Beranda / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 99 Mati Rasa Melihatmu Bersamanya, Mas

Share

Bab 99 Mati Rasa Melihatmu Bersamanya, Mas

Penulis: Sherly Monicamey
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-15 16:55:58

Aku tak akan mau mengurusi lagi kehidupan Mas Birendra dan Sanur. Aku ingin menjalani kehidupanku dengan bahagia tanpa diberi beban pikiran yang berat lagipula aku juga fokus pada penyembuhan sakitku dan penyelidikan kembali kasus kecelakaanku.

Aku bersama Mas Wisnu yang dipanggil karena pihak kepolisian memintanya untuk bersaksi atas bukti gantungan kunci tersebut. Di dalam ruangan kantor polisi yang sunyi, aku duduk sambil meremas jemarinya dengan gelisah. Mataku tampak menatap lantai, sementara Mas Wisnu duduk di sampingku bersandar dengan tenang di kursinya. Seorang polisi yang bertugas mencatat semua pernyataan kami menatap keduanya dengan wajah serius.

"Jadi anda memang tidak berada di tempat kejadian perkara saat kecelakaa itu terjadi?" Seorang polisi bertampang dingin menanyai Mas Wisnu sekarang.

"Saya bersedia memberikan keterangan terkait kecelakaan Mahira setahun yang lalu. Saat itu saya berada di luar kota, jadi saya yakin tidak terlibat dalam kejadian tersebut." Mas Wisnu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 100 Ya ... Teruskanlah Kalian Seperti Itu

    Aku berdiri di ruang tamu menatap Mas Birendra yang duduk tenang di kursi favoritnya. Di sampingnya, Sanur berdiri, wajahnya menunduk sedikit. Di tangan, dia menggenggam jari anak kecil berusia lima tahun yang tampak tak mengerti situasi ini."Jadi apa yang ingin kamu bicarakan lagi, Mas?" tanyaku masih menatap Sanur yang tampak canggung."Mahira, mereka akan tinggal di sini." Suara Mas Birendra terdengar tegas. Matanya tak lepas menatapku seolah memberi tahu bahwa keputusannya tidak untuk diperdebatkan.Aku menarik napas panjang, mengalihkan pandangan pada Sanur dan anak perempuan kecil yang digenggamnya. Abisatya anaknya yang selama ini kuasuh sendiri, kini harus berbagi cinta dan perhatian ayahnya dengan anak dari istri lain. Ada rasa marah, kecewa, dan juga perih yang tak bisa kuucapkan."Kenapa harus serumah, Mas? Apa tidak bisa mencari cara lain?" tanyaku pelan, tetapi terdengar penuh penekanan.Sanur yang awalnya diam dan mengangkat wajahnya memandangku dengan tegas."Mahira, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 101 Aku Yang Terlupakan

    Birendra terbangun dengan perasaan tak nyaman. Begitu membuka mata, dia langsung menyadari sesuatu yang berbeda. Sepi sekali tak terdengar suara ocehan Abisatya atau bau masakan."Ke mana semua orang?" tanya Birendra tampak bingung setelah membuka pintu kamar. Sanur dan sang putri masih tertidur. Kamar Mahira tertutup."Sepi sekali," gumamnya mengedarkan pandangan.Dia berjalan ke ruang tamu dengan langkah tergesa, berharap menemukan Mahira dan Abisatya di sana. Namun yang dia temukan hanya secarik kertas di meja. Dengan napas tertahan, Birendra membaca pesan dari Mahira.["Aku pergi berlibur dengan rekan-rekan kerja. Abisatya bersama ayah dan bibi di rumah mereka. Jangan khawatir, dia akan baik-baik saja."]Birendra mengatupkan rahangnya. Matanya menyipit, tanda gelisah dan cemburu. Ia membanting kertas itu ke meja. "Pergi begitu saja...tanpa bilang apa-apa padaku?""Bik Sum ... Maya ..." panggil Birendra mencari kedua pelayan rumah tangganya di halaman belakang."Iya Mas Bi, ada apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 102 Aku Bukan Pembantu Kalian

    Langit sore yang temaram menghiasi langkahku menuju pintu rumah. Aku menghela napas panjang, berusaha meredakan lelah dan kesepian yang terkadang merayap. Saat hendak masuk, sebuah pesan masuk di ponsel membuatku berhenti sejenak."Mas Wisnu? Tumben kirim pesan biasanya menelepon," gumamku mengambil benda pipih ini dari dalam tas.Aku agak kesulitan mengambilnya karena tangan kananku memegang satu kantung kresek hadiah dari rekan kerja yang merayakan ulang tahunku."Selamat ulang tahun, Mahira. Semoga selalu diberi kekuatan. Kami semua sayang padamu." Aku tersenyum tipis saat membaca pesan dari Mas Wisnu.Aku membalas pesannya dengan jempol gemetar, perasaan hangat muncul di dadanya. “Terima kasih, Mas Wisnu. Rasanya terharu, ada yang ingat…” tulisku sebelum melangkah lagi ke dalam rumah.Begitu membuka pintu dan memasuki ruang tamu, aku tertegun. Mas Birendra duduk di sofa dengan ekspresi yang dingin dan tatapan tajam yang menusuk. Aku merasa ada ketegangan dalam sikapnya, bahunya te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 103 Kalau Tidak Mau Diusik, Jangan Mencari Masalah

    Mahira duduk di kantor dengan tatapan kosong, jemarinya mengetuk-ketuk meja sambil berpikir tentang apa yang baru saja dia ketahui. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Sanur terlibat perselingkuhan dengan seseorang yang dia kenal.Dia ingin memberi tahu Birendra, tetapi hati kecilnya mengingatkan bahwa dia tak punya hak lagi. Apalagi dia sudah cukup lelah dengan drama rumah tangganya sendiri. Namun, pikiran itu terus berputar, membuat Mahira merasa semakin hampa."Mereka masih saja berhubungan meski Sanur sudah menikah.""Kalau aku memberitahu Mas Bi, apa dia akan percaya dengan yang aku ucapkan?"Mahira menggelengkan kepala seolah tak bisa membayangkan jika dia akan bicara yang sebenarnya pada Birendra mengingat pria itu terlalu menjaga Sanur dan tak mau ada yang menyakiti."Hei, kamu melamun ya?" Arya tiba-tiba menepuk bahu Mahira, membuatnya terkejut."Aduh dokter Arya, anda mengagetkan saya," kata Mahira menepuk dada-nya."Makanya jangan melamun, Dokter Mahira. Memangnya apa ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 103 Aku Harap Kamu Tahu Batas, Mbak Sanur

    Mahira duduk di meja makan dengan perasaan yang masih tersisa dari kejadian kemarin sore. Luka yang tertoreh oleh sikap suaminya, Birendra, masih terasa segar. Tanpa mempertimbangkan perasaannya, Birendra lebih memilih membela Alya, anak Sanur, yang dengan seenaknya membuka semua kado ulang tahun Mahira.Kini, pagi yang seharusnya penuh ketenangan kembali diisi dengan ketegangan. Birendra duduk di depannya, wajahnya masih diliputi kemarahan yang bahkan Mahira sendiri sudah lelah untuk memahami."Mahira, aku harap kamu tahu batasmu. Sanur sedang hamil dan Alya masih anak-anak. Jangan sampai ada lagi masalah seperti kemarin. Aku tidak mau mereka tersakiti," kata Birendra meletakkan sendok dengan keras di atas meja.Mahira menghela napas, mencoba menenangkan dirinya. Tatapannya dingin, tetapi dia memilih tidak banyak bicara. Dia hanya menunduk dan mengaduk teh di cangkirnya perlahan-lahan, seakan tak peduli."Aku tahu batasanku, Mas. Tapi kadang-kadang, mungkin orang lain yang tidak tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 104 Aku Juga Berhak Bahagia

    "Akhirnya sampai rumah juga!" Aku berseru melepaskan rasa lelah setelah seharian bekerja dan membantu dokter senior di ruang operasi."Malam, Non Mahira," sapa Pak San sopir pribadi Mas Birendra."Malam juga, Pak." Aku membalas sapaannya."Oh ya Pak. Saya ada roti buat dimakan bersama-sama, Pak.""Waduh Non Mahira selalu membuat kami kekenyangan di kalau di malam hari. Jadi gagal diet nih," imbuh pak satpam yang bertubuh gemuk."Tidak apa-apa, Pak."Aku meniru kebiasaan alm mertua yang selalu membawakan kami dan para pekerja di rumah camilan setiap malam. Menurut Ayah Dani sebagai bentuk rasa terima kasih sudah mau bekerja dengan baik."Saya masuk dulu ya, Pak."Iya Non. Cepat makan malam dan beristirahat," ucap Pak San seperti ucapan Ayah Dani padaku dulu.Udara dingin malam ini membuatku menarik mantel lebih rapat. Namun langkahku terhenti saat melihat Sanur berdiri di depan pintu masuk, melipat tangan di dadanya dengan ekspresi tegang."Kita perlu bicara, Mahira," kata Sanur dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 104 Mahira Terusir Karena Sanur

    Sanur berdiri dengan ekspresi kesal sambil mengetukkan jarinya di meja dapur, menunggu susu hamilnya. Maya terburu-buru datang dengan nampan berisi segelas susu yang baru saja dibuatnya."Lama sekali! Kamu ingin aku dan bayiku mati kehausan, ya?" Sanur mengomel dengan melipat tangan dan menatap tajam."Ini apa? Aku kan minta yang cokelat bukan yang putih!""Sana buatkan lagi!"Maya menunduk, menahan kesal yang sudah lama dia pendam. Dia melangkah cepat ke dapur lagi dan membuat susu yang dipinta Sanur. Tak ada yang bisa melawan perkataan Sanur saat ini.“Lama sekali kamu membuatnya, Maya!” Sanur menjerit. Dengan gerakan cepat, dia mengayunkan tangan, memukul kening Maya hingga perempuan itu tersentak mundur.“Maaf, Mbak ...” suara Maya bergetar, menahan air mata."Panggil saya Nyonya, bukan Mbak!" Matanya menyalang menatap Maya.Mahira baru saja pulang dari rumah sakit dengan lelah yang tampak di wajahnya. Begitu melangkah masuk, dia langsung menyaksikan kejadian itu. Mata Mahira mele

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 105 Keputusan Yang Tepat Pilihan Mahira

    "Ingat Mahira. Jika terjadi sesuatu segera hubungi aku.""Iya Dok. Terima kasih," jawab Mahira sesampainya di depan pintu apartemen."Tadi kebetulan aku beli makan malam, tolong terimalah dan isi perutmu. Aku bisa membelinya lagi nanti," kata Arya tahu jika Mahira belum makan malam dengan melihat penampilannya."Sekarang beristirahatlah. Aku pulang dulu," pamitnya tak ingin menganggu Mahira bersama Abisatya."Sekali lagi terima kasih, Dok," sahut Mahira tersenyum simpul akan kebaikan Arya."Masuklah. Jangan biarkan Abisatya terlalu lama di luar," ujar Arya berlalu dari hadapan Mahira.Mahira menggenggam kunci apartemennya erat sambil berusaha menenangkan diri. Setelah perjalanan panjang dan emosional, dia akhirnya sampai di depan pintu apartemen yang terasa seperti satu-satunya tempat aman. Dengan Abisatya yang tertidur dalam pelukannya, Mahira menarik napas panjang dan mencoba memasukkan kunci ke dalam lubang.“Mahira?”Sebuah suara familiar terdengar dari samping. Mahira mendongak d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24

Bab terbaru

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 111 Sanur Dan Wisnu

    Di gedung rumah susun yang tak tampak mewah dengan penerangan minim dan spanduk bertuliskan 'Akan Dirobohkan' terpampang di setiap dinding gedung tersebut. Di sana ada dua wanita sedang bercakap-cakap serius seolah tak ingin ada yang tahu keberadaan mereka.Fatma dengan sorot mata tajam dan gerakan penuh percaya diri, duduk berhadapan dengan seorang wanita muda. Keduanya tampak puas. Di depan mereka ada dua cangkir kopi yang hampir habis, sementara tumpukan kertas tua tersebar di meja kayu."Polisi akhirnya menutup kasus itu, Yun. Tidak ada yang menyangka kecelakaan itu bukan murni kebetulan."Dia mengetukkan jari-jarinya ke meja dan wajahnya bercahaya dengan kemenangan. Fatma menyilangkan tangan di dada.senyum tipis menghiasi bibirnya.Ayunita duduk di seberang Fatma dengan tersenyum gugup sambil melirik ke sekeliling ruangan. Tempat yang selalu menjadi pertemuan mereka jika sedang membahas sesuatu."Aku masih tak percaya kita bisa melewati ini tanpa dicurigai. Sarayu ... benar-benar

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 110 Mas Birendra Tak Mau Bercerai

    Aku terbangun dengan sakit kepala menusuk. Rasanya seperti ada palu kecil yang mengetuk bagian belakang kepalaku berulang kali. Kuusap pelipisku demi mencoba meringankan rasa nyeri. Di sampingku, tempat tidur yang biasanya dipenuhi gerakan kecil Abisatya kini kosong. Rasa cemas tiba-tiba menjalari dadaku."Abi?" panggilku, setengah berbisik. Tidak ada jawaban."Tak mungkin dia berjalan sendiri," kataku dengan cemas.Aku bangkit dan langkahku berderap cepat menuju pintu kamar. Saat kubuka pintu, aroma masakan yang tak asing langsung menyambutku. Aku membeku di ambang pintu ruang makan. Di sana ada Mas Birendra berdiri di dapur, dia mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku. Dia tampak sibuk menuangkan sesuatu ke dalam mangkuk.Aku mengerutkan kening. Bagaimana dia bisa masuk? Aku yakin pintu apartemenku terkunci tadi malam."Selamat pagi," ucapnya ringan. Dia menoleh dengan wajahnya yang dihiasi senyuman kecil seolah tak ada yang salah.“Apa yang kamu lakukan di sini, Mas?” tan

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 109 Kebohongan Sanur

    Aku duduk di meja kafe dengan jari-jariku yanb mengetuk pelan permukaan kayu. Aku tahu ini bukan urusanku, tapi kebohongan itu terlalu besar untuk diabaikan sejak aku tahu kebohongan Sanur. Seharusnya aku tidak peduli, tapi ketika menyangkut Mas Birendra, aku selalu terjebak di antara prinsip dan perasaan.Siang ini aku sengaja memanggil Sanur untuk bertemu dan mengajak bicara agar dia jujur walau besar kemungkinan suaraku tak akan dia indahkan, tetapi aku tetap mencobanya.Aku melihat Sanur masuk dan matanya langsung tertuju padaku. Senyumnya canggung, tangannya menggenggam perutnya seolah menunjukkan jika dia yang berhak menjadi istri Mas Birendra."Halo Mahira, ada apa kamu menghubungiku?""Meminta bantuanku agar kamu bisa kembali ke rumah?" Sanur berkata sok baik di hadapanku."Tidak, Mbak Sanur. Aku juga tak berniat kembali ke sana," ucapku dengan santai."Lalu apa yang kamu ingin bicarakan denganku?" tanyanya kembali dengan bersidekap."Bagaimana dengan kehamilan, Mbak Sanur?" A

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 108 Kehamilan Sanur

    Sesuai yang Wisnu katakan pada Mahira, Wisnu menemui sang kakak di kantornya. Dia ingin meminta penjelasan mengenai hubungan Birendra dan Mahira."Apa kamu ke sini untuk membicarakan Mahira?"Wisnu duduk di sofa, jari-jarinya mengetuk sandaran lengan kursi dengan ritme gelisah. Matanya menatap tajam ke arah Birendra yang berdiri di dekat jendela, memegang segelas minuman yang isinya nyaris tak tersentuh."Jadi ... kamu benar-benar mengusir Mahira, Mas? Tega sekali kamu ya," ujar Wisnu dengan gaya bicara yang terkesan dingin."Kamu membuat dia berjalan di malam hari bersama Abisatya. Hati nuranimu sudah mati rupanya," tambah Wisnu yang kesal pada Birendra."Dia hampir menampar Sanur hanya demi membela Maya." Birendra menjawab dengan menghela napas panjang."Mahira menampar Sanur?" Ada rasa tak percaya yang diperlihatkan Wisnu."Iya aku melihatnya sendiri. Dia hampir menampar Sanur jika aku tak datang tepat waktu.""Tak mungkin Mahira melakukannya, Mas. Dia tak suka mencari keributan de

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 107 Keputusan Mahira Menghancurkan Hati Birendra

    Mahira duduk di kursi pemeriksaan dengan punggung tegak. Tatapannya kosong, hanya sesekali ia melirik luka lecet di telapak tangannya yang perih. Arya dengan wajah tenang dan gerakan terlatih, membersihkan luka di tangannya dengan kapas beralkohol."Kok bisanya kamu jatuh seperti ini, Dok?" tanya Arya terheran-heran melihat Mahira datang bekerja dalam keadaan lecet."Ibu Fatma mendorongku hingga semua belanjaanku jatuh ke aspal. Dia bilang ke satpam nggak sengaja." Untuk pertama kalinya Mahira menggerutu di hadapan Arya.Tidak ada rasa malu meski dirinya kini di ruang gawat darurat akibat insiden memalukan di halaman parkir supermarket. Dia ingat dengan jelas tatapan penuh amarah Fatma saat tubuhnya terdorong jatuh ke tanah."Karena apa wanita tua itu mendorongmu?" Arya penasaran akan cerita sebenarnya."Dia menyindir dan mengejekku duluan, Dok. Aku membalas perkataannya, tapi jadinya aku mengalami hal ini," omel Mahira merasa kesal sekali."Kok dokter bisa tertawa sih? Memangnya lu

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 106 Mantap Bercerai

    Sanur merasa nyaman dengan kehidupannya sekarang. Dia bersyukur pada Fatma yang membawanya ke sini hanya untuk menikahi suami dari adiknya sendiri meski pada akhirnya Fatma memeras dan menginginkan lebih.Namun Sanur tak mau dikendalikan oleh Fatma, dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan tersebut dan ingin menguasai harta Birendra."Akhirnya, semua ini adalah milikku. Tidak ada yang bisa merebutnya dariku lagi.""Aku tak mau berbagi apapun kepada Mahira."Sanur berdiri di tengah ruang tamu yang luas, mengenakan gaun elegan yang menonjolkan status barunya. Wajahnya berseri-seri, senyuman lebar penuh kemenangan menghiasi bibirnya.Matanya berkilat dengan rasa puas saat menyapu pandangan ke sekeliling rumah yang kini sepenuhnya menjadi miliknya. Dia menyentuh meja marmer di dekatnya dengan jemari yang gemulai seolah ingin memastikan bahwa semua ini nyata."Ternyata menjadi kaya itu menyenangkan. Pantas saja bibi Fatma menginginkan kekayaan keluarga ini," ucapnya dalam hati."Aku ingin

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 105 Keputusan Yang Tepat Pilihan Mahira

    "Ingat Mahira. Jika terjadi sesuatu segera hubungi aku.""Iya Dok. Terima kasih," jawab Mahira sesampainya di depan pintu apartemen."Tadi kebetulan aku beli makan malam, tolong terimalah dan isi perutmu. Aku bisa membelinya lagi nanti," kata Arya tahu jika Mahira belum makan malam dengan melihat penampilannya."Sekarang beristirahatlah. Aku pulang dulu," pamitnya tak ingin menganggu Mahira bersama Abisatya."Sekali lagi terima kasih, Dok," sahut Mahira tersenyum simpul akan kebaikan Arya."Masuklah. Jangan biarkan Abisatya terlalu lama di luar," ujar Arya berlalu dari hadapan Mahira.Mahira menggenggam kunci apartemennya erat sambil berusaha menenangkan diri. Setelah perjalanan panjang dan emosional, dia akhirnya sampai di depan pintu apartemen yang terasa seperti satu-satunya tempat aman. Dengan Abisatya yang tertidur dalam pelukannya, Mahira menarik napas panjang dan mencoba memasukkan kunci ke dalam lubang.“Mahira?”Sebuah suara familiar terdengar dari samping. Mahira mendongak d

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 104 Mahira Terusir Karena Sanur

    Sanur berdiri dengan ekspresi kesal sambil mengetukkan jarinya di meja dapur, menunggu susu hamilnya. Maya terburu-buru datang dengan nampan berisi segelas susu yang baru saja dibuatnya."Lama sekali! Kamu ingin aku dan bayiku mati kehausan, ya?" Sanur mengomel dengan melipat tangan dan menatap tajam."Ini apa? Aku kan minta yang cokelat bukan yang putih!""Sana buatkan lagi!"Maya menunduk, menahan kesal yang sudah lama dia pendam. Dia melangkah cepat ke dapur lagi dan membuat susu yang dipinta Sanur. Tak ada yang bisa melawan perkataan Sanur saat ini.“Lama sekali kamu membuatnya, Maya!” Sanur menjerit. Dengan gerakan cepat, dia mengayunkan tangan, memukul kening Maya hingga perempuan itu tersentak mundur.“Maaf, Mbak ...” suara Maya bergetar, menahan air mata."Panggil saya Nyonya, bukan Mbak!" Matanya menyalang menatap Maya.Mahira baru saja pulang dari rumah sakit dengan lelah yang tampak di wajahnya. Begitu melangkah masuk, dia langsung menyaksikan kejadian itu. Mata Mahira mele

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 104 Aku Juga Berhak Bahagia

    "Akhirnya sampai rumah juga!" Aku berseru melepaskan rasa lelah setelah seharian bekerja dan membantu dokter senior di ruang operasi."Malam, Non Mahira," sapa Pak San sopir pribadi Mas Birendra."Malam juga, Pak." Aku membalas sapaannya."Oh ya Pak. Saya ada roti buat dimakan bersama-sama, Pak.""Waduh Non Mahira selalu membuat kami kekenyangan di kalau di malam hari. Jadi gagal diet nih," imbuh pak satpam yang bertubuh gemuk."Tidak apa-apa, Pak."Aku meniru kebiasaan alm mertua yang selalu membawakan kami dan para pekerja di rumah camilan setiap malam. Menurut Ayah Dani sebagai bentuk rasa terima kasih sudah mau bekerja dengan baik."Saya masuk dulu ya, Pak."Iya Non. Cepat makan malam dan beristirahat," ucap Pak San seperti ucapan Ayah Dani padaku dulu.Udara dingin malam ini membuatku menarik mantel lebih rapat. Namun langkahku terhenti saat melihat Sanur berdiri di depan pintu masuk, melipat tangan di dadanya dengan ekspresi tegang."Kita perlu bicara, Mahira," kata Sanur dengan

DMCA.com Protection Status