Home / Rumah Tangga / Dijual Ibu Mertua Karena Mandul / Bab 6. Firasat Seorang Ibu

Share

Bab 6. Firasat Seorang Ibu

Author: Nuraselina
last update Last Updated: 2024-12-17 13:03:37

“Lama sekali, cepatlah. Seperti tidak pernah melakukan itu saja. Tidak usah manja,” ucap Edna sinis pada menantunya.

  Lula mengangguk tanpa ekspresi. Ia berusaha menerka apa yang membuat Ibu mertua tega melakukan hal keji ini padanya. Dalam diam Lula mengikuti langkah Edna dari belakang dan masuk ke dalam mobil. Tubuhnya terlihat kaku dan takut karena Edna tak juga menunjukkan sikap lembutnya.

  “M-mi, kalau aku ada salah aku minta maaf,” lirihnya berusaha membuka pembicaraan.

  “Hmm." Edna masih acuh dan hanya berdeham untuk membalas ucapan Lula.

  Lula menelan kepahitan hidup, tanpa sadar air matanya menetes dan berusaha membuang pandangannya ke luar jendela. Mati-matian Lula menahan sesak di hati meski terasa sangat sulit.

  Perjalanan kembali hening, tak ada satupun dari mereka yang membuka suaranya. Begitu sampai Edna langsung masuk ke kamar dan mengisitirahatkan diri dengan nyaman. Namun tidak dengan Lula yang kini sedang meringkuk di samping kasur sambil menangis. Ia membiarkan tubuhnya tergeletak di lantai yang dingin sambil menangis. Bayang-bayang pemaksaan yang pria asing itu lakukan membuatnya tak kuasa menahan tangis.

  "Mas… Mas Arhan….” lirihnya bersimbah air mata sambil memeluk diri dengan erat.

  Lula sesegukan, napasnya tersengal seolah ada yang mencekik lehernya. Kelelahan yang dialami Lula pun akhirnya membuat wanita itu tertidur di lantai sampai pagi tanpa sempat membersihkan diri. Pagi-pagi sekali Edna masuk ke dalam kamar Lula, ia menendang kaki Lula sambil berkacak pinggang, menatap kesal pada menantunya.

  “Bangun! Dasar kampungan, sudah ada kasur malah tidur di lantai,” ucapnya sarkas tanpa menghentikan kaki yang terus menedangi tubuh Lula.

  Tidur Lula pun terusik, ia mengerjapkan mata dan terkejut dengan kehadiran Edna di kamarnya. Lula membenarkan posisinya, ia terduduk dan bersandar pada kasur, terlihat takut akan ekspresi Edna saat ini.

  “A-ada apa, Mi?” tanya Lula sambil bersikap siaga.

  Edna mengulurkan tangan hendak menarik tangan Lula, namun Lula yang sudah bersiaga langsung berdiri dan menampis tangan tersebut dengan keberanian yang ia paksakan. “M-mau apa, Mi?” tanya Lula dengan wajah pias, takut jika Edna memintanya melayani pria hidung belang lagi.

  “Sialan! Sudah berani ngelawan sekarang, hah?!" maki Edna membentak.

  Lula menggelengkan kepala dengan cepat, lalu perhatian mereka tersita pada ponsel Lula yang tengah berdering. Dengan tangan bergetar Lula meraih ponsel tersebut dan langsung mengangkat panggilan Arhan.

  “Kamu kenapa?,” tanya Arhan begitu panggilan video terhubung. Ia menatap heran pada ekspresi tegang Lula saat ini.

  "Nggakpapa, Mas,” balas Lula tergugup sambil mentap Edna yang tengah melototinya.

  Tatapan Edna nampak tajam, bahkan ia mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke udara untuk memperingati Lula. Lula mengangguk meski samar, lalu berusaha tersenyum pada Arhan yang ada di layar ponselnya.

  “Kamu baru bangun?” tanya Arhan karena melihat rambut berantakan Lula.

  Beruntungnya kemerahan di pipi sudah terlihat samar, Lula juga telah menutupi tanda merah di leher dengan rambut panjangnya.

  “Iya Mas. Maaf ya semalam nggak aku angkat. Aku sudah tidur,” balasnya sedikit berbohong.

  “Nggakpapa, aku juga cuma mau ngabarin kalau aku sudah sampai dengan selamat. Kamu jangan lupa sarapan, aku mau siap-siap ke pertemuan.” terlihat Arhan yang tengah sibuk mengenakan dasi dan jasnya.

  “Iya, kamu juga jangan sampai nggak sarapan ya,” balas Lula menahan air mata yang hendak keluar.

  “Hmm...." Arhan hanya berdeham, terlihat begitu acuh. .

  “Cepat pulang, Mas,” ucap Lula untuk menutupi ketakutannya, bersamaan dengan Arhan mematikan panggilannya. Sontak Lula menangis dengan tertunduk, membuat Edna bedecak sebal dan menggerutu.

  Lula mengangkat wajah, menatap wajah Edna dengan lekat. “Mi, kenapa Mami seperti ini ke Lula, Mi? Lula salah apa, Mi?” tanya lagi untuk kesekian kali.

  “Salah kamu karena kamu tidak bisa memberikanku keturunan!” balas Edna dengan penuh penekanan.

  Lula terperangah dengan ucapan Edna, matanya terkunci pada mata Edna dengan tubuh bergetar. Ia menggelengkan kepala, tak percaya dengan alasan yang Edna lontarkan. “J-jadi gara-gara itu Mami tega jual Lula ke pria semalam?” tanya Lula tak percaya.

  Lula menutup mulut dengan satu telapak tangannya, ia berdiri dan mengambil langkah maju untuk menghampiri ibu mertuanya. Edna menyeringai sambil bersedekap dada. “Kenapa? Nggak terima? Tahu kamu mandul aku nggak akan nerima kamu jadi menantuku,” ucap Edna lagi membuat hati dan pikiran Lula semakin hancur.

  “M-mandul? Mami bilang Lula mandul?” tanyanya dengan suara bergetar.

  “Ya! Kamu mandul, enak sekali kamu selama beberapa tahun ini menikmati harta kami. Sekarang saatnya kamu bayar apa yang sudah kamu nikmati, aku juga akan mencarikan Arhan wanita yang bisa memberikan keturunan,” balas Edna membuat dunia Lula hancur.

  Tubuh Lula membeku, pandangan matanya nampak kosong. Ia tersenyum getir ketika menerima takdir yang begitu menyakitkan. “Aku mandul? Aku mandul….” lirihnya tak percaya sambil tertawa sumbang.

  “Dasar gila, cepat turun! Siapkan sarapan dan bersihkan rumah ini, benar-benar menantu tak berguna!"

Related chapters

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 7. Jebakan Ibu Mertua

    "Cepatlah masuk," pinta Edna berusaha bersikap lembut untuk mengelabui Lula. Edna menarik paksa Lula hingga wanita itu memasuki mobilnya. Lula merasa panik, ia berusaha melarikan diri namun sikap Edna kembali mengecohnya. Wanita paruh baya itu bersikap lembut, tersenyum seperti biasa hingga Lula teringat tentang kebaikan mertuanya. "Tenanglah, apa yang kau takutkan, hem? Aku hanya ingin mengantarmu, apakah ada yang salah? Aku juga ingin bertemu dengan ibumu," ucap Edna dengan nada setenang mungkin. Lula mengerenyit heran, ia memperhatikan wajah Edna dengan seksama. "T-tapi, Mi. Mami serius mau ikut ke kampung juga?" tanya Lula memastikan. Namun sedetik kemudian kening Lula mengerenyit heran, merasa curiga pada niat Edna yang sebenarnya. 'Rasanya aku tidak percaya Mami mau ke kampung. Tidak mungkin juga Mami tidak membawa pakaian ganti, atau jangan-jangan....' batin Lula kembali cemas, namun sialnya sudah terlambat karena Edna telah menjalankan mobilnya. Wanita berambut pan

    Last Updated : 2024-12-18
  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 8. Ibu Mertuaku Seperti Iblis

    "Tempat apa ini?" tanya Lula seraya memperhatikan sekitar. Rumah yang ia tapaki terlihat begitu mewah. Barang-barang yang ada di dalamnya pun nampak memukau matanya. Namun sayangnya kemewahan itu tak membuat Lula senang. Ia bergidik ngeri saat beberapa pasang pria dan wanita melintasinya sambil bercium*n. "Aku rasa kau bukan wanita bodoh, seharusnya kau tahu ini tempat apa," balas Lucia sinis. Lula menelan air liurnya sendiri. Ia pun kini telah masuk ke dalam kamar yang terlihat begitu rapi, bersih dan elagan. Sprei putih juga dekorasi serba putih telihat begitu menenangkan layaknya desain hotel mewah. Lucia mengambil pakaian dari dalam lemari dan melemparnya pada Lula. "Pakai itu, setelahnya aku akan merias wajahmu. Sepuluh menit lagi aku akan kembali," perintah Lucia lalu keluar dari kamar Lula. Lula terperangah dengan gaun merah yang terlihat sangat minim. Gaun dengan lengan spageti, juga potongan rendah di bagian bawah membuat Lula enggan untuk memakainya. "Tidak,

    Last Updated : 2024-12-18
  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 9. Tuhan Berikan Penolong

    "Aku bukan pria bodoh sayang... Mana mungkin aku mempertaruhkan hidupku untuk melawan Stella. Yang aku butuhkan hanya kepuasan, dan kau harus memuaskanku sekarang juga," balas pria bertubuh tambun dengan seringai di wajahnya. Lula pikir pria itu mau membantu karena ekspresi yang dikeluarkannya. Namun nyatanya pemikiran itu salah, Lula kembali jatuh ke dalam lubang yang sama seperti semalam. Pria tambun itu memaksakan kehendaknya dan memperlakukan Lula seperti wanita-wanita lain yang ada di rumah itu. Lula berteriak, menjerit bahkan memukuli pria itu, namun bukan kebebasan yang ia dapatkan. Melainkan pukulan demi pukulan juga penyiksaan terhadap tubuhnya. "Tidak!...." teriak Lula frustasi. Pria tambun yang sudah terbakar gairah itu tak ingin menghentikan apa yang sudah ia mulai. Lula terus berteriak dan menangis ketika menerima sentuhannya. Pria itu langsung tersenyum puas dan keluar dari kamar begitu mendapatkan kepuasannya. Tapi tidak dengan Lula yang kini meringkuk di kasur

    Last Updated : 2025-01-08
  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 10. Bukan Aku Yang Mandul

    "Tidak berhasil, La." Frans kembali ke kamar dengan wajah lemas. Ia sudah bernegosiasi dengan Stella bahkan bersedia membeli Lula, namun wanita serakah itu tak memperbolehkannya. Lula hanya tersenyum getir, ia menunduk dan tak tahu harus bagaimana. Sedangkan Frans, pria itu mengelilingi kamar Lula, mencari sela untuk melarikan diri. Namun sayang, semua jendela dan pintu telah dikunci bahkan telah dipasang tralis besi. Lula bagai di dalam penjara mewah, membuat Frans bingung bagaimana cara mengeluarkan istri sahabatnya itu. "Percuma, Kak. Aku sudah melakukannya berulang kali. Tapi penjagaan di bawah sangat ketat," ucap Lula dengan senyum pahit. "Ibu mertuamu sangat keterlaluan, kalau begitu aku harus menghubungi polisi untuk membebaskanmu," balas Frans. Luka tertawa sumbang. "Percuma Kak, bahkan para petinggi kepolisian pun sering ke sini untuk kepuasan mereka. Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dengan laporanmu. Justru kau yang akan mendapatkan kekejaman dari Stella." Ke duan

    Last Updated : 2025-01-08
  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 11

    "Apa yang kau katakan?" tanya Arhan bingung.Arhan memundurkan langkah saat mendengar teriakan Lula. Keningnya mengerenyit heran seraya mencerna perkataan istrinya. Tangan yang sedari tadi terkepal akhirnya terbuka dengan pandangan yang sulit diartikan. Kesedihan di wajah Lula begitu sangat ketara hingga menggetarkan hati dan tubuh Arhan. "S-siapa yang bilang kau mandul? Siapa yang menyiksamu?" tanya Arhan dengan suara bergetar. Bersamaan dengan pertanyaan itu Edna masuk ke dalam ruangan Lula. Ia diberi kabar oleh Stella jika Lula telah dilarikan ke rumah sakit, namun tidak dengan kondisi Lula yang kini tengah berbadan dua. Edna meremas jari-jemarinya seraya memperhatikan wajah Arhan. Kemudian ia menatap Lula yang kini tengah menatapnya dengan penuh kebencian. Lula menghapus air matanya dengan kasar, mengulas senyum pahit saat melihat wajah Edna di hadapannya. "Mami yang menyiksaku, dia menjualku pada pria lain untuk memuaskan nafsu bejat mereka." tunjuk Lula pada Edna hingga

    Last Updated : 2025-01-28
  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 12

    "Keterlaluan kamu, La...." gumamnya seraya meremas rambut dengan frustasi, namun pria itu meneteskan mata sambil tersenyum getir. Arhan berdiri di depan pintu rumah, menatap Lula yang tersungkur di bawah hujan. Tubuh wanita itu gemetar, basah kuyup, dan terlihat begitu lemah. Namun tatapan dingin Arhan tetap tidak berubah. Ia tak berkata sepatah kata pun, hanya memandangi Lula dengan wajah tanpa ekspresi sebelum akhirnya berbalik masuk ke dalam rumah, membiarkan pintu tertutup rapat.Pernikahan yang tengah berlangsung pun dibatalkan. Keputusan itu diambil bukan karena belas kasih pada Lula, tetapi karena hati Arhan diliputi kekosongan dan keraguan yang terlalu besar untuk ia abaikan. Ia tak bisa melanjutkan apa yang sudah direncanakan oleh ibunya.Setelah acara pernikahan dibubarkan, Edna duduk di ruang tamu sendirian. Tangannya gemetar saat memegang sebuah amplop yang ia temukan di kamar pribadinya. Isinya adalah hasil pemeriksaan medis yang mengungkap bahwa Arhan adalah pihak yang

    Last Updated : 2025-01-28
  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 13

    "La!... Lula!" teriak Arhan. Arhan berlari mengejar mobil yang membawa Lula pergi. Hujan terus mengguyur tubuhnya, membuat langkahnya terasa berat, tapi ia tidak peduli. Ia memanggil nama Lula dengan suara penuh penyesalan, berharap wanita itu mau berhenti dan memberinya kesempatan untuk menjelaskan. "Lula! Tunggu! Tolong maafkan aku!" teriak Arhan dengan suara serak. Di dalam mobil, Lula menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang terus mengalir. Matanya terpaku pada spion, melihat sosok Arhan yang terus mengejarnya. Hatinya terasa remuk, tapi ia tetap diam. Frans melirik Lula dari kursi pengemudi, lalu kembali fokus pada jalan. Ia bisa merasakan luka di hati istri sahabatnya itu, tapi ia tahu Lula membutuhkan waktu dan jarak untuk memulihkan diri. "La, kamu yakin tidak ingin aku berhenti?" tanya Frans pelan, meski ia sudah tahu jawabannya. Lula menggeleng dengan lemah. "Tidak, Kak... Aku harus pergi dari sini. Jangan berhenti," jawabnya sambil menggenggam erat gamis pem

    Last Updated : 2025-01-28
  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 14

    Arhan mengernyit, mencoba mengenali sosok itu. Dalam kegelapan, wajah Frans perlahan terlihat, dengan tatapan tajam yang menusuknya. "Frans?" Arhan bertanya, suaranya serak dan penuh kebingungan. Frans melangkah mendekat, menatap Arhan dengan pandangan yang tak bisa ditebak. "Kau pikir kau pantas mendapatkan kesempatan kedua setelah semua yang kau lakukan padanya?" Arhan terdiam, tak bisa membalas. Namun, sebelum ia sempat mengatakan apa pun, Frans mendekat lagi, matanya menyipit tajam. “Kalau kau ingin menebus semua dosa-dosamu pada Lula,” Frans berhenti, nadanya semakin rendah namun mengancam, “kau harus siap kehilangan segalanya.” Arhan terpaku di tempatnya, tubuhnya menegang. Kata-kata Frans menggema di kepalanya. Frans menatap Arhan dengan dingin, seolah setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah pisau yang siap menusuk. Ia berdiri tegak di hadapan Arhan, matanya menatap pria itu dengan campuran kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam. “Kau benar-benar tak tahu apa-apa,

    Last Updated : 2025-01-28

Latest chapter

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 25

    Teriakan Lula terdengar sampai ke luar rumah, menarik perhatian beberapa tetangga yang sedang melintas. Ibu Lula segera masuk ke kamar dengan napas tersengal, menemukan putrinya berdiri gemetar, dengan tangan mencengkeram sisi ranjang. "Lula, Nak... tenang, Ibu di sini," ujar ibunya lembut, mencoba mendekati. Namun, Lula mundur ke sudut kamar, tubuhnya berguncang hebat. "Mereka semua jahat, Bu... mereka bicara di belakangku, mereka bilang aku lemah... aku... aku tidak butuh mereka!" Matanya penuh air mata, suaranya melengking penuh rasa sakit. Ayah Lula menyusul masuk, wajahnya tegang. "Apa yang terjadi, Bu?" tanyanya sambil menatap putrinya yang mulai tersedu-sedu. "Lula mendengar sesuatu, Pak... mungkin tentang gosip itu," jawab istrinya, suaranya bergetar. "Diam semua! Jangan mendekat!" Lula berteriak lagi, matanya liar memandang orang tuanya. Ia seperti terjebak dalam pikirannya sendiri, mengingat kembali kejadian-kejadian yang menghancurkan dirinya. Ayah Lula mengepalkan ta

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 24

    "Aku harus menemui Lula, aku nggak bisa kehilangan dia," racau Arhan sambil menatap punggung ayah mertuanya yang kian menjauh. Langkah Arhan terasa berat saat ia mengikuti ayah mertuanya yang berjalan cepat menuju kamar Lula. Tubuhnya terasa lemas, tidak hanya karena kelelahan fisik tetapi juga karena beban emosional yang terus menekan dadanya. Setiap langkah seolah menjadi pengingat atas kesalahan-kesalahan yang ia biarkan terjadi. Sesampainya di depan pintu kamar Lula, Arhan memberanikan diri untuk berbicara. "Pak, saya mohon… izinkan saya melihat Lula. Saya hanya ingin memastikan dia baik-baik saja," pintanya dengan suara parau, penuh harap. Namun, ayah Lula menatapnya dengan dingin, lalu menggeleng tegas. "Kamu nggak berhak menemui Lula. Cukup sudah. Jangan tambah beban hidupnya," ucapnya keras. Arhan menunduk, air mata mengalir di wajahnya. Ia tidak bisa melawan keputusan itu, hanya bisa berdiri terpaku di depan pintu. Saat pintu kamar tertutup, ia melangkah mundur, menatap

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 23

    "Pak, sebenarnya apa yang terjadi dengan Lula?" tanya ibu Lula sambil terisak. "Bapak juga nggak tahu, Bu. Semoga bukan hal buruk, semoga Lula hanya bermimpi," balasnya penuh harap, berharap keadaan putrinya tak seburuk yang ia pikirkan. Setelah perawat memberikan Lula obat penenang, suasana di ruang rawat perlahan kembali sunyi. Kedua orang tua Lula duduk di kursi dekat tempat tidur dengan wajah penuh kecemasan. Sang ibu terus menggenggam tangan anaknya yang terkulai lemah, sementara sang ayah hanya bisa mondar-mandir dengan ekspresi penuh ketegangan. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Berjam-jam mereka menunggu Lula sadarkan diri, perasaan khawatir semakin menghimpit dada. Hingga akhirnya, saat malam mulai larut, Lula perlahan membuka matanya. Tubuhnya yang lemah bergerak sedikit, dan air mata mulai mengalir di sudut matanya. "Lula... Nak, kamu sudah sadar?" tanya ibunya dengan suara penuh haru. Ia segera mendekat, menggenggam tangan putrinya. "Ibu... Bapak..." suara Lula be

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 22

    "Semua ini salahku. Ini semua salahku," racau Arhan sambil memukuli tembok. Tangisan Arhan pecah di depan ruang tindakan. Tubuhnya bergetar hebat, dan rasa bersalah mulai menyelimuti pikirannya. Ia teringat pada Lula, wajah istrinya yang ceria, suara lembutnya, dan setiap kenangan yang mereka bagi. Semua itu terasa seperti mimpi yang perlahan berubah menjadi mimpi buruk. Dokter yang tadi berbicara dengan Arhan segera masuk kembali ke ruang tindakan, sementara beberapa perawat yang membawa tandu keluar dari ruangan itu terlihat sibuk menuju koridor lain. Arhan terus memandangi pintu ruang tindakan, berharap ada keajaiban yang datang. Orang tua Lula pun hanya bisa diam, tak berani berkata banyak melihat kondisi Arhan yang semakin kacau. Tak lama, salah satu dokter keluar lagi dari ruang tindakan. Kali ini, ekspresi wajahnya terlihat sedikit lega meskipun tetap serius. "Pak, istri Anda selamat. Kami berhasil menghentikan pendarahannya, tetapi... maafkan kami. Kami tidak bisa menyelama

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 21

    "Dokter! Cepat bantu wanita ini! Cepat!" teriak Pak tua yang menolong Lula. Pria itu menggendong Lula dengan sisa tenaga yang ia miliki, meski dengan langkah tertatih. Beberapa petugas kesehatan pun mulai berlari ke arahnya, mengambil alih tubuh Lula. "Selamatkan dia, saya mohon," pinta Pak tua tak tega dengan nasib Lula. Lula terbaring lemah di ruang rumah sakit, tubuhnya dipenuhi luka-luka dan pendarahan yang cukup parah. Dokter yang memeriksa dengan cepat memberi tahu pria tua yang menolongnya, bahwa ada tulang lengan Lula yang patah. Selain itu, pendarahan yang terjadi sangat mengkhawatirkan, yang akhirnya mengonfirmasi bahwa janin di rahim Lula telah keguguran. "Apa? Separah itu?!" tanyanya Terkejut. "Ya, sepertinya dia terkena benturan keras. Kalau Anda bilang menemukannya di jalan, bisa saja dia tertabrak kendaraan yang melintas," balas Dokter dengan wajah serius. Pria tua itu meluruhkan pundaknya, menatap nanar pada ruang tindakan yang ada di hadapannya. "Anda bisa

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 20

    "Cepat periksa semua ruangan, kepung mereka agar tidak ada yang bisa melarikan diri!" teriak komandan polisi. Polisi sudah mulai menggeledah rumah itu. Mereka masuk ke setiap ruangan, membuka pintu-pintu tersembunyi, bahkan merekam segala aktivitas aneh yang ditemukan. Beberapa wanita tampak ketakutan, tapi tak ada jejak Lula. Arhan langsung mencari Stella, perempuan yang dulu mengelola tempat ini. Tentu ia tahu nama mucikari itu dari Frans yang telah menceritakan segalanya. Dia berdiri di ruang tamu dengan wajah santai seolah tak ada yang salah. “Stella!” Arhan mendekat dengan langkah cepat. “Di mana Lula?!” suaranya keras, penuh amarah. Stella hanya mengangkat bahu sambil tersenyum tipis. “Aku nggak tahu siapa yang kamu cari.” “Jangan pura-pura bodoh!” Arhan menunjuk wajahnya. “Kamu pasti tahu sesuatu! Katakan di mana dia!” Stella terkekeh pelan. “Serius. Sudah lama aku nggak urus bisnis kayak gini. Tempat ini udah bersih. Nggak ada yang namanya perdagangan perempuan lagi.”

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 19

    "Cepat bawa dia ke rumah sakit! Tunggu apa lagi?" seru Lula akhirnya dengan nada dingin. Arhan segera membawa tubuh ibunya yang tak sadarkan diri ke sofa. Wajahnya terlihat panik, sementara Lula hanya berdiri mematung seolah tak bersimpatik. Namun, naluri kemanusiaannya tak bisa ditahan lebih lama. Tanpa menunggu lebih lama, Arhan mengangkat tubuh Edna dan membawanya ke mobil. Lula mengikuti dengan langkah santai, meskipun hatinya masih penuh kebencian. Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, suasana di dalam mobil kembali dipenuhi ketegangan. Arhan fokus mengemudi dengan wajah penuh kecemasan, sesekali melirik ibunya yang terkulai lemah di kursi belakang. Sesampainya di rumah sakit, Arhan segera memanggil bantuan. Tim medis dengan sigap membawa Edna ke ruang gawat darurat, meninggalkan Arhan dan Lula menunggu di luar. Arhan terlihat mondar-mandir di koridor, wajahnya penuh kekhawatiran. "La," panggilnya pelan, menghentikan langkahnya. Lula menatapnya dengan ragu. "Apa?" "Ma

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 18

    "Apa syaratnya, La?" tanya Arhan lagi. “Aku tidak mau bertemu dengan Edna. Aku tak ingin melihat wajahnya lagi.” Bahkan Lula sudah enggan memanggil wanita itu dengan panggilan Ibu. Arhan terdiam mendengar permintaan itu. Ia tahu betul perasaan Lula. Edna, ibunya, adalah orang yang selama ini menipu dan menghancurkan hidup Lula. Bahkan, wanita itu adalah orang yang tega menjualnya, mempermainkan perasaan dan hidupnya demi keuntungan pribadi. Lula menatap Arhan dengan tatapan yang penuh kebencian, meskipun di dalam dirinya ada perasaan yang tak bisa ia ungkapkan. “Jangan bawa aku berdekatan dengan wanita itu. Aku tak bisa melihatnya. Aku benci dia.” Arhan menghela napas panjang. Hatinya terasa terjepit di antara dua pilihan yang tak mudah. Di satu sisi, Edna adalah ibunya, wanita yang sudah melahirkannya, meski perbuatannya tak terampuni. Namun, di sisi lain, Lula adalah istrinya, orang yang begitu ia cintai, dan ia tahu betul betapa dalam luka yang ditinggalkan oleh Edna di hati L

  • Dijual Ibu Mertua Karena Mandul   Bab 17

    "La, a-aku...." ucapnya terbata kerena tak tega dengan nasib istrinya saat ini. Arhan melangkah mendekat, langkahnya ragu-ragu namun dipenuhi harapan. Matanya tak lepas dari sosok Lula yang berdiri diam di ambang pintu kamar. Ketika jaraknya cukup dekat, ia mengulurkan tangannya, mencoba meraih tangan wanita itu. Namun, Lula dengan lembut menepis uluran tangannya. Bukan dengan kasar, melainkan seperti seseorang yang tak ingin terhubung kembali dengan masa lalu. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia berbalik dan berjalan lebih dulu menuju sofa, meninggalkan Arhan terpaku. Lula duduk dengan tenang, tangannya terlipat di pangkuan. Matanya menatap lurus ke depan, dingin dan datar. Meski hatinya terasa seperti diiris, tak ada air mata yang keluar. Ia sudah terlalu lama menangis hingga kini semua itu terasa percuma. Arhan mengikutinya, berdiri di hadapannya dengan wajah penuh penyesalan. Ia menghela napas, mencoba mengumpulkan keberanian untuk bicara. “La,” panggilnya, suaranya berat dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status