Luther hanya menjawab mereka dengan singkat."Terima kasih." Wanita berpakaian biru itu tersenyum dengan sopan, lalu mengajak kedua temannya untuk duduk. Dia terpaksa karena tempat kosong di sini paling banyak. Selain itu, pakaian Luther sederhana dan terlihat lebih ramah. Dia berpikir dia seharusnya tidak akan merasa terlalu tertekan jika berinteraksi dengan Luther."Kakak ganteng, namaku Viola, ini Parnika dan Nikhil. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Wanita berpakaian biru itu memperkenalkan diri, lalu menanyakan nama Luther. Dia terlihat sangat ceria."Hanya bertemu di sini saja, nggak usah tahu namaku," kata Luther dengan dingin. Dia datang untuk membunuh orang, bukan mencari teman."Haeh ...." Senyuman Viola membeku dan terlihat merasa canggung.Parnika yang berada di samping tidak tahan melihat sikap Luther dan berkata dengan kesal, "Hei! Kenapa kamu begitu sombong? Hanya tanya namamu saja, 'kan? Apa istimewanya? Dilihat dari penampilanmu, kamu juga nggak begitu kaya. Kenapa begi
"Eh?" Luther yang tiba-tiba berbicara membuat ketiganya menoleh dengan ekspresi aneh dan tatapan yang bingung."Hei! Apa yang kamu katakan? Apa maksudmu akan mati?" Setelah melihat Luther sejenak, ekspresi Parnika terlihat makin meremehkan. Dia berpikir mengapa Luther terlihat seperti orang bodoh?"Kamu cemburu dengan Ivan, ya? Tahu dia lebih unggul darimu, jadi menghinanya di sini, 'kan?" kata Nikhil dengan curiga."Huh! Sudah nggak mampu, masih suka iri dengan orang lain. Sungguh menjijikkan!" kata Parnika sambil menyilangkan lengannya dan ekspresinya meremehkan. Dia paling tidak suka dengan orang yang iri hati seperti ini."Kalau kamu berani, katakan dengan keras. Apa hebatnya mengejek orang di belakangnya?" kata Nihkil sambil tersenyum sinis."Benar! Kalau berani, kamu tantang saja Ivan. Bersembunyi-sembunyi seperti ini, apa bedanya kamu dengan pengecut?" hina Parnika.Meskipun tidak berbicara, Viola juga diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia juga agak membenci Luther. Luther tida
"Lancang!""Berani sekali!""Berani mencari masalah di Keluarga Caonata, aku lihat anak ini sudah bosan hidup!"Setelah tertegun sejenak, para tamu itu mulai memarahi Luther dengan semangat dan berusaha menunjukkan dukungan mereka kepada Keluarga Caonata. Mendengar keributan itu, pengawal Keluarga Caonata juga mulai masuk ke ruangan.Ekspresi Ivan menjadi muram. "Ingin merenggut nyawaku? Apa kamu layak? Kalau pengawalmu itu ada di sini, kamu mungkin masih punya kesempatan. Hanya dengan kemampuan seorang sampah sepertimu juga berani sombong di depanku, benar-benar cari mati!"Ivan memang pernah dihajar oleh Johan sebelumnya, tetapi dia masih percaya diri jika hanya menghadapi Luther. Di antara teman sebayanya, selain Harry, siapa lagi yang bisa mengunggulinya?"Hari ini adalah hari aku menduduki posisi sebagai kepala keluarga, jadi aku nggak ingin membunuhmu. Kalau tahu diri, segera menyerahlah!" teriak Juno. Dia tahu Luther memiliki kemampuan dan bahkan mendirikan sekte. Namun, semua i
"Apa?" Semua orang kaget melihat Ivan yang tergeletak di lantai dengan tak berdaya. Jenderal tertinggi di Kavaleri Macan Harimau dan genius berbakat ini kalah begitu saja? Situasi macam apa ini? Setelah saling memandang, semua orang menunjukkan wajah terkejut.Awalnya mereka mengira pertempuran ini tidak seimbang dan sudah pasti akan didominasi oleh Ivan. Tak disangka, Ivan malah jatuh dalam satu serangan. Kesenjangan ini terlalu besar."Aku ... nggak salah lihat, 'kan? Ivan kalah?" Nikhil membelalakkan matanya tidak percaya. Dia mengira Luther hanya cari mati sendiri, tak disangka ternyata Luther malah menyembunyikan kekuatan sehebat ini."Kenapa bisa begitu? Dia ... ternyata sehebat itu?" seru Parnika dengan takjub. Dia tampak kaget hingga sudut bibirnya gemetaran. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa pemuda yang berpakaian biasa-biasa saja ini malah bisa mengalahkan genius seperti Ivan."Astaga! Sehebat itu?" Viola juga menutup mulutnya dengan kaget. Tadinya dia merasa Luther ter
Begitu perintah Juno dilontarkan, semua pengawal rahasia Keluarga Caonata keluar berbondong-bondong. Seketika, seluruh keluarga mereka menjadi gempar."Cepat kepung! Jangan sampai bocah itu melarikan diri!""Sialan, berani-beraninya mengacau di Keluarga Caonata! Benar-benar sudah bosan hidup!"Banyak sekali pasukannya yang berkumpul dari segala penjuru. Selain itu, mereka semua memegang senjata dengan aura yang menggebu-gebu. Baru saja Luther keluar dari ruang tamu, dia sudah dikepung oleh semua orang itu. Setidaknya ada 200 orang yang memandangnya dengan tatapan tajam.Sebagian besar dari pasukan itu adalah pengawal Keluarga Caonata, ada juga sebagian kecil pasukan elite dan pasukan Kavaleri Macan Harimau. Pasukan ini adalah pasukan kepercayaan Ivan. Sebagai seorang jenderal tinggi, Ivan masih punya kuasa untuk mengendalikan ratusan orang."Luther! Cepat lepaskan anakku, atau kamu akan mati hari ini!" bentak Billy."Bocah, kamu sudah dikepung dan nggak bisa melarikan diri lagi. Cepat
"Hah? Lagi-lagi?" Mendengar perkataan itu, Ivan langsung terperanjat. "Paman, peluru nggak punya mata, Paman jangan bertindak sembarangan!" Sialan, kalau dilanjutkan seperti ini, Ivan mungkin akan mati duluan gara-gara keluarganya sendiri sebelum dihabisi Luther.Lagi pula, pesilat tingkat sejati yang hebat sudah pasti bisa menghindari peluru. Mana mungkin bisa tertembak semudah itu?"Kakak, tenang dulu! Nyawa Ivan lebih penting!" teriak Billy buru-buru membujuknya. Dia benar-benar takut Juno akan bertindak gegabah. Tiba saatnya nanti, anaknya pasti akan jadi sasaran tembak."Tentu saja aku mengkhawatirkan keselamatan Ivan. Tapi kalau tidak membunuh bocah ini, mana mungkin Keluarga Caonata bisa terus berdikari kelak?" teriak Juno seraya mengernyit."Bocah ini kemampuannya hebat juga, kita harus mengundang ahli untuk menekannya," ujar Billy dengan suara rendah."Ahli? Dari mana cari ahli? Menurutku, sebaiknya kita serbu saja langsung dengan pisau, setidaknya nggak akan bisa salah membun
Sekelompok orang ini berpakaian serba hitam, dengan pengikat berwarna merah di kepala mereka. Bagian depan baju mereka bersulamkan tanda kirin. Jelas sekali, semua ini adalah orang dari Faksi Kirin."Kepung semuanya!" perintah Johan yang memimpin di depan setelah menendang beberapa orang yang menghalangi jalannya. Dia langsung mengepung semua anggota Keluarga Caonata. Dibandingkan dari segi perlengkapan dan kekuatan, Faksi Kirin yang merupakan gabungan antara elite dari keempat faksi besar lainnya jelas mengungguli Keluarga Caonata dari segi jumlah.Begitu kerumunan itu menghambur masuk, aura mereka terlihat sangat menakutkan. Seketika, situasi jadi tampak terkendali. Orang yang menyaksikan adegan tersebut juga buru-buru menyingkir."Siapa kalian ini? Beraninya kalian menerobos Keluarga Caonata!" bentak Juno saat melihat sekumpulan orang itu."Mereka adalah orang dari Faksi Kirin!" teriak salah seorang Keluarga Caonata."Apa? Faksi Kirin?" Semua orang terkejut mendengar hal tersebut. M
"Luther! Kamu jangan terlalu sombong!" Billy mendelikkan matanya dan memaki, "Memangnya kenapa kalau kamu ini ketua Faksi Kirin? Kamu kira kamu bisa berbuat apa pun sesuka hati? Jangan lupa, anakku adalah jenderal tinggi di Kavaleri Macan Harimau!""Benar!" Ivan berkata dengan wajah kesakitan, "Kavaleri Macan Harimau milikku ini berada di bawah kuasa Dewi Perang Hani. Kalau kamu berani membunuhku, sama saja dengan cari mati sendiri!""Bocah, berhenti sekarang juga!" Juno berkata dengan wajah masam, "Kalau kamu melepaskan Ivan, kami nggak akan memperpanjang masalah hari ini. Kalau kamu benar-benar mau berperang, Keluarga Caonata juga pasti nggak akan kalah!"Meski Faksi Kirin sangat berkuasa, Keluarga Caonata juga bukan keluarga lemah. Setelah puluhan tahun berdiri, Keluarga Caonata memiliki banyak sekutu yang bisa diminta bantuan. Tidak berlebihan jika mengatakan bahwa semua koneksi mereka akan langsung bergegas datang jika Keluarga Caonata berada dalam bahaya."Aku nggak peduli siapa