Share

13. Sakit

Author: Yetti S
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pagi ini aku tampak panik karena tubuh Pasya yang tiba-tiba demam. Anakku itu tergolek lemah di atas tempat tidur. Sama dengan anak seusianya yang lain kalau rewel ketika sedang tak enak badan. Pasya dari tadi merengek. Aku beri susu karena semenjak berusia satu tahun, Pasya memang berhenti minum ASI. Tapi, botol susu yang aku beri, hanya sebentar saja dia pegang. Selebihnya, dia serahkan kembali botol susu itu padaku. Aku peluk dan kucium keningnya dengan lembut, untuk membuatnya merasa nyaman.

“Pasya mau apa, Sayang? Mau makan bubur? Atau mau sosis bakar?” tanyaku, berharap dia menganggukkan kepalanya ketika aku menyebut makanan kesukaannya. Tapi, dia hanya diam sambil terus merengek. Membuatku semakin panik dan sedih.

Di saat aku merasa panik, tiba-tiba saja ponselku berdering. Aku langsung meraih benda pipih itu yang tergeletak di atas nakas, dan melihat nama mas Haikal terpampang di layar ponselku. Aku langsung mengangkat panggilan telepon itu.

“Halo, Mas,” sapaku dengan nada cem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   14. Tamu Di Sore Hari

    “Eh, maaf.”Hanya kata itu yang terlontar dari bibirku. Setelahnya, aku langsung melangkah menuju ke poli anak. Aku mendengar langkah mas Haikal mengikutiku, hingga posisinya kini berada di sampingku.Tiba di poli anak, suasana cukup ramai. Menunjukkan kalau dokter Andi Saputra cukup diminati oleh para orang tua, untuk menangani anak mereka. Aku langsung memberikan berkas Pasya pada suster yang duduk di balik meja jaga, yang ada di depan ruang praktik dokter. Sedangkan mas Haikal telah duduk di kursi tunggu, memangku Pasya.“Pasya tadi dapat nomor antrean berapa?” bisik mas Haikal ketika aku sudah duduk di sebelahnya.“Nomor sepuluh,” jawabku.“Berarti dua pasien lagi. Tadi yang dipanggil sudah nomor delapan,” sahut mas Haikal.“Oh begitu,” sahutku. Aku lalu menatap anakku yang menyandarkan kepalanya pada dada bidang papanya. Dada bidang, ya...menatap Pasya otomatis membuatku menatap dada bidang mantan suamiku. Dulu saat kami masih bersama sebagai pasangan suami istri, aku juga sering

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   15. Haikal VS Andi

    Aku tinggalkan Pasya yang sedang asyik menonton film kartun kesukaannya. Aku berjalan cepat bersama dengan mama ke ruang tamu. Benar saja perkiraanku. Setibanya di ruang tamu, aku melihat kalau mas Haikal sudah berdiri berhadapan dengan Andi. Kedua pria itu saling tatap dengan cukup tajam. Bahkan aku melihat tangan keduanya pun terkepal.“Ada apa ini?” tanyaku dan mama secara bersamaan.Mas Haikal terdiam. Diamnya mas Haikal sepertinya dimanfaatkan oleh Andi, yang sempat tersenyum tipis. Walaupun samar, aku sempat melihatnya. Entah lah, aku tiba-tiba merasa tak suka melihat senyuman itu. Senyuman yang terbungkus maksud tertentu.“Saya juga nggak tahu, Bu. Haikal datang dan tiba-tiba marah pada saya. Padahal saya kemari mau melihat kondisi Pasya yang sedang sakit. Kebetulan saya adalah dokter anak yang tadi pagi memeriksanya. Jadi setelah selesai praktik, saya kemari ingin bertemu dengan Pasya,” sahut Andi.“Alasan saja kamu, Ndi! Mana ada dokter yang menjenguk pasiennya di rumah. Jang

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   16. Sebuah Kecupan

    “Kira-kira kapan Mas akan ajak Pasya piknik, dan kapan akan dipertemukan dengan orang tua kamu? Apa piknik dulu atau ketemu sama kakek dan neneknya dulu?” tanyaku memastikan.“Piknik dulu. Ayah dan ibu sekarang juga sedang ada di Amerika. Hari Sabtu ini aku mau ajak Pasya piknik, lalu minggu depan akan aku ajak ketemu sama kakek dan neneknya. Soalnya mereka sudah ada di Jakarta hari Kamis nya,” sahut mas Haikal yang kini menatapku dengan tatapan menyelidik. Mungkin dia melihat kalau kini aku tampak sedikit gelisah. “Ada apa memangnya, Manda?”Betul kan dugaanku, kalau dia sedang memperhatikan diriku yang memang agak gelisah. Jujur saja, aku sangat enggan bertemu dengan mantan mertuaku. Mantan ibu mertuaku yang aku anggap sebagai biang kerok perceraian aku dan mas Haikal. Lalu mantan ayah mertuaku yang aku anggap melakukan pembiaran, karena sama sekali tak bisa menasihati istrinya agar tak mencampuri urusan rumah tangga anaknya.“Nanti kalau Pasya ketemu sama kakek dan neneknya, aku ng

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   17. Piknik

    Aku melihat mas Haikal tertawa pelan. Aku sebal melihatnya. Apalagi Pasya yang ikutan tertawa, seolah senang kalau papanya mengecupku, aduh.“Jangan coba-coba lagi berbuat seperti itu, Mas. Aku melarang keras! Kalau hal itu sampai terjadi lagi, maka aku nggak akan memberi ijin kamu untuk mengajak Pasya keluar. Cukup di rumah saja kamu ketemu sama Pasya!” tegasku.Aku pikir, mas Haikal akan terkejut mendengar perkataanku dan minta maaf atas perbuatannya tadi. Tapi dia justru mengulum senyumannya.“Aku nggak akan berbuat seperti tadi, kalau kamu nggak mencoba melirik laki-laki lain. Apalagi melirik si Andi,” bisiknya yang membuat aku tertegun.“Eh, siapa yang melirik si Andi,” sahutku heran.“Barusan itu apa? Kamu ada hati sama Andi, iya?” tanyanya masih dengan suara yang berbisik.“Lah, kok kamu sewot sih, Mas? Aku ini kan bukan istri kamu lagi. Jadi nggak seharusnya kamu marah kalau misalnya aku ada hati sama Andi, iya kan.” Aku sengaja berkata demikian, karena ingin melihat mantan su

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   18. Mencoba Cari tahu

    “Mas.” Aku mencolek lengan mas Haikal setelah Andi berjalan ke luar gerai kopi.“Apa?”“Apa kamu nggak kepikiran kalau yang menelepon Andi itu dokter Bambang yang sama, dengan dokter yang memeriksaku dulu?” tanyaku dengan mata yang memicing ke arah mas Haikal.“Ada sih pikiran kayak begitu, Manda. Memangnya kenapa? Kamu mau komplain karena dokter Bambang salah diagnosa? Kalau mau komplain, aku akan dampingi,” sahut Mas Haikal serius.“Apa masih bisa komplain sedangkan waktu sudah berjalan hampir dua tahun?” ucapku sendu.“Kenapa nggak bisa? Karena dia, ibu langsung mencap kamu mandul dan menyodorkan Meta padaku. Paling nggak kalau kita komplain, ada permintaan maaf dari dia,” sahut mas Haikal.Aku menghela napas panjang, karena bukan itu tujuanku. Buat apa komplain? Sudah basi aku rasa.“Aku malas untuk komplain. Tapi, ada yang mengganjal di hatiku selama ini,” ucapku yang membuat mas Haikal mencondongkan tubuhnya untuk mendengarkan dengan jelas suaraku, karena aku bicara dengan sanga

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   19. Saran Andi

    “Hah?! Kenapa sih kamu kok penasaran sama dokter Bambang, Bro?” tanya Andi dengan kening yang berkerut, dan mata yang memicing.“Ya pasti penasaran lah aku sama si dokter itu. Soalnya aku tahu pasti siapa kakeknya Darel. Jadi tolong aku ya, Ndi. Aku mau mengungkap kebenaran,” sahut mas Haikal serius.“Kebenaran tentang apa? Kasih aku penjelasan walaupun sedikit. Supaya aku bisa tahu harus mulai dari mana,” cetus Andi.Aku dan Adel hanya menyimak saja pembicaraan mereka berdua.“Aku akan cerita. Kamu dengarkan baik-baik cerita aku ini. Jangan dipotong sebelum aku selesai bercerita,” sahut mas Haikal yang diangguki oleh Andi.Mas Haikal lalu mengajak Andi untuk masuk ke dalam mobilnya, karena tak ingin ada yang mendengar perkataannya. Selain itu, dia melihat kalau Pasya tertidur di gendonganku. Mungkin dia ingin anaknya tidur dengan posisi nyaman, kalau aku duduk di jok mobil.Setelah kami semua masuk ke dalam mobil, mas Haikal mulai cerita dari awal sampai kecurigaannya pada Darel. Tak

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   20. Temuan Andi

    Seperti biasanya kalau setiap jam sepuluh pagi aku selalu datang ke rumah makan milikku, untuk mengawasi karyawanku bekerja. Melihat bagaimana mereka melayani pelanggan yang datang langsung, maupun pelanggan secara online. Karena sekarang pusat bisnis aku ada di ruko ini, baik offline maupun online.Aku yang sedang sibuk di ruanganku di lantai dua, tiba-tiba harus menghentikan aktivitas untuk sementara karena bunyi notifikasi pesan masuk di ponselku. Aku melihat nama mas Haikal terpampang di layar ponsel sebagai si pengirim pesan. Dengan cepat aku membuka pesan darinya.[Manda, aku dan Andi nanti ke ruko kamu. Kata Andi, dia sudah berhasil merekam pembicaraan dengan Meta. Jadi kami janjian untuk ketemu di sana, sambil makan siang.]Aku pun langsung membalas mas Haikal.[Ok.]Setelah itu, tak ada pesan darinya lagi. Aku pun kembali melanjutkan aktivitasku yang sempat tertunda.Aku sudah turun ke lantai bawah ketika waktu menunjukkan pukul dua belas siang, menunggu kedatangan mas Haikal

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   21. Tes DNA

    Mas Haikal menatap Andi seraya berkata, “Bagaimana menurut kamu, Bro? Mereka nggak mau melakukan tes DNA ulang.”“Gampang saja, Bro. Kita bikin sandiwara lah.”“Sandiwara bagaimana?”Mas Haikal menggeser duduknya mendekat ke arah Andi. Dari raut wajahnya, aku tahu kalau dia sangat bersemangat dengan ide sahabatnya itu.“Jadi saat terapi keluarga itu dilakukan, kamu datang ke tempat itu dan akting agar dilakukan tes DNA. Nanti di sana aku berlagak jadi penengah agar nggak ramai, dan membujuk Meta untuk membiarkan kamu dan Darel melakukan tes DNA. Kamu pura-pura secara kebetulan melihat Meta dan Darel di rumah sakit lalu mengikutinya,” jelas Andi yang membuat mas Haikal tersenyum semringah.“Cerdas juga kamu, Ndi.”“Andi, gitu lho. Makanya jangan coba-coba saingan sama aku, kamu pasti kalah!” sahut Andi yang membuat mas Haikal mencebik. Sedang aku, hanya tertawa kecil karena paham yang dimaksud Andi.“Jangan sombong! Kalau soal itu sih tergantung si Manda. Dia mau pilih kamu atau rujuk

Latest chapter

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   148. Kasih Sayang Tanpa Syarat

    Seto yang tak ingin keadaan menjadi memanas, lantas tampil sebagai penengah.“Irene, Papa rasa yang diucapkan Pasya itu benar. Kamu sabar dulu untuk sementara waktu. Video call adalah cara yang tepat. Tapi, kamu juga harus rutin mengunjungi Ayesha, dan pelan-pelan mendekatinya. Nanti juga lama-lama dia akan luluh sama kamu,” ucap Seto lembut. Dia lalu mengalihkan tatapannya pada Pasya. “Kamu nggak masalah kan kalau Irene nantinya akan rutin datang kemari untuk menemui Ayesha?”“Tentu saya nggak akan keberatan. Irene adalah ibu kandungnya Ayesha, Pak. Saya nggak mungkin memisahkan Ayesha dan ibu kandungnya. Jadi silakan Irene datang kapan pun dia mau. Hanya satu pesan saya, jangan memaksakan kehendak yang bikin Ayesha nggak nyaman. Itu saja sih permintaan saya, dan saya berharap kalau Irene bisa mengerti,” sahut Pasya.Seto lalu kembali menatap anaknya seraya berkata, “Ren, itu Pasya sudah bilang kalau dia sama sekali nggak keberatan, kalau kamu rutin datang kemari. Jadi solusinya begi

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   147. Penolakan

    Tak lama, Saskia datang sambil menggendong Ayesha. Dia tampak sedang mengajak bercanda Ayesha sambil berjalan menuju sofa tempat Irene duduk.“Nah, ini ada mama, Sayang. Yesha sekarang dipangku sama mama, ya,” ucap Saskia dengan suara lembut.Ayesha yang sebelumnya tertawa, tiba-tiba merengek ketika Saskia meletakkannya di atas pangkuan Irene. Dia juga berpegangan pada blus Saskia, kode kalau dia tak ingin dilepaskan dari pelukan Saskia.“Ayesha, Sayang. Ini Mama, Nak. Mama kangen sama kamu. Semenjak kamu lahir, Mama belum peluk kamu,” ucap Irene lirih dengan kedua bola mata yang mulai berkaca-kaca, karena sedih mendapat penolakan dari anak kandungnya sendiri.Pasya yang melihat itu pun jadi tak tega. Dia membantu membujuk Ayesha.“Yesha...ayo, mau ya dipangku sama mama. Nanti mimik susu lagi sama mama,” ucap Pasya, yang membuat Saskia serta Irene kompak menoleh padanya.‘Mas Pasya kenapa ngomongnya soal menyusu sih? Apa memang itu yang sekarang ada di kepalanya. Mentang-mentang Irene

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   146. Mendatangi Pasya

    Saskia lalu beringsut menjauhi suaminya dengan wajah tertekuk. Dia mendadak diam seribu bahasa.Pasya yang mengetahui perubahan sang istri, lantas tersenyum dan meraih tangan Saskia.“Cemburu?” tanya Pasya dengan tatapan menggoda.Hening.Saskia sepertinya malas memberi tanggapan. Dia malah sibuk merapatkan selimut di tubuh Ayesha, yang terbaring di sebelahnya duduk.“Irene sudah pulih dari koma, Kia. Dia menanyakan tentang bayinya. Tadi papanya telepon saat kita masih di bandara. Kamu sedang sibuk sendiri dengan Ayesha, makanya nggak tahu kalau aku menerima telepon dari mantan mertua,” jelas Pasya dengan nada lembut.Saskia sontak menatap sang suami. “Irene mau mengambil Ayesha ya, Mas?”Pasya mengangguk seraya berkata, “Iya, Sayang. Dia kan ibunya. Dia juga taruhan nyawa saat melahirkan Ayesha. Lagi pula aku dan Irene sudah berkomitmen untuk mengasuh anak kami, meski di tempat yang berbeda.”Saskia tampak muram. Meskipun dia hanya sebatas ibu sambung, namun dia sangat menyayangi Aye

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   145. Kecewa

    “Pa, kok diam saja?” tanya Irene lagi dengan nada mendesak.“Eh, kamu kan masih harus banyak istirahat, Ren. Nanti dilanjut lagi ngobrolnya, ya,” sahut Seto sedikit gugup. Membuat Irene curiga.“Pa, Ma, sebenarnya ini ada apa sih? Kok aku merasa kalau Mama dan Papa sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Ngomong saja sih terus terang. Ada apa?” desak Irene dengan wajah memelas.Seto dan Diah saling tatap. Mereka seolah sedang berdiskusi melalui tatapan mata. Hingga akhirnya Diah menganggukkan kepalanya pada sang suami.“Ren, kamu kan baru saja pulih dari koma. Lebih baik nanti saja Papa beritahunya. Papa khawatir kalau nanti kamu...” Seto menghentikan kata-katanya ketika Irene menyela ucapannya.“Ini ada hubungannya dengan Ayesha dan Mas Pasya? Kalau iya, nggak apa katakan saja sekarang. Aku merasa sudah lebih baik kok sekarang, Pa,” ucap Irene yakin.“Ya sudah, kamu kasih tahu saja sekarang, Mas,” timpal Diah.Seto mengangguk. Dia lalu menatap wajah cantik Irene yang terliha

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   144. Pulih

    Kini kedua bola mata Irene mulai membuka secara perlahan. Tatapan wanita itu menyisir ke sekitarnya.“Selamat malam, Bu Irene,” sapa dokter dengan suara perlahan. Pria itu memperhatikan setiap respons pasiennya, untuk mengetahui sejauh mana perkembangan Irene.“Ma-malam,” sahut Irene lirih dan terbata.“Ibu baru saja siuman setelah tak sadarkan diri selama empat bulan lamanya. Selamat datang, Bu Irene. Semoga kondisi Ibu semakin membaik,” ucap dokter dengan senyuman.“S-saya ta-tak s-sadar kan di-ri s-selama em-pat bu-lan?” sahut Irene masih dengan suara terbata-bata.“Iya dan alhamdulillah, sekarang Ibu sudah melewati masa kritis. Tapi, setelah ini tolong jangan banyak bicara dulu. Ibu istirahat dulu yang cukup supaya kesehatannya lekas pulih,” ucap dokter, yang diangguki oleh Irene.Setelah selesai memeriksa Irene, dokter lalu mengalihkan tatapan pada suster. “Sus, satu jam lagi kalau nggak ada keluhan dari pasien, silakan pasiennya dipindahkan ke ruang perawatan. Masa kritisnya sud

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   143. SAH

    Empat bulan berlalu, kini saatnya pernikahan Pasya dan Saskia digelar. Acara akad nikah dilangsungkan di kediaman orang tua Saskia. Sedangkan resepsinya nanti akan dirayakan di salah satu hotel berbintang lima.Saskia tampil cantik dan anggun dengan kebaya putih dan kain jarik coklat tua. Wajah Saskia dipoles dengan riasan yang natural, tapi tetap terlihat cantik dan elegan.Sedangkan Pasya sendiri tampil gagah dengan setelan jas warna hitam dan kemeja putih, lengkap lengan peci hitamnya. Pasya juga sudah menyiapkan mahar berupa satu set perhiasan emas berhiaskan berlian. Meski ini bukan yang pertama, tapi tetap saja Pasya merasa gugup. Hal itu diketahui Haikal.Haikal berpindah duduknya di sebelah anak sulungnya. Mumpung Saskia belum tiba di ruangan itu. Begitu menurut pemikiran Haikal.“Sya, tenang saja kenapa sih. Jangan gugup begitu! Kayak yang baru pertama kali saja,” bisik Haikal.Pasya menghela napas panjang dan melirik pada papanya. “Namanya pengantin, mau pertama kali atau ke

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   142. Calon Ibu Sambung

    Pasya masih berada di ruang keluarga menemani Amanda, ketika sebuah suara membuatnya tertegun dan menoleh ke arah sumber suara itu.“Assalamualaikum.”“Wa’ alaikumsalam,” sahut Amanda dan Pasya secara bersamaan.“Wah, tamu jauh ini yang datang. Sini duduk, Kia,” sapa Amanda dengan senyum mengembang di bibirnya.“Apa kabar, Tante? Ini aku bawain kado untuk Ayesha. Semoga suka.” Saskia berkata sambil meletakkan paper bag berukuran besar di atas meja. Setelahnya, dia mengecup pipi Amanda karena tangan wanita paruh baya itu sedang memegang botol susu.“Yesha, ada Tante Kia datang. Dia bawa kado untuk kamu tuh,” bisik Amanda pada cucunya yang sedang asyik menyusu.Ayesha seketika menghentikan aktivitasnya menyusu, dan sontak menoleh ke arah Saskia yang kini sudah duduk di sebelah Amanda. Bayi itu seolah tahu kalau wanita yang ada di sebelah neneknya, adalah wanita yang sedang dekat dengan papanya. Setelah itu, Ayesha kembali lagi menyusu.“Kamu tadi berhenti menyusu sebentar karena mau men

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   141. Mengasuh Ayesha

    Amanda yang dari tadi diam, kini merasa kesal juga dengan ucapan mantan besannya. Dia menatap Diah seraya berkata, “Bu, tolong jangan begitu. Pasya ini kan orang tuanya Ayesha. Ada mantan istri dan mantan suami. Tapi, nggak ada mantan anak dan mantan orang tua. Sekarang kondisi Irene sedang tak memungkinkan untuk mengasuh anak. Jadi sudah seharusnya Pasya mengambil alih. Apa salah seorang ayah mengasuh anaknya? Saya rasa nggak juga, Bu. Apalagi Ibu dan Bapak pernah datang ke rumah kami, untuk sekedar memberitahu kalau Irene hamil anaknya Pasya. Nah, sekarang kenapa dipersulit saat Pasya hendak mengasuh anaknya?”Hening. Tak ada sepatah kata lagi yang terucap dari bibir Diah maupun Seto. Hanya hembusan napas kasar yang terdengar dari mulut keduanya.Akhirnya Seto mengeluarkan kata setelah sesaat terdiam.“Tapi, Pasya kan nggak setiap waktu ada di samping...siapa tadi nama cucuku?” ucap Seto dengan tatapan pada Amanda serta Pasya secara bergantian.“Ayesha,” sahut Pasya.“Iya, Ayesha. P

  • Dikejar Cinta Mantan Suami   140. Adu Argumen

    Pasya dan kedua orang tuanya kini berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Tujuan mereka pertama kali adalah ke ruang bayi, di mana bayi Pasya berada.“Mama sudah nggak sabar mau melihat cucu Mama, Sya,” ucap Amanda dengan senyuman ketika di jarak beberapa meter dari posisi mereka saat ini, sudah terlihat ruangan bayi.“Iya, tapi Mama untuk sementara ini hanya bisa melihat Ayesha dari balik kaca saja. Bantu doanya ya, Ma, supaya bayiku bisa segera keluar dari inkubator. Jadi kita bisa menggendongnya nanti,” sahut Pasya, yang diangguki oleh Amanda.“Tentu dong, Sayang. Kamu nggak minta pun, Mama sudah pasti akan mendoakan cucu Mama,” sahut Amanda masih dengan senyum yang tersungging di bibirnya.Tak lama, langkah mereka terhenti di depan ruang bayi. Amanda dan Haikal yang ingin melihat cucu mereka, segera menghampiri suster jaga.“Sus, kami ingin melihat cucu kami yang baru lahir kemarin, boleh kan?” ucap Amanda dengan nada suara memohon.Suster itu terdiam sejenak, sebelum dia akhirnya

DMCA.com Protection Status