"Sekarang, katakan pada kami, apa kau sungguh ingin kembali dengan Dean lagi?"Meskipun, pertanyaan yang dilontarkan oleh ibunya terdengar pelan. Namun, Lucia bisa menangkap ada jejak ketidaksukaan dalam nada bicara ibunya."Pikirkan baik-baik lagi, Lucia. Dia sudah pernah mencampakkanmu. Bukan tidak mungkin, pria itu akan kembali menyakitimu. Jangan mau dibodohi lagi olehnya," lanjut Nyonya Helia.Dean sudah dua kali membatalkan 2 acara penting dalam hidupnya. Yang pertama, pernikahannya dengan Lucia, yang kedua pertunangannya dengan Rebecca. Bisa saja, dia kembali mengulang kesalahan yang sama seperti yang dia lakukan di masa lalu.Jika menilai dari pembatalan kedua acara itu penting itu, ibu Lucia bisa menyimpulkan kalau Dean bukanlah pria yang yang bertanggung jawab. Maka dari itu, dia ragu untuk menyerahkan putrinya kembali Dean. Tindakan pria itu di masa lalu membuatnya sangat kecewa.Jelas saja dia sangat kecewa, putrinya yang sangat dia sayangi, dicampakkan begitu saja setelah
“Halo, ada apa, Nenek?” tanya Dean setelah mengangkat panggilan telpon dari Nyonya Sheema.“Cepat kemari, Kakekmu masuk rumah sakit.”Dean yang baru saja akan membuka pintu apartemennya seketika menghentikan gerakan tangannya. "Kenapa Kakek bisa tiba-tiba masuk rumah sakit?"Seingatnya, kakeknya itu baik-baik saja ketika dia datang menemuinya kemarin. Tidak nampak kalau dia sedang sakit."Ke sini saja dulu."Dean pun mengakhiri panggilan telpon itu dan bergegas menuju rumah sakit. Dia tiba di rumah sakit sekitar pukul 10 malam dan langsung menuju ruangan rawat inap di mana kakeknya berada. Di depan ruangan terdapat dua orang pengawal yang berjaga di sana.Ketika melihat Dean, keduanya langsung membungkukkan tubuh dan menyapa Dean dengan hormat. Dean hanya mengangguk dan masuk ke dalam ruangan. Terlihat neneknya sedang duduk di samping ranjang kakeknya seraya berbincang."Kakek, ada apa denganmu?" Dean langsung bertanya setelah berada di samping kanan ranjang kakeknya, bersebelahan deng
"Bagaimana? Apa kau sudah mengurus semuanya?" tanya Dean setelah melihat asistennya berdiri di depan meja kerjanya."Semua pemberitaan sudah dihapus," jawab Nolan. "Tapi, untuk foto ..." Nolan terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya. "Ada apa dengan fotonya?" tanya Dean tidak sabar. "Fotonya sudah tersebar luas dan tidak semua bisa hapus."Foto itu sudah tersebar di group layanan pesan singkat dan juga sudah diunduh oleh banyak pengguna sosial media. Jadi, foto yang sudah diunduh itu, tidak bisa di hapus karena berada di penyimpanan pribadi milik pengguna ponsel.Dean nampak berpikir selama beberapa detik, lalu berkata, "Bagaimanan dengan pelakunya? Sudah kau temukan?""Sudah, tapi dia bukan pelaku asli. Dia hanya dibayar untuk menyebarkan foto dan menulis berita palsu yang menjelekkan nona Lucia.""Apa menurutmu pelakunya sama dengan 3 tahun lalu?"Maksud Dean adalah pelaku yang menyebarkan vidio panasnya bersama Lucia."Saya tidak yakin, Tuan."Dean berpikir kembali dengan wajah
"Naiklah," ucap Dean setelah menurunkan kaca mobilnya.Melihat Lucia berdiri dengan wajah bingung, Dean kembali berkata, "Kakek, memintaku menjemputmu."Ekspresi wajah Lucia seketika berubah menjadi kaku. "Sebenarnya, aku bisa pergi sendiri.""Kakek akan terus menggangguku kalau aku tidak menurutinya," ucap Dean dengan ekspresi datar.."Baiklah." Tanpa banyak bicara lagi, Lucia masuk ke dalam mobil dan duduk di depan, bersebelahan dengan Dean.Hari ini, rencananya Lucia akan pergi mencoba gaun pengantin yang akan dia gunakan di hari pernikahannya 3 hari lagi. Kemarin, Dean berserta kakek dan neneknya sudah mendatangi keluarga Lucia untuk membicarakan mengenai pernikahan. Ibu Dean yang seharusnya datang kemarin, terpaksa membatalkan kedatangannya akibat kondisi putrinya yang belum stabil. Karena ibu Dean harus menjaga putrinya. Jadi, dia tidak bisa hadir di pernikahan putranya. Tuan Federick sudah memberitahukan pada menantunya mengenai pernikahan Dean pada Nyonya Arnetta. Ketika men
Setelah keluar kamarnya, Dean turun ke bawah. Dia berjalan menuju restoran yang berada di hotel itu. Dia memutar pandanganya ke sekeliling sejenak, setelah menemukan apa yang dia cari, dia berjalan menuju meja yang berada di ujung sebelah kanan restoran itu.Di meja yang dituju Dean, nampak seorang pria sudah duduk lebih dulu di sana. Tanpa menyapa pria itu, Dean duduk dengan wajah dinginnya."Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Dean pada pria yang duduk di depannya. Pria itu adalah Julian. Dia datang ke pesta pernikahan Dean bersama Renata. Dia langsung terbang ke kota Y saat tahu kalau Lucia akan menikah dengan Dean. Kabar itu sangat mengejutkan baginya, terlebih Lucia tidak mengatakan apa pun padanya sebelumnya.Julian baru saja tiba sore hari di kota Y dan langsung mengajak Renata untuk bertemu sebelum menghadiri pesta pernikahan Lucia. Dia sengaja mengajak Renata bertemu, karena ingin menanyakan perihal pernikahan Lucia dan Dean yang dilakukan secara mendadak. Sebenar
Usai sarapan, Lucia dan Dean kembali ke kamar. Siang nanti, keluarga Lucia dan Dean akan kembali ke kediaman masing-masing. Sementara pengantin baru masih menginap di sana dan akan kembali esok pagi.“Jika kau tidak ingin berbulan madu. Aku akan mengatakan pada kakek kalau kita tidak bisa pergi,” ucap Lucia setelah duduk di tepi ranjang kamar pengantin mereka.Buka tanpa alasan Lucia mengatakan itu. Dulu, ketika mereka akan menikah, Dean sempat mengatakan kalau dirinya tidak ingin berbulan madu setelah menikah, dan tadi, pria itu kembali menolak karena alasan yang sama, yaitu tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Meskipun pada akhirnya Dean menyetujui rencana bulan madu itu, tapi Lucia tahu, pria itu enggan pergi berbulan madu dengannya. Dia terpaksa menyetujuinya, karena terus didesak oleh kakeknya. Maka dari itu, dia mengatakan itu pada Dean. “Tidak perlu. Cutiku sudah disetujui. Jadi, ikuti saja kemauan Kakek. Dia akan terus mengangguku jika kita tidak pergi.” Dean berjalan menuj
"Dean, sungguh bukan aku yang melakukannya. Itu perbuatan orang lain," sanggah Carissa dengan wajah pucat. Saat ini, keduanya sedang berada di apartemen Carissa."Hanya kau yang memiliki vidio dan foto itu," kata Dean dengan dingin."Selain aku, masih ada satu orang lagi yang memilikinya. Doni juga memiliki salinannya. Tiga tahun lalu, memang aku yang menyebarkan vidio itu, tapi kali ini, bukan aku. Sungguh!"Melihat tatapan tidak percaya dari Dean, Carissa kembali berkata, "Dean, aku sudah berjanji untuk tidak mengganggu Lucia lagi. Aku tidak mungkin melanggar janjiku."Wajah Dean terlihat sangat datar, dan itu justru membuat Carissa semakin takut. "Dean, seharusnya kau pikirkan lagi, siapa yang paling diuntungkan dari tersebarnya foto itu dan juga berita palsu tentang Lucia. Aku memang berharap semua orang membenci dan mencaci Lucia, tapi tidak mungkin aku menampilkan wajahmu."Demi tidak menyinggung Dean, tiga tahun lalu dia sengaja menyebarkan vidio yang wajah Dean tidak tersorot
Dean mengerutkan keningnya saat tidak mendapati keberadaan Lucia. Dia merain ponselnya, lalu menghubungi istrinya."Kau di mana?" tanya Dean setelah panggilan telpon tersambung. "Tungggu di sana." Usai mengakhiri panggilan tersebut, Dean berjalan keluar dari kamarnya.Sementara itu, Lucia yang berada di restoran, segera menatap Julian setelah panggilan terputus. "Julian, kita bicara lain kali. Aku harus kembali ke kamar."Julian yang belum sempat menyelesaikan ucapannya, terpaksa menunda apa yang akan dia beritahukan pada Lucia ketika melihat wanita di depannya itu berdiri."Aku mengantarmu sampai lift."Lucia ingin menolak. Namun, dia takut Julian tersinggung. Jadi, dia membiarkan pria itu mengikutinya keluar. "Lucia, mengenai perasaanku tadi ..." Julian menjeda ucapannya sessat untuk melihat reaksi Lucia. "Jangan terbebani oleh itu. Aku hanya ingin kau tahu saja. Tidak ada maksud lain," kata Julian setelah tiba di depan lift. "Tetaplah bersikap seperti biasa. Aku tetap Julian yang