Beranda / CEO / Dikejar Cinta CEO Preman / Bab 15. Tentang Cinta tulus

Share

Bab 15. Tentang Cinta tulus

Penulis: Ida Andriani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-02 21:04:31

"Jadi Kakak ngizinin aku ikut?"

Andi menggangguk. "Tentu saja aku ngizinin, Ra. Asal kamu hati-hati di sana ya karena sepertinya aku tidak bisa mengantarmu apalagi nemenin kamu, karena-"

"Tidak apa-apa, Kak. Kakak fokus aja pada pekerjaan Kakak. Insya Allah aku di sana baik-baik saja lagi pula banyak orang kan?"

"Ya kalau begitu syukur deh, pesanku hanya satu hati-hati dan jaga hati," ujar Andi menatap Zahra dengan senyuman tipis penuh arti.

Zahra sendiri hanya tersenyum tipis karena saat ini setelah pertemuannya dengan Erlangga hari itu Zahra dan Erlangga sudah tak pernah bertemu lagi. Untuk itu, membuat hati Zahra tidak terlalu mengingat Erlangga dan lebih fokus pada hubungannya dengan Andi. Andi sendiri hanya berhubungan dengan Jimmy sekretaris dari Erlangga ketika perusahaannya harus menghubungi Elang Group.

"Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu ya, Kak." Zahra hendak beranjak dari duduknya.

"Kamu ke sini jauh-jauh hanya ingin meminta izin itu, Ra?" ujar Andi menghentikan l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dikejar Cinta CEO Preman   Bab 16. Keceplosan

    "Apa yang harus ku lakukan sekarang? Perusahaan sudah sangat membutuhkan dana tambahan. Aku pun tidak mungkin mendapatkan pinjaman dalam waktu cepat." Andi mondar-mandir ke kanan dan kiri memikirkan jalan keluar dari masalahnya. "Apa aku minta bantuan ayah Malik? Mungkin saja Ayah bisa membantuku, setidaknya dia punya teman yang bisa membantuku keluar dari masalah ini." Andi pun segera mengambil handphonenya untuk menghubungi Malik. ****"Dia akan pergi tour ke Bandung?" "Iya, Pak Er. Saya pikir anda bisa memanfaatkan waktu itu untuk mendekatinya kembali," ujar Jimmy. "Tanpa harus melanjutkan rencana untuk perusahaan Pak Andi." Jimmy menatap Erlangga dengan penuh harap agar Erlangga tidak melanjutkan rencananya untuk menghancurkan perusahaan Andi. Erlangga menarik nafasnya karena mengerti maksud dari Jimmy. "Saya akan pergi ke Bandung. Tapi ... rencana itu tetap berjalan," ucapnya kekeh pada pendiriannya. Jimmy lagi-lagi hanya bisa menarik nafasnya karena masih belum bisa menyada

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-04
  • Dikejar Cinta CEO Preman   Bab 17. Apa dia mengikuti ku?

    "Apa aku pernah menceritakan Pak Erlangga pada Ayah? Tapi aku tidak ingat Ayah," lanjut Andi lagi masih bingung karena Malik seperti sudah Erlangga. 'Apa mungkin dulu mereka sudah begitu dekat? Sampai Ayah pun sudah mengenal Erlangga? Tapi kenapa mereka bisa berpisah ya?' Andi masih terus bergelut dengan pikirannya. "Mungkinkah Zahra pernah memberitahukan hal itu, Nak Andi?" Andi kembali menatap Malik. "Iya Ayah, tapi Zahra bilang mereka sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi." "Nah, itu benar dan kamu tidak perlu khawatir tentang itu bukan? Itu semuanya masa lalu dan kini kamulah calon menantu ayah," ujar Malik meyakinkan Andi untuk tidak memikirkan hubungan Zahra dengan Erlangga dulu. Walaupun baik Zahra maupun Malik sudah mengatakan jika hubungannya dengan Erlangga sudah berakhir. Akan tetapi, entah kenapa Andi merasa jika Erlangga masih menyukai atau bahkan mencintai Zahra. Karena hati tak pernah bisa berbohong akan keadaan. ******"Ra, jangan lupa nanti kabarin aku jika s

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Dikejar Cinta CEO Preman   Bab 18. Bersamamu

    Suara kericuhan dari luar ruangan tempat Zahra menginap terdengar begitu kencang karena kabetulan di tempat itu sangat dekat dengan sirkuit yang tidak terlalu besar. Membuat para mahasiswi pun keluar dari kamarnya termasuk Zahra. Mereka pun malah semakin bersorak ramai ketika mereka melihat pertandingan balap motor antar mahasiswa. "Galang, Galang, Galang," teriak para gadis menyemangati Galang, teman campus Zahra. Zahra dan Sinta saling lirik menelisik para pembalap yang kini tengah melajukan motor mereka dengan sangat serius. Mereka tidak mengenali siapa saja para pembalap itu karena tertutup help. Yang mereka tahu hanyalah teman-teman dari campus mereka dari salah satu pembalap itu. "Siapa sih mereka, Ra? Kerren banget ya, apalagi yang pakai motor hitam itu. Wuiiih kerreen," ucap Sinta menakjubi aksi dari salah satu pembalap. Zahra tak menyahuti ucapan Sinta. Zahra terus menatap lurus dan sarius pembalap itu satu persatu dan pandangannya jatuh pada pembalap yang di maksud Sinta.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Dikejar Cinta CEO Preman   Bab 19. Aku merindukanmu

    "Satu ...." "Dua ...." "Tiga ...." Galang dan pria yang menantang itu saling salib saling adu kebolehan. Berkali-kali Galang memimpin. Lalu pria itu kembali menyalib Galang dan berhasil memimpin jauh dari Galang. Sampai di tengah-tengah putaran, pria itu menghentikan aksinya dan menghadang Galang. "Hanya ini kemampuanmu?" ejek pria itu. "Aku akan kasih kamu motor ini, asal kamu bisa memberikan alasan yang tepat saat aku mengalahkan mu," ucapnya lagi. Galang lagi-lagi menatap pria itu dengan bingung. Bagaimana tidak, penawaran yang dia berikan benar-benar membingungkan. Galang pun menoleh pada arah tatapan pria itu dan baru Galang sadari jika tujuan pria itu memang Zahra. "Abang sungguh tidak akan menyakitinya, kan?" Pria itu tersenyum smirk dalam helmnya. "Aku mencintainya, mana mungkin aku menyakitinya." Galang sangat terkejut dengan penuturan pria itu. "Apa Abang sudah mengenal lama, Zahra?" Pria itu menoleh pada Galang yang kini tengah sama melaju pelan. "Dulu kita dekat,

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Dikejar Cinta CEO Preman   Bab 20. Mata-mata

    "Ra, kita tunggu kamu di sana ya." Sinta dan Galang pun beranjak untuk memisahkan diri dari Zahra dan Erlangga karena mereka tahu jika Zahra dan Erlangga butuh waktu berdua. "Zahra masih menunduk dan tak mengatakan apapun selain terdiam tak bergeming. Setelah kepergian teman Zahra, Erlangga pun mendekatkan tangannya pada tangan Zahra sedikit meraba namun ragu. Ragu karena takut Zahra malah marah. Akan tetapi, Zahra tak menepis tangan Erlangga yang ingin sudah menggenggam tanggannya. "Ra, aku rindu kamu. Rindu sekali." Erlangga mengelus dan menggenggam tangan Zahra dengan mata memejam mencurahkan rasa rindunya yang sudah menggunung pada Zahra dengan hanya menyentuh tangannya. Zahra pun akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap Erlangga dengan mata berembun. Kini wajah tampan yang dirindukan itu terlihat jelas. Dulu Erlangga memang tampan walau penampilan urakan. Kini, wajah tampan itu di sertai dengan keeleganan serta aura khas seorang pemimpin. Entah harus bahagia atau tidak Zahra

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25
  • Dikejar Cinta CEO Preman   Bab 21. Kabar tak enak

    "Kamu lah! Kalau sampai Kak Andi tahu itu berarti kamu yang membocorkannya." "Kamu juga kan? Yeeh dasar." "Enggak mungkin lah aku membocorkan rahasia temanku sendiri apalagi ini menyangkut hidup dan mati nya Zahra." "Hey, aku pun sahabatnya Zahra ya. Lagi pula apaan antara hidup dan mati memangnya jurang? Huuuh.""Ck, dasar Lola!" omel Sinta, "gini ya, sekarang itu kan Kak Andi adalah calon suaminya Zahra? Nah kalau sampai dia tahu jika ternyata calon istrinya itu malah bertemu dengan mantan kekasihnya bahkan sampai pelukan, bagaimana perasaannya coba?" "Sakit," sahut Galang."Nah, itu. Tapi, aku kasihan sama si Abang itu. Mau nggak ya dia sama aku?" ucapnya tak serius. "Ngarep saja kamu, apa kamu tuli? Tadi si Abang itu bicara apa? Tidak mau jatuh cinta lagi sama wanita lain, bukan?" "Eh iya, juga ya. Tapi, siapa tahu kalau sama aku mau," ujar Sinta terkekeh. "Ah serah kamu sajalah! Aku mau menonton drama romance lagi," ujar Galang kembali menatap dengan tak berkedip Erlangga

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25
  • Dikejar Cinta CEO Preman   Bab 22. Berkhianat

    Zahra minta izin pulang duluan karena Andi masuk rumah sakit. Papa mertuanya yang menghubungi Zahra itu adalah mengabarkan jika Andi masuk rumah sakit karena shok banyak demo di perusahaannya. Zahra tentu saja tak mungkin mengabaikan Andi, karena Andi sendiri begitu perhatian saat dirinya sakit. Erlangga langsung menghubungi Jimmy dan baru merasa menyesal dengan apa yang dilakukannya pada Andi setelah Andi masuk rumah sakit. Zahra pulang ke Jakarta di antar supir Erlangga. Karena Erlangga pun tidak ingin jika bertemunya dengan Zahra akan menimbulkan keributan lain. "Apa yang terjadi, Jim?" Jimmy menatap Erlangga sedikit mengejek. "Apa? Bukankah ini yang Anda mau?" "Tapi aku tidak menyuruhmu untuk membuatnya masuk rumah sakit, Jim!" sentak Erlangga dan menarik kerah kemeja Jimmy. "Ya, itu memang benar, tapi apa Anda tahu jika ternyata apa yang anda lakukan padanya membuatnya shok dan masuk rumah sakit?" Erlangga menggusar rambutnya sangat menyesal tak mendengarkan ucapan Jimmy. B

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Dikejar Cinta CEO Preman   Bab 23. Kambing hitam

    "Pulang ya! Kamu istirahat dulu!" "Apa Kakak tidak mau aku di sini?" Zahra sedikit kesal karena Andi terus saja menyuruhnya untuk pulang. "Ya, Aku tidak mau kamu di sini dalam keadaan lelah menungguku. Kamu pun butuh istirahat, Ra. Aku sudah baik-baik saja apalagi obat ku kini sudah datang," ucapnya lagi dengan sedikit menggoda Zahra. "Pulang lah dulu cintaku, nanti sore kamu bisa kesini lagi membawa obat herbal yang ampuh untukku lagi," godanya lagi membuat Zahra kini merona malu karena Andi terus saja menggodanya. "Ra, pulanglah dulu. Biar Ayah yang nunggu di sini. Nanti setelah kamu istirahat kamu bisa tertarik lagi ke sini sore. Kamu pasti capek kan?" timpal Santosa, ayah dari Andi itu. "Ayah kamu juga nanti ke sini nemenin ayah. Jadi sebaiknya kamu istirahat dulu ya!" "Baiklah Ayah, Zahra pulang dulu nanti sore ke sini lagi." Zahra menoleh pada Andi. "Cepatlah sembuh! Karena aku tidak suka melihat pria yang terbaring rumah di rumah sakit," ucapnya menyindir tak terius Andi.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27

Bab terbaru

  • Dikejar Cinta CEO Preman   Bab 42. Akhir Cerita

    Tujuh bulan kemudian ... "Aaaakh! Sakit, Kak!" Zahra memegang erat tangan Erlangga saat kontraksi itu menyerangnya. "Dokter, lakukan sesuatu untuk istriku! Atau aku akan menghancurkan rumah sakit ini!" geram Erlangga karena tak tega melihat melihat istrinya kesakitan. "Er, tenang. Ini memang proses persalinan. Semua wanita merasakannya," Sarah berusaha menenangkan menantunya. "Buatlah Zahra nyaman dan tetap tenang." Zahra pun mengapit wajah Erlangga. "Kak, aku tidak apa-apa. Aku bisa tahan ini." Erlangga pun berusaha untuk tenang dan melakukan apapun sesuai nasehat ibu mertuanya untuk menenangkan Zahra. "Sayang, jangan bikin mommy sakit ya. Daddy sayang kamu." Erlangga terus mengusap perut itu berusaha untuk tenang, walau Erlangga sebenarnya tak bisa karena Zahra terus meremas erat lengannya. "Ya Allah ... lancarkan persalinan istriku. Selamat kan lah anak dan istriku." Zahra semakin kesakitan. Dokter pun mengatakan jika pembukaannya sudah lengkap. Zahra sudah mulai mengejan. Er

  • Dikejar Cinta CEO Preman   41. Semua bahagia

    Tiga bulan kemudian ... "Undangan pernikahan." Zahra mengambil kertas undangan yang ada di atas meja. "Elsa dan Jimmy, apaaa?" Zahra membekap mulutnya tak percaya undangan pernikahan itu dari sahabatnya dengan pria yang katanya adalah pria paling rese yang Elsa bilang. Erlangga baru keluar dari kamar mandi. "Ada apa, sayang? Kenapa kamu teriak sih?" "Kak ini undangan pernikahan namanya benar?" Erlangga mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" Zahra membuang napasnya. "Elsa bilang Kak Jimmy adalah pria paling rese yang pernah ditemuinya. Masa tiba-tiba ada undangan pernikahan?" Erlangga terdiam sejenak lalu tertawa renyah. "He he, namanya juga manusia." Zahra mengerucutkan bibirnya mendengar sahutan Erlangga. "Malah tertawa." Erlangga yang hendak menuju tempat ganti baju pun berhenti melaju. "Terus aku harus bagaimana, sayang?" "Terserah deh, aku mau telpon Elsa dulu. Memastikan undangan ini benar atau tidak." Erlangga menggaruk pipinya yang tak gatal. "Huuh, dasar wanita." ***"

  • Dikejar Cinta CEO Preman   40. Bertemu lagi

    "Apa-apaan, Pak Er? Saat ini kita tidak sedang kekurangan karyawan, Pak. Bagaimana mungkin saya harus menerima karyawan baru."Jimmy tidak mengerti mengapa sang bos menyuruhnya menerima karyawan baru. Padahal jelas-jelas kantornya tidak tengah kekurangan karyawan. Jimmy semakin tidak mengerti pada jalan pikiran Erlangga yang sudah terlihat begitu bucin. "Itu permintaan isteriku, Jim. Kamu atur aja pokoknya ya!" titah Erlangga dengan kembali mengirim pesan pada sang istri yang baru saja ditinggalkan olehnya beberapa menit lalu. "Pokoknya terserah kamu mau di tempat kan di mana." Jimmy mengusap leher belakangnya karena bingung. "Iya tapi dia kerja bagian apaaaa? Enggak ada lowongan, Pak Er. Masa jadi asisten pribadi saya?" Erlangga menoleh pada Nino, lalu menyipitkan matanya berpikir sejenak. "Boleh," ucap Erlangga, "mau jadi asisten pribadi kamu mau jadi istri kamu, terserah deh pokoknya. Yang penting dia bisa bekerja, oke! Saya pulang lagi karena masih masa bulan madu, he he." Jim

  • Dikejar Cinta CEO Preman   39. Masih pengantin baru

    "Ooh, iya, Sa. Nanti aku coba bicarakan pada suamiku ya. Semoga aja ada lowongan pekerjaan buat kamu." Zahra menutup telponnya dengan perasaan iba pada sahabatnya. Erlangga baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk sepinggang. Zahra dengan refleks menutup matanya agar tidak melihat dada bidang yang selalu dikaguminya. Al pun melihatnya, Erlangga malah semakin mendekati Zahra dengan sengaja. "Iih, Kak. Sono, aaaakkkkhh!" Zahra mendorong tubuh Erlangga agar menjauh darinya. "Kamu kenapa sih, Ra? Sok-sokan enggak mau sama dada bidangku." Erlangga kembali mendekati Zahra dengan seringai jahil. "Jangan mesum, Kak!" Zahra mendorong lagi tubuh Erlangga namun, bukannya tubuh Erlangga yang menjauh, melainkan handuk Erlangga yang melorot akibat dorongan Zahra."Huwaaaaaa, Kak Er mesum!" Zahra menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Erlangga tertawa terbahak karena geli melihat tingkah istrinya yang polos. Erlangga pun segera menuju ruang ganti. Zahra sendiri masih menu

  • Dikejar Cinta CEO Preman   38. Ingin punya anak

    "Loh, kok sudah pulang?" Yudistira terkejut karena Erlangga dan Zahra kini sudah berada di teras rumahnya. "Baru juga satu Minggu, Er?" Erlangga menarik napasnya. "Tenang aja, Pah. Satu Minggu juga jadi kok itu cucu Papah," ucap Erlangga dengan tidak ada wibawanya sebagai CEO PREMAN. Zahra sendiri hanya meremas jari-jari tangannya sedikit takut jika sang papa mertua marah padanya. "Papah ... ini karena Zahra minta pulang," kata Zahra tak ingin membuat sang Papa mertua khawatir.Yudistira menoleh pada Zahra lalu menatapnya sejenak. "Apa Er tidak membahagiakanmu, Ra?" Erlangga terbelalak. "Apa maksudnya? Mana ada aku tidak membahagiakannya, Pah? Zahra minta pulang karena rindu pada orang tuanya." Zahra mengerucutkan keningnya. "Bukannya Kak Erlangga yang mengajakku pulang karena cemburu pada bule itu?" Yudistira menoleh dan menatap Erlangga dengan tatapan tak suka. "Sudah Papah duga. Kamu biang keroknya, Er." Yudistira menarik tangan Zahra ke dalam rumah. "Kalau begitu kamu ikut Pa

  • Dikejar Cinta CEO Preman   37. Gara-gara dada bidang

    "Kamu? Ngapain ke sini?" sentak Jimmy saat melihat Dinda kini berada di ruangannya. "Iiih, jangan galak-galak napa? Aku ke sini kan dengan niat baik." Dinda duduk di sofa tamu ruangan Jimmy tanpa menunggu Jimmy menyuruhnya duduk. "Eh eh eh, siapa yang nyuruh kamu duduk?" Jimmy beranjak dari duduknya menghampiri Dinda yang kini sudah duduk di sofa tamunya. "Kagak ada yang nyuruh." "Nah, itu tahu. Terus kenapa kamu malah duduk?" Dinda menatap Jimmy dengan menyipitkan matanya. "Aku itu bingung harus nagnggap kamu itu baik atau tidak? Dibilang tidak baik, kamu sudah membantuku. Tapi, aku bilang baik juga bingung kamu marah-marah terus," ucapnya dengan mengeluarkan lembaran uang dari dompetnya. "Ini ... aku ke sini mau mengembalikan uang yang kamu pakai untuk membiayai pengobatanku hari itu. Lunas, ya! Jangan sampai di tengah jalan kamu nagih! Aku pamit, sekali lagi terima kasih." Dinda beranjak dan pamit kembali pada Jimmy setelah menyimpan lembaran uang di meja tamu Jimmy. Jimmy pu

  • Dikejar Cinta CEO Preman   36. Pemilik hati yang sesungguhnya

    "Ini kita mau ke mana, Kak?" Erlangga tak menjawab pertanyaan Zahra dan terus menuntunnya karena mata Zahra diminta untuk ditutup. Walau merasa sedikit cemas, Zahra terus berusaha mengikuti tarikan tangan dari Erlangga. Hingga sampai di tempat tujuan, Erlangga mendudukkan Zahra di kursi. "Tunggu! Kok tempatnya sejuk gini sih, Kak? Kakak enggak aneh-aneh kan? Jangan bilang kalau Kakak mau menceburkan aku ke kolam?" Erlangga tak tahan untuk menahan tawanya akibat sangkaan Zahra. "Hhhmmff, kamu ini suudzon terus sih?" Erangga membuka tali penutup mata Zahra dengan perlahan. "Taraaaa." Mata Zahra mengerjakan menatap indahnya pemandangan dari atas bukit. "Wah ... Masya Allah, Kak. Ini indah banget," ucapnya begitu takjub. "Pemandangannya ya, yang indah. Bukan wajah Kakak," ralatnya lagi-lagi membuat Erlangga tertawa. "Ya ampun, istriku gemesin banget sih." Erlangga mencuil dagu Zahra. "Enggak ada bilang terimakasih, gitu?" Zahra memutar bola matanya. "Astaghfirullah, ini tuh ngasih s

  • Dikejar Cinta CEO Preman   35. Cemburu

    "Waaah ... Kak, ini indah banget," ucap Zahra saat Erlangga memberikan satu tangkai bunga bawar. "Tentu aja wajahku memang indah," celetuk Erlangga asal. Zahra menarik senyuman dari bibirnya. "Apaan sih, Kak? Orang aku bilang bunganya juga yang indah," tepis Zahra dengan bibir mengerut. "Sejak kapan sih Kak Er itu jadi penggombal ulung?" "Jangan digituin mulutnya nanti ku cium," ujar Eerlangga mencuil bibir Zahra. "Jadi wajahku enggak indah, Ra?" Zahra mendelikkan matanya. "Ck, Kak ... wajah Kakak tentu saja indah. Tapi, ini bukan saatnya aku memuji wajah Kakak. Nanti aja puji wajah Kakak mah. Sekarang aku muji dulu ini bunga, ok." Erlangga tersenyum sedikit menyeringai. "Nanti itu saat kapan sih, Ra?" godanya, "apa ada waktu tertentu untuk memuji wajahku?" Zahra memutar bola matanya dan sedikit menghembuskan napas. "Kak, tolong ya jangan mesum terus. Aku ingin menikmati taman ini sekarang, nanti aja mau mesum-mesuman mah!" Alih-alih marah, Erlangga malah semakin tertawa mendeng

  • Dikejar Cinta CEO Preman   34. Surga dunia

    "Aw." Zahra memegang bagian kewanitaannya.Erlangga segera menghampiri Zahra yang memang sudah bangun duluan. "Kenapa, Za?" Zahra hanya menatap Erlangga, merasa malu jika mengatakan bagian kewanitaannya sakit. "Eh, enggak apa-apa, Kak." Zahra mencoba berjalan dengan sedikit tertatih. Erlangga mengerutkan keningnya, lalu langsung menggendong Zahra setelah menyadari apa yang membuat sang istri jalan tertatih. "Kenapa enggak bilang kalau masih sakit, Hem?" Zahra terkejut. "Huwaa, Kak Er, turunin!" Erlangga tak menghiraukan ocehan Zahra dan terus menggendong Zahra. "Diam, Ra. Nanti kamu jatuh.""Turunin," rengek Zahra, "aku masih bisa berjalan. "Tapi tertatih," sahut Erlangga dengan sedikit tertawa, membuat Zahra menunduk malu. "Maaf, sayang. Itu karena ulahku, kan? He he." Erlangga terus menggendong Zahra sampai tiba di kamar mandi. Erlangga menurunkan Zahra dengan begitu hati-hati. Kali ini Zahra hanya pasrah dan tidak berontak lagi. Erlangga sampai menyiapkan air hangat untuk san

DMCA.com Protection Status