Ceklek!Setelah Tuan Federick membuka pintu kamar Dean, dia dan istrinya langsung melihat ke arah dua orang yang sedang berbaring di ranjang. Ketika melihat pemandangan di depannya, terukir senyuman lebar di bibir Tuan Federick dan Nyonya Sheema. Keduanya nampaknya tersenyim malu ketika melihat Dean dan Lucia sedang tertidur di ranjang. Padahal, posisi keduanya tidak terlihat intim, keduanya hanya tidur saling berhadapan dengan selimut yang menutupi tubuh keduanya.“Dean … Lucia, bangun,” panggil Tuan Fedrick.Karena keduanya masih tertidur pulas, Tuan Federick kembali membangungkan mereka dengan memanggil dengan lebih keras lagi.Detik selanjutnya, kedua orang itu pun mulai membuka mata bersamaan, setelah itu saling menatap sebelum akhirnya mereka menoleh ketika mendengar suara orang berdeham dari arah pintu.“Kakek! … Nenek!” seru keduanya secara bersamaan saat melihat Tuan Federick dan Nyonya Sheema sedang berdiri di depan ranjang. Keduanya pun refleks bangun dari tidurnya. Lucia
“Aku memang ingin mendapatkanmu lagi, tapi bukan dengan cara seperti ini.”Lucia kembali teringat kata-kata Dean yang semalam saat pria itu hampir saja menyentuhnya. Ya, selain tahap terakhir, semua sudah dilakukan oleh Dean. Bahkan pria itu meninggakan banyak jejak kemerahan di beberapa bagian tubuh Lucia, termasuk di leher yang mudah sekali dilihat oleh orang lain. Keduanya pun sudah hampir polos, yang tersisa hanya kain terakhir yang menutup daerah sensitif keduanya.Lucia sempat berpikir kalau Dean pasti akan menyentuhnya semalam, tapi dia cukup terkejut ketika Dean tiba-tiba menghentikan cumbuannya di menit terakhir. Padahal, satu langkah lagi, dia bisa melampiaskan hasratnya.Namun, dia memilih untuk berhenti dan segera keluar dari kamar itu, kemudian menguncinya dari luar. Karena benar-benar tidak tahan, Dean akhirnya menghubungi Dokter pribadinya, dan menyuruhnya datang ke apartemennya. Sebenarnya, dia bisa saja pergi ke rumah sakit terdekat. Namun, dia tidak mau mengundang p
“Selamat malam, Helia.”“Tuan Besar, Nyonya Besar.” Ibu Lucia sangat terkejut ketika melihat kedatangan Tuan Federick dan Nyonya Sheema di apartemennya.“Maaf, kalau kedatangan kami malam ini mengejutkanmu.”Meskipun terkejut, Nyonya Helia masih berusaha untuk terlihat biasa. “Tidak apa-apa.” Dia pun segera mempersilahkan Tuan Federick dan Nyonya Sheema untuk segera masuk ke dalam.Nyonya Helia nampak memperhatikan banyak pria berseragam lengkap ikut masuk ke dalam dan meletakkan banyak sekali kotak transparan di meja serta di lantai. Usai meletakkan barang-barang itu, pria-pria berseragam itu keluar dari sana, menyisakan 4 pria tegap yang berdiri di belakang tempat duduk Nyonya Sheema dan Tuan Federick.“Tuan Besar ini …” Nyonya Helia nampak menunjuk ke kotak yang dibawa oleh pria-pria yang tadi ikut masuk bersama dengan kakek dan nenek Dean.“Ini hanya hadiah kecil kami untuk Lucia.”Bagaimana bisa dikatakan hadiah kecil, semua barang yang dibawa oleh Tuan Federick adalah barang-bar
"Sekarang, katakan pada kami, apa kau sungguh ingin kembali dengan Dean lagi?"Meskipun, pertanyaan yang dilontarkan oleh ibunya terdengar pelan. Namun, Lucia bisa menangkap ada jejak ketidaksukaan dalam nada bicara ibunya."Pikirkan baik-baik lagi, Lucia. Dia sudah pernah mencampakkanmu. Bukan tidak mungkin, pria itu akan kembali menyakitimu. Jangan mau dibodohi lagi olehnya," lanjut Nyonya Helia.Dean sudah dua kali membatalkan 2 acara penting dalam hidupnya. Yang pertama, pernikahannya dengan Lucia, yang kedua pertunangannya dengan Rebecca. Bisa saja, dia kembali mengulang kesalahan yang sama seperti yang dia lakukan di masa lalu.Jika menilai dari pembatalan kedua acara itu penting itu, ibu Lucia bisa menyimpulkan kalau Dean bukanlah pria yang yang bertanggung jawab. Maka dari itu, dia ragu untuk menyerahkan putrinya kembali Dean. Tindakan pria itu di masa lalu membuatnya sangat kecewa.Jelas saja dia sangat kecewa, putrinya yang sangat dia sayangi, dicampakkan begitu saja setelah
“Halo, ada apa, Nenek?” tanya Dean setelah mengangkat panggilan telpon dari Nyonya Sheema.“Cepat kemari, Kakekmu masuk rumah sakit.”Dean yang baru saja akan membuka pintu apartemennya seketika menghentikan gerakan tangannya. "Kenapa Kakek bisa tiba-tiba masuk rumah sakit?"Seingatnya, kakeknya itu baik-baik saja ketika dia datang menemuinya kemarin. Tidak nampak kalau dia sedang sakit."Ke sini saja dulu."Dean pun mengakhiri panggilan telpon itu dan bergegas menuju rumah sakit. Dia tiba di rumah sakit sekitar pukul 10 malam dan langsung menuju ruangan rawat inap di mana kakeknya berada. Di depan ruangan terdapat dua orang pengawal yang berjaga di sana.Ketika melihat Dean, keduanya langsung membungkukkan tubuh dan menyapa Dean dengan hormat. Dean hanya mengangguk dan masuk ke dalam ruangan. Terlihat neneknya sedang duduk di samping ranjang kakeknya seraya berbincang."Kakek, ada apa denganmu?" Dean langsung bertanya setelah berada di samping kanan ranjang kakeknya, bersebelahan deng
"Bagaimana? Apa kau sudah mengurus semuanya?" tanya Dean setelah melihat asistennya berdiri di depan meja kerjanya."Semua pemberitaan sudah dihapus," jawab Nolan. "Tapi, untuk foto ..." Nolan terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya. "Ada apa dengan fotonya?" tanya Dean tidak sabar. "Fotonya sudah tersebar luas dan tidak semua bisa hapus."Foto itu sudah tersebar di group layanan pesan singkat dan juga sudah diunduh oleh banyak pengguna sosial media. Jadi, foto yang sudah diunduh itu, tidak bisa di hapus karena berada di penyimpanan pribadi milik pengguna ponsel.Dean nampak berpikir selama beberapa detik, lalu berkata, "Bagaimanan dengan pelakunya? Sudah kau temukan?""Sudah, tapi dia bukan pelaku asli. Dia hanya dibayar untuk menyebarkan foto dan menulis berita palsu yang menjelekkan nona Lucia.""Apa menurutmu pelakunya sama dengan 3 tahun lalu?"Maksud Dean adalah pelaku yang menyebarkan vidio panasnya bersama Lucia."Saya tidak yakin, Tuan."Dean berpikir kembali dengan wajah
"Naiklah," ucap Dean setelah menurunkan kaca mobilnya.Melihat Lucia berdiri dengan wajah bingung, Dean kembali berkata, "Kakek, memintaku menjemputmu."Ekspresi wajah Lucia seketika berubah menjadi kaku. "Sebenarnya, aku bisa pergi sendiri.""Kakek akan terus menggangguku kalau aku tidak menurutinya," ucap Dean dengan ekspresi datar.."Baiklah." Tanpa banyak bicara lagi, Lucia masuk ke dalam mobil dan duduk di depan, bersebelahan dengan Dean.Hari ini, rencananya Lucia akan pergi mencoba gaun pengantin yang akan dia gunakan di hari pernikahannya 3 hari lagi. Kemarin, Dean berserta kakek dan neneknya sudah mendatangi keluarga Lucia untuk membicarakan mengenai pernikahan. Ibu Dean yang seharusnya datang kemarin, terpaksa membatalkan kedatangannya akibat kondisi putrinya yang belum stabil. Karena ibu Dean harus menjaga putrinya. Jadi, dia tidak bisa hadir di pernikahan putranya. Tuan Federick sudah memberitahukan pada menantunya mengenai pernikahan Dean pada Nyonya Arnetta. Ketika men
Setelah keluar kamarnya, Dean turun ke bawah. Dia berjalan menuju restoran yang berada di hotel itu. Dia memutar pandanganya ke sekeliling sejenak, setelah menemukan apa yang dia cari, dia berjalan menuju meja yang berada di ujung sebelah kanan restoran itu.Di meja yang dituju Dean, nampak seorang pria sudah duduk lebih dulu di sana. Tanpa menyapa pria itu, Dean duduk dengan wajah dinginnya."Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Dean pada pria yang duduk di depannya. Pria itu adalah Julian. Dia datang ke pesta pernikahan Dean bersama Renata. Dia langsung terbang ke kota Y saat tahu kalau Lucia akan menikah dengan Dean. Kabar itu sangat mengejutkan baginya, terlebih Lucia tidak mengatakan apa pun padanya sebelumnya.Julian baru saja tiba sore hari di kota Y dan langsung mengajak Renata untuk bertemu sebelum menghadiri pesta pernikahan Lucia. Dia sengaja mengajak Renata bertemu, karena ingin menanyakan perihal pernikahan Lucia dan Dean yang dilakukan secara mendadak. Sebenar