dasar dari Ramuan Giok Emas memang sangat murahan. Modal yang dibutuhkan hanya beberapa ratus ribu saja.“Omong kosong? Apa kamu berani pergi menguji obat itu?” Luther tidak melepaskannya. “Kalau aku nggak salah tebak, di dalam Ramuan Giok Emas-mu itu seharusnya ditambahkan komposisi yang mirip dengan stimulan. Kalau sampai pasien mengonsumsi obat itu, nyawanya juga nggak akan bertahan lama. Hatimu memang beracun!”“Lancang! Aku adalah Dokter Ilahi dari Negara Dikara. Biasanya semua orang akan mengagungkanku, beraninya kamu memfitnahku? Aku perintahkan kamu untuk segera minta maaf kepadaku!” Yamada merasa sangat marah.“Minta maaf? Apa kamu pantas?” Luther mendengus dingin.“Nggak mau minta maaf, ya? Bagus! Kalau begitu, aku nggak akan mengobatinya. Biarkan dia mati saja!” Yamada merasa kesal. Dia mengangka
Baru saja hendak bersuara, Layla malah menjerit untuk memotong pembicaraan mereka, “Cukup! Sekarang bukanlah waktunya untuk berdebat. Cepat selamatkan suamiku!”“Iya! Iya! Kak Luther, cepat selamatkan ayahku!” Akhirnya Lufita merespons. Reputasi Yamada memang sangat tinggi, tetapi dia lebih memercayai Luther.“Sebentar!” Saat Luther hendak berjalan maju, langkahnya malah dihalangi oleh Osiris. “Masalah ini berhubungan dengan nyawa manusia, jangan bertindak sembrono. Paman mesti diobati oleh Pak Yamada!”“Aku sudah bilang tadi, Yamada nggak akan bisa mengobatinya, dia hanya akan mencelakai nyawa Richard saja,” balas Luther dengan dingin.Tatapan Osiris seketika beralih ke sisi Layla. Dia berkata, “Bibi Layla, coba kamu buat keputusan sendiri. Apa kamu lebih percaya dengan Dokter Yamada atau bocah itu?”“Emm ….” Layla merasa bingung ketika mendengar pertanyaan itu.Layla pernah membuktikan teknik medis Luther. Dia memang sangat hebat, bisa menyembuhkan penyakit langka putrinya. Hanya sa
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam
Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te