Sore hari, sesuai dengan janji yang sudah ditetapkan, Davie menyiapkan ruang rapat untuk bertemu dengan pria yang akan menjadi calon investornya. Davie menyiapkan perlengkapan presentasi, dibantu oleh sekretarisnya.Setelah semua persiapan selesai, Davie melihat bertali hitam yang melingkar di tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 16.00 sore. Menurut Rudy, calon investor itu akan datang sekitar 5 menit lagi dan Rudy yang akan menyambutnya di lobi kantor. Davie hanya perlu menunggu di ruang rapat.Davie sedikit gugup kali ini. Ini pengalaman pertama untuknya bertemu dengan calon investor baru. Biasanya Khairil yang melakukan itu. Sedangkan dengan investor lama, Davie sudah merasa akrab dan tidak ada rasa canggung saat melakukan presentasi dengan mereka. Berbeda dengan calon investor yang baru.Tepat di menit ke-lima, pintu ruang rapat dibuka. Davie berdiri dari kursinya saat melihat Rudy masuk ke dalam sambil mempersilahkan orang yang akan Davie temui."Ayo, silahkan masuk, Pak," uca
Ileana membuka pintu ruang rapat dengan panik. Pasalnya, sang suami sempat bertemu dengan Braga di ruang itu. Entah apa yang sudah dilakukan Braga sampai Davie memukul pria itu."Mas," panggil Ileana. Ia mendekati Davie yang tengah duduk bersama Rudy. Ileana menundukkan kepala sedikit untuk memberi hormat pada pria paruh baya itu.Davie menoleh ke belakang, berdiri dari kursinya kemudian memeluk Ileana. Pria itu menangis dalam pelukan Ileana. Ketakutan Davie benar-benar terlihat saat ini. Bahkan Ileana sampai mengusap punggung suaminya berulang kali dan memintanya untuk tenang.Rudy yang merasa tidak enak pun akhirnya memilih untuk keluar, meninggalkan sepasang suami-istri itu di ruang rapat."Mas, ada apa?" tanya Ileana yang masih didekap oleh suaminya. "Tadi aku nggak sengaja ketemu Braga waktu mau nyusul ke sini. Dia bilang, kamu habis nonjok dia. Apa bener itu, Mas?"Davie mengangguk perlahan tanpa melepas pelukannya. "Iya, Sayang.""Kenapa, Mas? Apa dia ngomong yang aneh-aneh lag
Malam hari, selesai makan malam bersama, Davie memutuskan untuk pergi ke ruang kerja. Sebelumnya, ia mendapatkan sebuah pesan dari Rudy mengenai calon investor pengganti. Dengan semangat, Davie menerima tawaran itu dan besok dirinya akan bertemu dengan sang calon investor.Davie sudah izin pada Ileana untuk begadang malam ini. Ileana pun mengerti dan membiarkan suaminya di ruang kerja, sedangkan dirinya memilih untuk beristirahat di kamar. Setelah bekerja seharian, Ileana merasakan pegal di sekujur tubuhnya. Entah sudah berapa minggu ia tidak bekerja. Alhasil, tubuhnya terkejut saat dirinya memulai aktivitas seperti biasanya.Ileana tampak mengoleskan minyak urut di kedua kakinya. Sambil mengurut, Ileana menyempatkan diri untuk menonton film aksi kesukaannya. Aktor favoritnya dari dulu sampai sekarang adalah Jackie Chan dan Jet Li. Selain lucu, cara mereka memerankan adegan aksi sangatlah menarik dan menegangkan. Ketegangan itulah yang membuat Ileana tak bosan untuk memutar ulang film
Pagi-pagi sekali, Davie sudah keluar dari rumah, berkeliling di perumahan itu menggunakan sepeda gunungnya. Sudah lama ia tidak menggunakan sepeda itu. Tujuannya berkeliling seperti ini hanya untuk mencari rumah Braga. Ia masih memendam amarah untuk pria itu karena sudah berani bertindak kurang ajar pada Ileana.Ileana tidak mengetahui tujuan Davie. Setelah sholat subuh, Davie berdalih ingin bersepeda di sekitar perumahan sebelum berangkat kerja.Sudah hampir 15 menit Davie memutari perumahan, namun belum menemukan rumah Braga. Karena merasa putus asa dan sudah lelah, Davie berniat untuk kembali ke rumah."Hhh! Mending pulang aja deh. Besok dilanjut lagi," gumamnya pelan sambil memutar arah sepedanya.Setelah sepeda sudah berputar arah, di sebelah kanan, ada seorang pria yang baru saja keluar dari dalam rumah sambil memegangi pipinya yang terlihat memar. Davie menoleh ke arah pria itu tanpa disengaja. Senyum seringai pun muncul di sudut bibirnya."Oh, ternyata dia baru keluar." Davie
Davie terlihat sibuk menyiapkan beberapa berkas penting di atas meja ruang rapat. Ia baru saja selesai rapat dengan staf kantor, membahas sebuah rancangan baru untuk kemajuan perusahaan. Beberapa hal penting dari hasil rapat pun sudah ditulis oleh sekretarisnya. Davie membaca catatan itu setelah rapat berakhir dan semua staf sudah keluar dari ruang rapat.Berkas penting tadi, Davie bawa keluar ruangan. Saat dirinya hendak melangkah menuju ruang kerjanya, tiba-tiba saja ia bersenggolan dengan seseorang, sampai membuat berkas itu berjatuhan di lantai. Padahal Davie sudah menyusunnya dengan rapi. Kini, ia harus menyusun ulang semua berkas itu sesuai dengan urutan sebelumnya."Aduh, maaf ya, Mas. Aku nggak sengaja."Davie menatap seseorang yang sedang berbicara padanya. Ternyata orang yang bersenggolan dengannya adalah Ileana. Seketika rasa kesal itu berubah menjadi senang. Bertemu dengan istri di saat jam kerja membuat Davie semakin bersemangat. Inilah enaknya jika kita berada di satu ka
"Itu dia orangnya, Pak!"Davie dan Ileana kompak menatap ke arah pintu yang dibuka secara paksa. Braga datang bersama dua orang polisi dan satu pria lainnya yang berpakaian rapi seperti orang penting.Davie berdiri dan langsung melindungi sang istri yang tampak ketakutan. "Ada apa ini? Apa kalian nggak diajarkan sopan santun saat bertamu?" tanya Davie diiringi sindiran."Alah! Nggak usah banyak cerita!" teriak Braga. "Tangkap aja nih orang, Pak! Dia yang nonjok saya! Dia juga ancam saya tadi!"Ileana mengernyit heran sambil menatap suaminya yang berdiri di depannya. Ia pun berbisik pelan, "Mas, emang bener gitu? Kamu nonjok dia?""Iya, Sayang," jawab Davie jujur tanpa menoleh ke belakang."Ya ampun, Mas. Kenapa ditonjok?""Nggak apa-apa, Sayang. Kamu nggak usah takut. Yang salah dia, bukan kita," ujar Davie tetap tenang di tempatnya.Braga menatap ke arah dua polisi yang ada di belakangnya. "Tunggu apa lagi, Pak? Tangkap dia!"Salah satu polisi mengangguk lalu menghampiri Davie. Polis
"Silahkan masuk, Pak."Davie membuka pintu rumah sambil mempersilahkan dua pria berseragam biasa itu masuk ke dalam rumah. "Kamar saya ada di lantai dua," lanjut Davie."Bisa tunjukkan kamarnya, Pak?""Bisa, Pak. Ayo," ajak Davie.Davie berjalan lebih dulu bersama Ileana, sedangkan dua polisi itu mengikuti dari belakang. Setelah pintu kamar dibuka, dua polisi itu masuk terlebih dulu, disusul Davie dan Ileana.Ileana bergegas menunjukkan jendela yang sengaja dipecahkan oleh Braga. Salah satu polisi mengambil potret untuk barang bukti. Selain itu, kedua polisi itu melihat ke arah luar jendela. Di bawah, ada satu benda tumpul yang mungkin tertinggal di sana. Dan sebuah tangga kayu yang masih berdiri di dekat jendela kamar."Boleh kami periksa bagian luar?""Boleh, Pak."Davie membiarkan kedua polisi itu keluar terlebih dulu. Ia sudah memikirkan rencana lain jika memang kedua polisi itu tidak percaya pada kesaksiannya. Rekaman cctv akan menjadi cara terakhir untuk membuktikan semuanya. Ia
Di kantor polisi, Braga masih berdebat dengan para penyidik. Ia tetap berpendirian teguh bahwa dirinya tidak melakukan apapun pada Ileana. Bahkan ia menyatakan rekaman cctv itu hanya rekayasa. Tidak mungkin ia melakukan hal seperti itu pada istri orang.Tapi para penyidik lebih percaya pada rekaman itu karena sudah dilakukan pemeriksaan sebelumnya. Mereka tetap memaksa Braga untuk mengakui semuanya. Bahkan mereka mengancam akan memasukkan Braga ke penjara jika dia tidak mengakuinya dan meminta maaf pada Ileana dan Davie."Braga, akui aja. Kalau kayak gini, kamu mempersulit dirimu sendiri," ucap Heri selaku pengacara Braga."Aku nggak ngelakuin itu, Pak!" Braga tetap berkilah, meski sudah dipaksa berulang kali. "Emangnya aku cowok murahan? Nggak mungkin aku sentuh istri orang," lanjutnya."Gimana nggak mungkin? Di rekaman itu jelas-jelas kamu sentuh dia, Braga. Jangan buat malu saya ya. Saya udah tunda ketemu sama calon klien baru demi bantu kamu. Tapi nyatanya, kamu malah bohong. Saya