Home / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 77 Antara Mahira Dan Sanur

Share

Bab 77 Antara Mahira Dan Sanur

last update Last Updated: 2024-10-20 12:55:55

Mahira terbaring lemah di sofa dengan selimut menutupi tubuhnya. Wajahnya pucat saat ada suara mobil berhenti tepat di depan rumah. Mahira mengernyitkan dahi, merasakan kebingungan karena tak tahu siapa yang datang.

"Siapa yang datang sesore ini?" Birendra yang tengah mengerjakan laporan kantor merasa terganggu dengan kedatangan tamu.

"Mungkin temanmu, Mas," sahut Mahira masih dalam posisi duduk.

Maya menghampiri tamu di depan, Mahira mendengar suara yang dikenalnya. Maya mempersilakan dua tamu itu masuk dan segera menuju dapur. Mata Mahira berbinar saat melihat kedatangan mereka.

"Dokter Agustin ... Dokter Arya?"

"Ayo masuk sini," kata Mahira dengan senang atas kunjungan dua rekan kerjanya.

"Hmm ... kita tidak menganggumu waktu, kan?" tanya Agustin merasa tak nyaman saat Birendra memalingkan wajah sesaat.

"Oh tentu tidak. Aku senang kalian datang," jawab Mahira berusaha berdiri.

Arya segera mendekat, mengulurkan tangan untuk membantu Mahira duduk lebih nyaman. Senyumnya lembut, namu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 78 Bukan Aku Pelakunya, Mas

    "Mau ke mana kamu sepagi ini?" Dengan tatapan penuh curiga Fatma bertanya pada Sanur yang terburu-buru."Aku mau ke rumah sakit. Alya demam lagi," sahut Sanur mengambil kunci sepeda motor."Punya anak kok penyakitan sih, San. Nggak ada sehat-sehatnya yang ada malah buang uang. Ya untung saja bukan uangku yang kamu pakai.""Apa maksud bibi? Bukankah bibi yang merencanakan ini?" Ada rasa kesal pada diri Sanur mendengar ocehan pagi Sanur."Makanya kamu harus berterima kasih padaku. Kalau bukan aku yang memberimu saran mendekati Birendra. Kamu tak bisa membawa putrimu ke sini."Sanur menghela napas, "Maaf aku harus pergi. Dan aku mohon jangan lagi mengungkit-ungkit perjanjian kita."Sanur menatap ponselnya dengan gelisah. Sudah pukul 6 pagi, dan pesan dari rumah sakit masuk. Anaknya, Alya yang sedang dirawat karena demam tinggi, butuh perhatian lebih. Jantung Sanur berdetak cepat. Dia segera mengambil tas kecil dan memasukkannya ke dalam jok motor. Tangannya bergetar saat mengancingkan he

    Last Updated : 2024-10-21
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 79 Sanur Mulai Bertingkah

    Ketenangan Mahira pagi ini sebelum berangkat kerja terganggu dengan kehadiran seseorang yang tak dia inginkan kehadirannya. Fatma dengan seenaknya masuk tanpa ijin dari tuan rumah. Mahira hanya bisa menghela napas."Kita harus bicara, Mahira." Fatma masuk tanpa menunggu diundang, melirik sekeliling dengan tidak sabar.Mahira mengangkat alis, tidak suka dengan kedatangan Fatma yang terkesan tidak ada sopan santunnya. Mahira membiarkan Fatma masuk lalu menutup pintu dan berjalan perlahan ke sofa."Apa yang membawa ibu Fatma ke sini?" Mahira bertanya sambil menatap lurus ke Fatma."Kamu tahu kenapa aku di sini. Sanur seharusnya menjadi istri Birendra. Kamu sudah cukup menikmati waktumu. Sekarang saatnya kamu mengalah." Fatma duduk dengan sikap menguasai, kedua tangannya dilipat di pangkuan dan tubuhnya sedikit condong ke depan.Mahira tersenyum tipis, meski ada ketegangan di dalam hatinya, dia tetap berdiri dengan postur tegap dan siap menghadapi ocehan Fatma yang tak ada gunanya bagi Ma

    Last Updated : 2024-10-22
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 80 Sanur Di Rumah Birendra

    Aroma cemara memenuhi ruang kamar inap VVIP yang ditempati Alya anak Sanur. Kamar yang dipenuhi suasana sunyi, hanya suara mesin-mesin medis yang mengiringi deru napas anak Sanur yang terbaring lemah di ranjang. Sanur duduk di kursi di sebelah ranjang, matanya berkaca-kaca memandangi wajah pucat sang anak."Maafkan ibu, sayang. Ibu akan melakukan apa saja agar kamu sembuh. Bahkan jika itu artinya harus mendekati pria itu, orang yang seharusnya tak pernah ada dalam hidup kita." Sanur berucap dalam hati, sambil memegang tangan anaknya yang lemah dan wajahnya penuh beban.Sanur menunduk dengan jemarinya menyentuh lembut rambut anaknya, dia menarik napas panjang berusaha menenangkan diri."Kamu adalah segalanya untuk ibu. Ibu harus kuat, harus bisa melakukan ini. Paman Birendra bisa bantu kita, dia punya semua yang kita butuhkan." Sanur berbicara perlahan, hampir seperti membisik."Untuk kali ini tak akan ibu biarkan orang lain ikut campur dalam hidup kita, Nak."Sanur mengangkat wajahnya

    Last Updated : 2024-10-24
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 81 Birendra Hendak Menikahi Sanur

    Restoran kecil di pinggir kota, tenang dan sepi. Di luar hujan rintik-rintik membasahi jalanan. Sementara itu di dalam restoran ada Rahmat dan Mahira duduk di meja dekat jendela ditemani secangkir teh hangat dan sepiring makanan yang belum tersentuh.Rahmat duduk diam, menatap putrinya yang duduk di seberangnya. Mahira tampak linglung, menundukkan kepala dan mengaduk-aduk nasi di piringnya tanpa selera. Matanya sembap, jelas terlihat bekas air mata yang dia sembunyikan di balik senyum paksanya."Makanlah meski sedikit," kata Rahmat pelan.Rahmat sudah tahu jika Sanur selingkuhan Birendra berada di satu rumah bersama Mahira sang putri. Tadi siang dia begitu terkejut mendapati Sanur ada di sana dengan pakaian mini."Hira masih kenyang, Yah," jawab Mahira pelan.Rahmat menarik napas dalam-dalam berusaha mencari kata yang tepat. Dia tahu sebagai ayah, kata-kata yang salah hanya akan memperparah luka yang sudah dalam."Mahira, Ayah tahu hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan kita. Kada

    Last Updated : 2024-10-25
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 82 Ijinkan Aku Menikah Lagi

    Setelah pulang dari bertemu dengan sang ayah. Mahira mendapat pesan dari Birendra agar menyuruhnya pulang dengan cepat karena ada yang akan dibicarakan. Mahira tahu tak ada lagi masalah Sanur.Kini Mahira telah duduk di sofa dengan punggung tegak, tangannya melipat di pangkuan. Wajahnya tenang, tetapi ada bayangan kekhawatiran di matanya. Birendra berdiri tak jauh darinya, mondar-mandir beberapa kali sebelum akhirnya berhenti di hadapannya. Ada ketegangan yang tak terucapkan di udara."Duduklah, Mas. Jangan mondar-mandir terus," titah Mahira merasa pusing dengan tingkah Birendra.Birendra berhenti sejenak di depan Mahira. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian duduk di ujung sofa, memegang tangan Mahira yang dingin. Dia menunduk, menghindari kontak mata.“Mahira, aku harus bicara denganmu. Ini tidak mudah, tapi sudah lama kurenungkan sejak lama. Aku ingin kamu tahu, ini bukan tentang kamu. Ini tentang perasaanku yang sekarang berbeda," ujar Birendra dengan nada suara bergetar dan men

    Last Updated : 2024-10-26
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 83 Rencana Pernikahan Ketiga Birendra

    Hari ini Sanur pulang ke rumah Fatma hanya mengambil pakaian dirinya dan sang putri, karena mereka akan tinggal di sana mulai kemarin. Meski Birendra menyuruhnya membeli pakaian, tetapi enggan membeli.Di dalam kamar cahaya matahari sore masuk samar melalui jendela yang tertutup sebagian. Sanur duduk di tepi ranjang, memegang teleponnya dengan wajah yang tampak letih setelah seharian berada di rumah sakit."Berita ini lagi," keluhnya saat sedang membaca berita.Saat Sanur membuka artikel di layar ponselnya ada berita mengenai pernikahan dirinya dengan Birendra. Di artikel itu, terselip foto dirinya dengan senyuman yang tampak bahagia dan penuh cinta. Namun seketika wajahnya berubah matanya menjadi sayu, bibirnya mengecil, dan napasnya terdengar lebih berat."Aku harusnya bahagia, bukan? Semua orang pasti berpikir begitu. Tapi, apa artinya semua ini jika aku kehilangan diriku sendiri?" Sanur berbicara pada diri sendiri sambil mendesah pelan."Bukankah ini yang aku inginkan? Namun ....

    Last Updated : 2024-10-27
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 84 Pernikahan Birendra

    Malam ini Mahira ingin mengajak Birendra bicara mengenai pernikahan ketiga kalinya Birendra bersama Sanur. Bukan karena cemburu atau iri hati karena adanya jamuan pesta melainkan pemberitaan di berbagai media mengenai citra buruk Birendra.Mobil Birendra terparkir di depan tanpa menyambut, Mahira membiarkan pintu terbuka lebar.Suara langkah kaki Birendra terdengar mendekat ke ruang tamu. Mahira duduk dengan tangan mengepal di pangkuannya mencoba menenangkan detak jantung yang tak beraturan. Birendra masuk sembari meletakkan tas kerja dan langsung duduk di seberangnya."Mas Birendra, aku ingin bicara sedikit tentang rencana pernikahanmu." Mahira langsung pada inti masalahnya."Apa lagi, Mahira? Bukankah kita sudah membicarakannya?"Birendra menjawab seraya menghela napas singkat, bersandar di sofa dengan wajah netral."Aku tahu, tapi tidak bisakah Mas membuatnya lebih tenang? Tanpa pemberitaan besar-besaran?" tanya Mahira berusaha tetap tenang, pandangannya terangkat perlahan.Birendr

    Last Updated : 2024-10-28
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 85 Aku Tak Akan Menangisi Pernikahanmu, Mas

    Di ruang makan Birendra dan Sanur duduk berhadapan terlibat percakapan penuh senyum samar. Sesekali Birendra meraih tangan Sanur lalu menatapnya dengan penuh kehangatan. Sanur tersenyum, menganggukkan kepala dengan sorot mata seolah ingin menegaskan posisinya yang kini lebih diutamakan.Di tengah kemesraan pasangan itu Mahira masuk ke ruang makan dengan langkah tenang. Wajahnya datar tanpa ekspresi, tetapi ada kilatan dingin di matanya. Dengan bibir terkatup rapat, Mahira berjalan ke kursi di sebelah Abisatya yang duduk di kursi bayi. Dia mengangkat anaknya perlahan, membelai rambut halusnya lalu menatap anaknya penuh kasih."Jika kau lelah aku bisa menjaga Abisatya. Bukankah sekarang Abisatya sudah menjadi anakku juga," kata Sanur sambil melirik Mahira dengan sinis, senyum mengejek tersirat di bibirnya."Sepertinya tidak perlu, Mbak Sanur. Silakan anda mengurus putri anda sendiri dan aku mengurus anakku sendiri," sahut Mahira tanpa menoleh, dia memilih duduk menyamping menghadap Abis

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 171 Perpisahan Yang Bahagia

    "Takdir itu tak bisa diubah dan akan menghampiri setiap insan manusia.""Ini sudah takdir ayahmu. Jangan merasa bersalah.""Allah menempatkan ayahmu di sisi-Nya."Kerabat ayah dan teman-teman sesama TKI datang ke pemakaman ayah. Mereka menguatkan aku di hari yang paling menyedihkan. Andai mereka tahu, aku tak bisa kuat seperti yang mereka katakan.Saat kabar itu datang—bahwa Ayahku dan Ayah Dani meninggal bersamaan dalam kecelakaan itu, rasanya seperti seseorang mencabut seluruh napas dari paru-paruku. Dan seakan belum cukup, Ibu Tari... koma. Antara hidup dan mati layaknya menggantungkan harapan kami di benang yang nyaris putus.Aku mengunci diri di kamar. Dua hari. Dua malam. Aku tidak bicara. Tidak makan. Bahkan air mataku pun seakan berhenti mengalir. Yang tersisa hanya kebisuan dan rasa marah—pada dunia, pada semesta dan juga pada takdir."Kenapa Ayah harus semobil dengan mereka?""Sebenarnya Ayah mau ke mana?"Aku tak menyangka jika ayah semobil dengan kedua orang tua Mas Birend

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 170 Inilah Takdir Yang Harus Aku Terima

    ["Mahira, kamu bisa ke rumah sore ini? Ada yang mau aku bicarakan denganmu."]"Rumah ayah Dani atau ke rumahnya Mas di jalan Cempaka?"["Datanglah ke jalan Cempaka."]Pagi ini aku mendapat notif pesan dari Mas Birendra. Dia menyuruhku untuk datang ke rumahnya. Katanya ada yang sesuatu yang hendak dia bicarakan. Aku langsung membalas pesannya dan mengiyakan permintaannya.Setelah menyelesaikan tugasku, aku segera melangkah pergi menemui Mas Birendra di rumahnya. Aku mengambil kunci mobil. Sudah dua bulan ini aku belajar lagi menyetir setelah pernah mengalami trauma."Selamat sore, Mbak Hira. Lama tidak ke sini.""Senang bisa melihat Mbak Hira lagi."Sesampainya di depan pintu gerbang rumah Mas Birendra, aku disambut hangat para pekerja di sini. Dulu sebelum Mas Birendra menikah dengan Sarayu, aku sering ke sini bersama ibu Tari hanya untuk beberes dan menyetok makanan, karena tempat kerja Mas Birendra lebih dekat daripada di rumah utama."Ah iya Pak. Hira juga kangen sama kalian," sapa

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 169 Takdir Yang Berbeda

    Aku berdiri di depan lift dengan jantung berdegup kencang. Wanita itu tersenyum, tetapi bukan ditujukan padaku melainkan pada dua sosok di belakangku. Aku menoleh dan melihat seorang pria bersama gadis remaja.Dia dengan langkah anggun. Tubuh ini menegang karena orang yang aku kenal ada di hadapanku sekarang. Ibu Fatma mengangkat tangan, melambai dengan semangat pada dua sosok yang juga membalas lambaian tangannya."Ibu Fatma!" seruku disertai langkah maju dengan penuh harap.Wanita itu berhenti dan alisnya berkerut. Tatapannya kosong seolah aku hanyalah orang asing di matanya dan menatapku dengan penuh kebingungan."Maaf, apakah kita saling mengenal?" tanyanya dengan suara tenang, tapi ada kehati-hatian di matanya.Dadaku seketika terasa sesak. Aku mengerjap dan mencari jawaban di wajahnya lalu berharap ada secercah pengakuan. Namun tidak ada dan ku tersenyum kaku, berharap dia sedang bercanda."Ibu tidak ingat aku?" suaraku terdengar ragu.Wanita itu menghela napas, menggigit bibirn

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 168 Apa Yang Terjadi Di Tahun Ini

    Aku melangkah masuk ke ruang lobi rumah sakit dengan sedikit rasa gugup. Saat kakiku berjalan lebih jauh, aku merasa ada sesuatu yang aneh. Dua kali aku dihidupkan kembali oleh semesta.Semua yang ada di gedung rumah sakit ini terlihat sama. Tak ada perubahan sama sekali. Aku menghela napas sembari terus berjalan menuju ruang UGD, tempat aku akan bertugas.Mataku menyapu ruangan yang penuh dengan staf dan dokter. Beberapa dari mereka tersenyum ramah, sementara yang lain sibuk dengan tugas masing-masing. Dua perawat senior mendekat, wajahnya lembut, menyodorkan tangan untuk berjabat. Aku kenal dengan mereka."Selamat datang di rumah sakit ini, Dokter Mahira.""Senang rasanya bisa berkenalan dengan anak dokter Dani.""Terima kasih Sus Mariani dan Sus Siska," sahutku seraya berjabat tangan dan mengetahui nama mereka dari name tag.Satu per satu staf memperkenalkan diri. Beberapa bersalaman dengan tatapan penasaran, mungkin mendengar kabar tentang aku dan pemilik rumah sakit ini. Namun ti

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 167 Mesin Waktu

    Aku menggeliat di atas kasur dan tubuhku masih enggan untuk bangun. Matahari pagi menerobos melalui celah jendela hingga menyilaukan pandanganku yang masih setengah terpejam. Saat aku hendak menarik selimut kembali ada suara ketukan dari luar kamar terdengar, diiringi panggilan namaku."Mahira, ayo bangun Nak." Terdengar suara dari luar pintu, memanggilku dengan nada tegas. Aku tak memerhatikan siapa yang berada di luar pintu kamarku.“Iya... sebentar lagi.” Aku mendesah pelan dan menjawab dengan suara serak.Namun suara dari luar kembali terdengar, kali ini dengan nada yang lebih mendesak seperti ada sesuatu yang serius karena aku mendengar namaku dipanggil lagi."Mahira ... kamu baik-baik saja, bukan?""Bangunlah ... kita ditunggu ayah Dani dan ibu Tari di rumahnya."Mataku terbuka lebar. Jantungku berdegup lebih cepat. Ada sesuatu dalam nada suara itu yang membuatku terkejut. Aku bangkit dengan enggan lalu menyibak selimut dan turun dari tempat tidur. Begitu aku membuka pintu kamar

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 166 Selamat Jalan Mahira

    "Biar Abisatya bersama kami, Pak. Bapak ke ruang rawat dokter Mahira saja."Setelah mendapat telepon dari Agustin dan menitipkan Abisatya bersama dokter anak yang dikenalnya Birendra segera berlari menembus koridor rumah sakit yang panjang dan sunyi. Nafasnya tersengal disertai wajahnya dipenuhi kegelisahan. Sesekali dia menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangan."Aku mohon Mahira, bertahanlah."Pandangannya lurus ke depan dan penuh tekad. Sesampainya di depan ruangan rawat inap, Birendra berhenti sejenak, menunduk dan menahan napas mencoba menenangkan degup jantungnya yang tak terkendali.Begitu Birendra membuka pintu, dia melihat Mahira dikelilingi para dokter yang sibuk dengan wajah mereka dipenuhi ketegangan. Di balik tirai yang setengah terbuka, tubuh Mahira terlihat lemah dan tak berdaya. Matanya terpejam dan wajahnya pucat, sementara mesin-mesin medis di sekelilingnya berdengung cepat. Birendra mengepalkan kedua tangannya berusaha menahan diri agar tidak panik."Berik

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 165 Bertahanlah, Mahira

    "Sebentar lagi kita akan sampai menemui ibu, Nak.""Ayah berharap ibumu segera sadar."Birendra memegang erat tubuh kecil Abisatya yang sedang tertidur dalam gendongannya. Balita berusia dua tahun itu tampak damai, wajahnya bersandar di dada Birendra. Setiap harinya Birendra membawa Abisatya ke rumah sakit untuk mengunjungi Mahira. Harapan akan keajaiban tidak pernah surut dari hati Birendra, meski waktu terus berlalu dan kondisi Mahira tak juga menunjukkan perubahan."Selamat pagi, Pak Birendra," sapa satpam melihat Birendra berjalan menuju lobby."Selamat pagi juga, Pak," balas Birendra menyunggingkan senyum.Sejak Mahira dinyatakan koma, mau tak mau Birendra mengambil alih urusan rumah sakit dibantu oleh sahabat ayahnya sementara pekerjaan yang dibangunnya sendiri ditangani oleh Rudi.Setiap hari Birendra mengambil alih tugas Mahira sebagai direktur pelaksana rumah sakit dan mengerjakan semuanya di ruang rawat inap hingga rumah sakit menjadi rumah kedua bagi Birendra."Pak Hasan ti

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 164 Memilih Jalan Yang Tepat

    "Selamat pagi dunia.""Terima kasih untuk berkat-Mu hari ini, Allah."Cahaya pagi menyelinap masuk melalui jendela rumah sakit, menerangi lorong-lorong yang mulai sibuk dengan aktivitas para dokter dan perawat. Di antara mereka, seorang pria dengan jas dokter yang baru saja dikenakan kembali setelah sekian lama berjalan dengan langkah penuh harapan sembari bergumam sendiri.Wajahnya masih sedikit pucat, tetapi terlihat di matanya berbinar. Dia menarik napas dalam-dalam seolah ingin meresapi udara rumah sakit yang begitu familiar, tempat yang pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya sebelum semuanya berubah."Dokter Arya, senang berjumpa dengan anda lagi," kata seorang perawat yang kebetulan berpapasan dengannya."Saya juga senang berjumpa dengan kalian lagi," balas Arya seraya tersenyum."Selamat bertugas kembali, Dok," ucap salah satu perawat wanita."Terima kasih suster Wina."Arya melanjutkan kembali langkah kakinya menuju ruang berkumpulnya para dokter sebelum bertugas di pagi i

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 163 Kapan Kamu Bangun, Mahira?

    "Ayo Mahira ....""Kamu pasti bisa melewati ini semuanya. Berjuanglah."Di ruang operasi yang dipenuhi suara mesin pemantau detak jantung dan alat-alat medis, Dokter Gatot berkeringat di balik masker bedahnya. Tangannya yang bersarung tangan lateks bergerak cepat, berusaha menghentikan pendarahan hebat di otak Mahira. Para perawat dan petugas anestesi bekerja dengan cekatan, saling bertukar pandang setiap kali tekanan darah pasien turun drastis.“Tekanan darahnya anjlok lagi, Dok!” seru seorang perawat, suaranya tegang.Dokter Gatot mengatupkan rahangnya dengan napasnya yang tertahan. “Tambahkan satu ampul epinefrin. Kita harus stabilkan dia dulu.”"Baik, Dok."Jarum jam terus berdetak, tapi keadaan Mahira tak juga membaik. Sudah tiga jam lamanya Dokter Gatot yang menggantikan Arya mengoperasi Mahira, keadaan di ruang operasi sungguh mendebarkan."Dokter Mahira, jangan menyerah. Anda harus berjuang demi dokter Arya!" seru perawat Raka mendampingi dokter Gatot.Para dokter dan perawat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status