Malam harinya, di salah satu kamar pasien Rumah Sakit Artha. Luther dan Bianca yang berjaga di samping tempat tidur dengan tenang, tiba-tiba merasa kasihan melihat Becca yang sudah tertidur. Setelah menjalani operasi, tulangnya yang sudah putus sudah disambung kembali dan semua bagian yang terluka diperban. Darah beku di dalam tubuhnya juga sudah dikeluarkan Luther dengan jarum perak. Meskipun dia sudah tidak dalam bahaya lagi, bagi seorang anak berusia lima tahun, rasa sakit dan ketakutan dari kecelakaan mobil tetap meninggalkan dampak yang besar."Nggak usah khawatir, Becca akan baik-baik saja." Luther menggenggam tangan Bianca untuk menghiburnya."Benar-benar sekelompok orang berengsek, bahkan anak kecil pun nggak dilepaskan." Bianca menggertakkan giginya dan terlihat jelas merasa marah."Aku akan menyelidiki masalah ini. Entah siapa pun dalang di baliknya, aku nggak akan melepaskannya begitu saja!" kata Luther dengan ekspresi serius. Setiap orang harus menanggung kesalahannya sendi
"Aku sudah pernah menjelaskan masalah ini kepada ayahmu dan Kak Juno, peta harta karun ini sudah dicuri orang beberapa tahun yang lalu dan sekarang nggak tahu di mana," kata Kevin.Ivan mengambil sebuah pisang dan mulai mengupasnya dengan santai. "Paman Kevin, nggak berarti lagi kalau kamu berkata seperti ini. Peta harta karun begitu berharga, kamu harusnya menganggapnya lebih berharga dibandingkan nyawamu. Mana mungkin peta itu dicuri? Jangan-jangan, kamu menyembunyikannya dan ingin memonopolinya sendiri ya?""Kamu mencurigaiku? Mana buktinya?" Kevin mengernyitkan alisnya.Setelah menggigit pisangnya, Ivan tersenyum dan berkata, "Paman Kevin, kalau nggak ingin ketahuan orang, jangan lakukan hal itu. Semua orang sudah tahu kenyataannya. Sebagai keponakanmu, aku sarankan kamu sebaiknya segera menyerahkannya. Kalau nggak, nggak ada yang bisa menjamin masalah hari ini nggak akan terulang kembali."Begitu mendengar perkataan itu, ekspresi semua orang berubah, terutama Bianca. Dia langsung
Saat Luther dan yang lainnya mendengar kabar itu dan tiba di depan pintu ruang operasi, Junifer yang masih tidak sadarkan diri kebetulan didorong keluar bersama dengan sesuatu yang dibungkus dengan kain putih. Luther membuka kain putih itu dengan tangan yang bergetar dan melihat ternyata di dalamnya adalah mayat bayi. Dalam sekejap, kedua matanya memerah dan menggertakkan giginya. Sebuah api kemarahan yang tidak bisa dijelaskan tiba-tiba meledak.Luther sudah berjanji dengan Ronald akan menjaga Junifer dan bayinya. Saat ini, sebuah kecelakaan mobil ini bukan hanya membuat ibu dan anak itu terluka parah dan masuk ke rumah sakit, anak di kandungan Junifer juga tiba-tiba mati. Baginya, berita ini benar-benar mengejutkan. Selain merasa dirinya bersalah, dia lebih merasa dirinya dipenuhi dengan kemarahan."Kenapa bisa begini? Bukankah saat datang mereka baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba ...." Wajah Bianca menjadi pucat karena merasa sulit percaya dengan kejadian itu. Bayi itu sudah dikandung
Karpet merah terbentang sejauh ratusan meter, langsung dari pintu gerbang vila hingga ruang tamu. Hari ini adalah hari Juno menduduki posisi kepala keluarga. Sebelumnya, dia hanya diakui secara internal, sekarang baru diumumkan secara resmi kepada publik. Oleh karena itu, Keluarga Caonata sengaja mengundang tamu dan mengadakan sebuah pesta perjamuan. Semua orang yang berhubungan baik atau berusaha mendekati Keluarga Caonata datang memberi selamat. Kepala Keluarga Caonata berubah sehingga sebagian besar orang harus membina kembali hubungan mereka.Saat ini, Juno memimpin anggota inti Keluarga Caonata sudah berkumpul di ruang rapat. Namun, jumlah anggota keluarga sudah berkurang sangat banyak dibandingkan sebelumnya. Setelah perubahan selama beberapa hari, hampir sebagian besar anggota inti sudah dijatuhkan dan yang bisa duduk di ruang itu adalah orang kepercayaan dan pendukung Juno."Kak Juno, setelah hari ini, kamu akan dikenal semua orang di sekitar sebagai kepala Keluarga Caonata. Se
"Berengsek! Apa ini?" Saat kepala itu sedang berguling, semua orang terkejut dan tanpa sadar menghindar ke segala arah. Setelah melihat jelas situasinya, semuanya tiba-tiba kaget. Hari ini adalah hari Juno menduduki posisi kepala keluarga, bukankah orang itu sengaja mencari masalah dengan memberikan hadiah seperti ini? Tidak! Ini tidak termasuk mencari masalah lagi, melainkan menantang mereka."Siapa? Berani-beraninya mengirim kepala orang ini!" teriak Juno dengan sangat marah. Suasana hatinya yang awalnya sedang baik langsung dihancurkan."Sialan! Bagaimana kamu bekerja?" Billy yang merasa sangat marah tiba-tiba menampar wajah pengurus itu. Sebagai pengurus Keluarga Caonata, orang itu bahkan tidak menyelidikinya dan langsung mengantarkan hadiah itu. Bagaimana jika isinya adalah bom?"Aku ... pikir orang itu adalah tamu biasa, nggak disangka akan seperti ini." Pengurus itu bersujud di lantai sambil gemetar. Melihat wajah itu dipenuhi dengan senyuman, dia berpikir orang itu adalah tamu
Luther hanya menjawab mereka dengan singkat."Terima kasih." Wanita berpakaian biru itu tersenyum dengan sopan, lalu mengajak kedua temannya untuk duduk. Dia terpaksa karena tempat kosong di sini paling banyak. Selain itu, pakaian Luther sederhana dan terlihat lebih ramah. Dia berpikir dia seharusnya tidak akan merasa terlalu tertekan jika berinteraksi dengan Luther."Kakak ganteng, namaku Viola, ini Parnika dan Nikhil. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Wanita berpakaian biru itu memperkenalkan diri, lalu menanyakan nama Luther. Dia terlihat sangat ceria."Hanya bertemu di sini saja, nggak usah tahu namaku," kata Luther dengan dingin. Dia datang untuk membunuh orang, bukan mencari teman."Haeh ...." Senyuman Viola membeku dan terlihat merasa canggung.Parnika yang berada di samping tidak tahan melihat sikap Luther dan berkata dengan kesal, "Hei! Kenapa kamu begitu sombong? Hanya tanya namamu saja, 'kan? Apa istimewanya? Dilihat dari penampilanmu, kamu juga nggak begitu kaya. Kenapa begi
"Eh?" Luther yang tiba-tiba berbicara membuat ketiganya menoleh dengan ekspresi aneh dan tatapan yang bingung."Hei! Apa yang kamu katakan? Apa maksudmu akan mati?" Setelah melihat Luther sejenak, ekspresi Parnika terlihat makin meremehkan. Dia berpikir mengapa Luther terlihat seperti orang bodoh?"Kamu cemburu dengan Ivan, ya? Tahu dia lebih unggul darimu, jadi menghinanya di sini, 'kan?" kata Nikhil dengan curiga."Huh! Sudah nggak mampu, masih suka iri dengan orang lain. Sungguh menjijikkan!" kata Parnika sambil menyilangkan lengannya dan ekspresinya meremehkan. Dia paling tidak suka dengan orang yang iri hati seperti ini."Kalau kamu berani, katakan dengan keras. Apa hebatnya mengejek orang di belakangnya?" kata Nihkil sambil tersenyum sinis."Benar! Kalau berani, kamu tantang saja Ivan. Bersembunyi-sembunyi seperti ini, apa bedanya kamu dengan pengecut?" hina Parnika.Meskipun tidak berbicara, Viola juga diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia juga agak membenci Luther. Luther tida
"Lancang!""Berani sekali!""Berani mencari masalah di Keluarga Caonata, aku lihat anak ini sudah bosan hidup!"Setelah tertegun sejenak, para tamu itu mulai memarahi Luther dengan semangat dan berusaha menunjukkan dukungan mereka kepada Keluarga Caonata. Mendengar keributan itu, pengawal Keluarga Caonata juga mulai masuk ke ruangan.Ekspresi Ivan menjadi muram. "Ingin merenggut nyawaku? Apa kamu layak? Kalau pengawalmu itu ada di sini, kamu mungkin masih punya kesempatan. Hanya dengan kemampuan seorang sampah sepertimu juga berani sombong di depanku, benar-benar cari mati!"Ivan memang pernah dihajar oleh Johan sebelumnya, tetapi dia masih percaya diri jika hanya menghadapi Luther. Di antara teman sebayanya, selain Harry, siapa lagi yang bisa mengunggulinya?"Hari ini adalah hari aku menduduki posisi sebagai kepala keluarga, jadi aku nggak ingin membunuhmu. Kalau tahu diri, segera menyerahlah!" teriak Juno. Dia tahu Luther memiliki kemampuan dan bahkan mendirikan sekte. Namun, semua i