Semua orang saling memandang dengan ekspresi yang marah dan kesal. Namun karena diancam oleh Raiden, mereka tidak berani berbicara."Kalian berdua pergi bunuh orang itu. Setelah selesai, aku pasti akan memberi kalian penghargaan besar!" Raiden menunjuk ke arah dua pesilat sebagai kambing hitamnya."Hah?"Ekspresi kedua pesilat itu berubah drastis dan terus melambaikan tangannya. "Tuan Raiden, kami nggak sanggup melakukannya. Kemampuan kami terlalu lemah, sama sekali bukan tandingannya!""Omong kosong! Cepat jalankan perintahku, kalau nggak, mati!" teriak Raiden.Mendengar perkataan itu, wajah kedua pesilat itu menjadi pucat pasi dan hampir saja terjatuh ke tanah. Hanya ada dua jalan di depan mereka yaitu mati saat menyerang Luther atau mati dipenggal Raiden."Raiden, untuk apa memerintah dua kambing hitam? Kalau berani, kamu sendiri yang datang mencoba pedangku!" kata Luther secara tiba-tiba."Huh! Nggak usah berpura-pura. Luka internalmu kambuh dan energi sejatimu terkuras, saat ini m
Ternyata, serangan itu berasal dari seorang wanita tua. Wanita itu adalah ketua Sekte Sihir saat ini yang bernama Friscia. Dia juga merupakan nenek Charlotte dari pihak ibunya.Di sisi lain, Luther hanya bisa menghela napas dan menepuk punggung Charlotte dengan lembut saat melihat Charlotte berduka. Luther menghiburnya, "Paman Harsa sudah pergi, tapi masih ada aku. Aku akan menjadi keluargamu kelak, nggak ada yang akan menindasmu lagi. Aku jamin!"Charlotte terus meratap dan menangis. "Kenapa? Kenapa? Apa sebenarnya salahku? Ibuku sudah pergi, ayahku juga sudah tiada. Sekarang hanya tersisa aku sendirian. Aku nggak mengerti, mengapa harus begini kepadaku? Kenapa?"Ayahnya selalu bersikap adil dan tidak pernah mencelakai siapa pun. Meskipun diam-diam dicelakai orang, ayahnya juga tidak pernah membenci ataupun balas dendam. Dia sungguh tidak mengerti mengapa orang seperti ayahnya pada akhirnya meninggal dengan begitu mengenaskan? Apakah orang baik benar-benar tidak akan memiliki akhir ya
Luther belum sempat menyelesaikan perkataannya, Friscia sudah menyelanya, "Tapi apanya, aku adalah neneknya!"Apa maksudnya dengan kata "tapi"? Siapa yang berani merebut cucunya?"Charlotte, nenekmu ini berasal dari Sekte Sihir, reputasinya nggak baik. Paman Harsa pernah memperingatkanku sebelumnya agar kamu nggak terlibat dengannya," kata Luther dengan ekspresi serius."Kamu ... benar-benar nenekku?" kata Charlotte dengan nada yang bergetar.Friscia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Benar. Nadi di tubuhmu sudah terbangun, jadi ayo pulang bersamaku. Kamu akan menjadi wanita suci Sekte Sihir kelak, kamu boleh membunuh siapa pun.""Aku ...." Charlotte membuka mulutnya dan tidak tahu harus berkata apa. Nenek yang muncul secara mendadak ini membuatnya tidak tahu harus bagaimana, dia hanya merasa pikirannya kacau."Charlotte, Sekte Sihir bukan tempat yang baik, kamu masih punya pilihan yang lebih baik," bujuk Luther."Jurus dari Sekte Sihir paling cocok dengan nadi wanita suci. Aku
"Aku ingin membunuh semua pesilat ini sendiri! Aku ingin membunuh semua orang yang pantas dibunuh di seluruh dunia ini! Aku ingin mengubah sepenuhnya dunia persilatan yang hancur ini!" kata Charlotte dengan tegas dan ekspresinya yakin. Tatapannya dipenuhi dengan aura membunuh, membuat orang yang melihatnya merasa takut."Haeh ...." Mendengar perkataan itu, Luther menghela napas. Dia tahu Charlotte sudah berubah, bukan gadis yang polos dan ramah seperti sebelumnya lagi. Namun, semua ini juga bukan salah Charlotte.Ayah Charlotte sudah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan semua orang, tetapi akhirnya, didesak untuk mati oleh orang-orang yang diselamatkannya. Salah siapa sebenarnya ini? Jika kebaikan tidak mendapatkan balasannya, terpaksa menyerah menjadi orang baik. Jika keadilan tidak dianggap, lebih baik membiarkan dirinya dipenuhi dengan kejahatan. Dia dipaksa untuk menjadi seperti ini.Luther mengangkat tangannya dan mengelus kepala Charlotte, lalu berkata dengan nada yang lembu
"Oh?"Friscia tersenyum dan berkata dengan semangat, "Anak muda, kamu adalah orang pertama yang berani bicara seperti ini padaku.""Kamu sudah tahu identitasku, jadi kamu juga harusnya mengerti. Anggota Keluarga Bennett selalu menepati perkataannya," kata Luther dengan mata bersinar."Hehehe ... menarik, benar-benar menarik," Friscia tersenyum. Dia bukan hanya tidak marah, malahan lebih merasa kagum. Makin aneh temperamen seseorang, dia makin suka."Charlotte, sampai jumpa lagi." Luther menepuk punggung Charlotte, lalu mengambil bunga bakung lelabah hitam dan berbalik pergi. Setiap orang memiliki jalannya sendiri dan tidak ada seorang pun yang bisa ikut campur. Dia hanya bisa diam-diam mendoakan Charlotte."Guru, sampai jumpa lagi ...." Melihat punggung Luther yang perlahan-lahan menjauh, Charlotte menggigit bibirnya dan air matanya berlinang. Setelah kali ini berpisah, entah kapan lagi mereka bisa bertemu kembali."Charlotte, apa kamu ingin aku membantumu membunuh para sampah ini?" Fr
Charlotte pergi dengan memeluk jasad Harsa. Hanya saja, kalimat terakhir yang diucapkannya menjelang kepergiannya itu membuat semua orang bergidik. Meski beruntung bisa lolos dari bahaya kali ini, semua orang di sekte besar itu sama sekali tidak bisa senang.Tidak ada yang menyangka bahwa ternyata gadis yang tampak biasa-biasa saja itu ternyata adalah wanita suci di Sekte Sihir. Reputasi Sekte Sihir yang mengerikan ini telah membekas di hati semua orang. Menyinggung wanita suci sama saja dengan menginjakkan kaki ke peti mati. Yang paling penting lagi adalah, mereka bahkan mendesak ayah wanita suci itu hingga meninggal.Dendam ayahnya ini pasti tidak akan bisa diampuni. Mulai sekarang, mereka akan terus hidup dalam ketakutan dan dihantui setiap saat. Selain menunggu ajalnya tiba, mereka sepertinya tidak punya pilihan lain lagi."Tuan Raiden, bagaimana sekarang ini? Sepertinya kita terkena masalah besar!" ujar Kitron dengan wajah pucat. Dia berjalan dengan tertatih-tatih ke hadapan Raide
Paulo menghela napas, lalu berkata, "Yang bisa menolongnya sekarang hanya bunga bakung lelabah hitam dan Racun Foniks. Kalau Luther bisa membawanya pulang tepat waktu, maka peluangnya akan lebih besar. Kalau waktunya diundur terlalu lama, harapannya akan semakin menipis.""Luther, Luther, di mana kamu sekarang? Kenapa belum pulang juga?" gumam Belinda dengan wajah sedih. Dia belum memberitahukan masalah ini pada kedua orang tuanya karena takut mereka akan sangat terpukul.Bruk! Tiba-tiba pintu ditendang hingga terbuka. Kemudian, Luther yang dipenuhi dengan noda darah berjalan tertatih-tatih masuk. Penampilannya saat ini sangat mengenaskan."Senior, aku menemukannya! Obat spiritualnya sudah ditemukan!" seru Luther sambil mengeluarkan sekuntum bunga berwarna hitam yang memancarkan cahaya yang aneh."Ketemu?" Paulo melihatnya dengan saksama, lalu ekspresinya berubah menjadi sangat gembira. "Ini beenar-benar bunga bakung lelabah hitam! Bagus sekali ... bagus sekali!""Senior, kalau ada bun
Entah sudah berapa lama berlalu, saat Luther tersadar kembali, dia menemukan dirinya sedang terbaring di ranjang. Cahaya matahari bersinar menembus jendela, membuat matanya agak sulit dibuka."Luther, kamu akhirnya sudah sadar!" Belinda yang berjaga di samping langsung menghela napas lega."Sudah berapa lama aku tertidur?" tanya Luther secara spontan. Berhubung baru saja bangun, pikirannya masih agak kacau."Kamu sudah tertidur tiga hari tiga malam. Untungnya, Senior Paulo berkata kamu nggak apa-apa. Kalau nggak, aku sudah mau menyiapkan peti mati untukmu," jawab Belinda."Tiga hari? Sudah selama itu?" Setelah tertegun sejenak, Luther tiba-tiba tersadar, "Oh ya! Bagaimana dengan kakakmu? Apa dia sudah bangun?""Kakakku?" Belinda langsung menjadi muram setelah mendengar pertanyaan itu. Dia menunduk, lalu berkata dengan suara tercekat, "Kakakku ... dia sudah meninggal ....""Apa? Meninggal?" Luther langsung tercengang mendengar perkataan tersebut. Wajahnya yang tadinya sudah muram, kini