Davie terlihat sedang memanaskan mobil sebelum berangkat menuju sekolah baru Nisaka. Ileana juga akan ikut karena wanita itu memaksa bekerja mulai hari ini. Davie tidak bisa melarang istrinya. Baginya, kebahagiaan Ileana yang utama. Sebisa mungkin, Davie tidak akan mengekang niat positif Ileana untuk bekerja.Setelah selesai memanaskan mobil, Davie memanggil Nisaka dan Ileana untuk segera masuk ke mobil."Sayang, udah siap nih!"Ileana dan Nisaka keluar dari dalam rumah untuk menemui Davie. Saat hendak masuk ke mobil, tiba-tiba saja bel rumah yang ada di dekat pagar berbunyi. Kebetulan, pagar tersebut sudah dibuka lebar oleh Davie. Ada seorang kurir yang datang sambil memegang sebuah paket."Permisi!"Ileana dan Davie saling pandang satu sama lain. "Mas, kamu ada pesan paket?" tanya Ileana."Nggak ada, Sayang. Coba aku samperin dulu ya.""Iya, Mas."Davie bergegas menemui kurir tersebut dan menanyakan tentang paket tersebut. "Maaf, Pak, ini paket siapa?" tanyanya."Di sini ditulis unt
"Selamat datang kembali, Pak, Bu!"Davie dan Ileana dikejutkan oleh sambutan hangat dari para karyawan yang baru direkrut seminggu yang lalu. Bahkan mereka menyiapkan sebuah nasi tumpeng yang cukup besar. Mereka merencanakan penyambutan itu sejak kemarin karena tahu Davie akan kembali bekerja di kantor.Mendapat sambutan seperti itu, Ileana merasa terharu dan hampir menangis. Ia tidak menyangka para karyawan itu akan menghormatinya sebagai istri dari Davie. Tidak seperti karyawan sebelumnya yang selalu menghina dirinya."Wah, makasih banyak ya untuk sambutannya," ucap Davie ramah."Iya, Pak. Kami juga mau bilang makasih karena selalu bersikap baik sama kami," kata salah satu karyawan, sebagai perwakilan."Iya, sama-sama. Makasih juga karena udah bekerja keras untuk kemajuan perusahaan." Davie tersenyum bahagia sambil merangkul pinggang sang istri yang masih saja diam karena merasa terharu. "Oh iya, istri saya juga akan bekerja lagi di kantor ini. Tadinya saya minta untuk jadi kepala p
Davie menghela napas panjang seraya merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena terus menunduk untuk menandatangani dokumen. Rasanya lelah sekali. Apalagi sore ini, Davie harus bertemu dengan calon investor baru. Untunglah sekretarisnya sangat cekatan dalam membantu pekerjaannya.Pria pemilik wajah tampan itu melirik ke arah jam dinding yang bertengger di dekat pintu ruangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang."Kok istri aku belum ngajakin makan ya? Padahal udah waktunya. Apa dia masih sibuk sama kerjaannya? Samperin aja deh," gumamnya lalu berdiri dari kursinya.Saat hendak menyentuh handle pintu, tiba-tiba saja pintu itu dibuka dari luar oleh seseorang. Membuat Davie harus memundurkan langkahnya ke belakang. Ternyata Ileana sudah datang sambil membawa bekal makan siang di tangannya, beserta air mineral."Loh, baru aja aku mau susul kamu ke ruang produksi, Sayang," ucap Davie sedikit terkejut.Ileana tersenyum sambil menutup pintu ruangan dan berjalan ke arah sofa, diikuti ol
Sore hari, sesuai dengan janji yang sudah ditetapkan, Davie menyiapkan ruang rapat untuk bertemu dengan pria yang akan menjadi calon investornya. Davie menyiapkan perlengkapan presentasi, dibantu oleh sekretarisnya.Setelah semua persiapan selesai, Davie melihat bertali hitam yang melingkar di tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 16.00 sore. Menurut Rudy, calon investor itu akan datang sekitar 5 menit lagi dan Rudy yang akan menyambutnya di lobi kantor. Davie hanya perlu menunggu di ruang rapat.Davie sedikit gugup kali ini. Ini pengalaman pertama untuknya bertemu dengan calon investor baru. Biasanya Khairil yang melakukan itu. Sedangkan dengan investor lama, Davie sudah merasa akrab dan tidak ada rasa canggung saat melakukan presentasi dengan mereka. Berbeda dengan calon investor yang baru.Tepat di menit ke-lima, pintu ruang rapat dibuka. Davie berdiri dari kursinya saat melihat Rudy masuk ke dalam sambil mempersilahkan orang yang akan Davie temui."Ayo, silahkan masuk, Pak," uca
Ileana membuka pintu ruang rapat dengan panik. Pasalnya, sang suami sempat bertemu dengan Braga di ruang itu. Entah apa yang sudah dilakukan Braga sampai Davie memukul pria itu."Mas," panggil Ileana. Ia mendekati Davie yang tengah duduk bersama Rudy. Ileana menundukkan kepala sedikit untuk memberi hormat pada pria paruh baya itu.Davie menoleh ke belakang, berdiri dari kursinya kemudian memeluk Ileana. Pria itu menangis dalam pelukan Ileana. Ketakutan Davie benar-benar terlihat saat ini. Bahkan Ileana sampai mengusap punggung suaminya berulang kali dan memintanya untuk tenang.Rudy yang merasa tidak enak pun akhirnya memilih untuk keluar, meninggalkan sepasang suami-istri itu di ruang rapat."Mas, ada apa?" tanya Ileana yang masih didekap oleh suaminya. "Tadi aku nggak sengaja ketemu Braga waktu mau nyusul ke sini. Dia bilang, kamu habis nonjok dia. Apa bener itu, Mas?"Davie mengangguk perlahan tanpa melepas pelukannya. "Iya, Sayang.""Kenapa, Mas? Apa dia ngomong yang aneh-aneh lag
Malam hari, selesai makan malam bersama, Davie memutuskan untuk pergi ke ruang kerja. Sebelumnya, ia mendapatkan sebuah pesan dari Rudy mengenai calon investor pengganti. Dengan semangat, Davie menerima tawaran itu dan besok dirinya akan bertemu dengan sang calon investor.Davie sudah izin pada Ileana untuk begadang malam ini. Ileana pun mengerti dan membiarkan suaminya di ruang kerja, sedangkan dirinya memilih untuk beristirahat di kamar. Setelah bekerja seharian, Ileana merasakan pegal di sekujur tubuhnya. Entah sudah berapa minggu ia tidak bekerja. Alhasil, tubuhnya terkejut saat dirinya memulai aktivitas seperti biasanya.Ileana tampak mengoleskan minyak urut di kedua kakinya. Sambil mengurut, Ileana menyempatkan diri untuk menonton film aksi kesukaannya. Aktor favoritnya dari dulu sampai sekarang adalah Jackie Chan dan Jet Li. Selain lucu, cara mereka memerankan adegan aksi sangatlah menarik dan menegangkan. Ketegangan itulah yang membuat Ileana tak bosan untuk memutar ulang film
Pagi-pagi sekali, Davie sudah keluar dari rumah, berkeliling di perumahan itu menggunakan sepeda gunungnya. Sudah lama ia tidak menggunakan sepeda itu. Tujuannya berkeliling seperti ini hanya untuk mencari rumah Braga. Ia masih memendam amarah untuk pria itu karena sudah berani bertindak kurang ajar pada Ileana.Ileana tidak mengetahui tujuan Davie. Setelah sholat subuh, Davie berdalih ingin bersepeda di sekitar perumahan sebelum berangkat kerja.Sudah hampir 15 menit Davie memutari perumahan, namun belum menemukan rumah Braga. Karena merasa putus asa dan sudah lelah, Davie berniat untuk kembali ke rumah."Hhh! Mending pulang aja deh. Besok dilanjut lagi," gumamnya pelan sambil memutar arah sepedanya.Setelah sepeda sudah berputar arah, di sebelah kanan, ada seorang pria yang baru saja keluar dari dalam rumah sambil memegangi pipinya yang terlihat memar. Davie menoleh ke arah pria itu tanpa disengaja. Senyum seringai pun muncul di sudut bibirnya."Oh, ternyata dia baru keluar." Davie
Davie terlihat sibuk menyiapkan beberapa berkas penting di atas meja ruang rapat. Ia baru saja selesai rapat dengan staf kantor, membahas sebuah rancangan baru untuk kemajuan perusahaan. Beberapa hal penting dari hasil rapat pun sudah ditulis oleh sekretarisnya. Davie membaca catatan itu setelah rapat berakhir dan semua staf sudah keluar dari ruang rapat.Berkas penting tadi, Davie bawa keluar ruangan. Saat dirinya hendak melangkah menuju ruang kerjanya, tiba-tiba saja ia bersenggolan dengan seseorang, sampai membuat berkas itu berjatuhan di lantai. Padahal Davie sudah menyusunnya dengan rapi. Kini, ia harus menyusun ulang semua berkas itu sesuai dengan urutan sebelumnya."Aduh, maaf ya, Mas. Aku nggak sengaja."Davie menatap seseorang yang sedang berbicara padanya. Ternyata orang yang bersenggolan dengannya adalah Ileana. Seketika rasa kesal itu berubah menjadi senang. Bertemu dengan istri di saat jam kerja membuat Davie semakin bersemangat. Inilah enaknya jika kita berada di satu ka