Waktu berjalan dengan cepat hari berganti dengan meninggalkan kenangan yang terukir di hari sebelumnya. Tidak henti-hentinya Jihan bersyukur atas apa yang ia dapatkan saat ini, impiannya telah tercapai. Kini saatnya untuk membenahi diri bertemu dengan sang ayah yang tinggal di ibu kota. Walau harapan itu sepertinya jauh dari kenyataan mengingat kemarahan sang ayah pada waktu itu. Tetapi Jihan tidak begitu saja menyerah jika sudah waktunya ia akan kembali mengambil yang seharusnya menjadi miliknya terutama kasih sayang sang ayah."Assalamualaikum,""Wa'alaikumsalam, ibu, sayang. Kejutan sekali!" Jihan menyambut ibu dan putranya yang datang walau hanya sebentar rumah makan miliknya."Mama, aku berangkat sekolah dulu. Tapi aku ingin Mama ikut dengan kami," rengek Veer, hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah taman kanak-kanak. Usianya yang kini menginjak empat tahun namun ucapannya seperti orang dewasa. Sangat tegas dan lembut hal itulah yang membuat Jihan merasa anaknya memiliki
"Melupakan wanita itu dan menikah dengan wanita pilihan Mama. Itu permintaan Mama.""Mama, tolong jangan paksa aku untuk melakukan hal itu. Aku tidak mungkin berhenti mencarinya, dia mengandung anakku. Itu artinya cucu Mama."Kenzie berusaha memberikan pengertian pada sang Mama, walau pada akhirnya perdebatan akan berlanjut. Tetapi Kenzie tidak ingin gegabah menerima tawaran dari wanita yang sangat ia sayangi. Namun rasa bersalah atas apa yang terjadi dengan wanita yang bermalam dengannya adalah wanita baik-baik Kenzie tersadar dari lamunannya saat suara sang Mama memecahkan keheningan."Mau sampai kapan, Ken? Apa kamu mau Mama menunggu sampai Mama mati? Mama mati karena menginginkan cucu dari kamu?""Mama, cukup. Jangan bicara begitu, aku sayang Mama. Tapi aku juga merasa bersalah padanya, dia bekerja di perusahaan ini mereka menghinanya karena hamil tanpa suami. Aku, adalah ayah dari anak yang ada dalam kandungannya ma, tolong pahami aku tentang ini.""Mama ingin kamu memiliki kehi
"Ayah, maksud mas Ivan itu. Mas Ivan ingin bicara sama ayah. Ada yang ingin di sampaikan mas Ivan pada ayah. Katanya ini sangat penting, aku harap ayah tidak memikirkan hal yang tidak seharusnya di pikirkan. Sekarang waktunya berbenah ayah, pikirkan yang akan di katakan oleh mas Ivan. Semua demi kita bukan untuk kamu pribadi." ujar Luna manja pada Ivan.Cakra memperhatikan putri tirinya yang begitu manja pada Ivan. Laki-laki yang seharusnya menjadi suami putri kandungnya, namun kesalahan yang di lakukan oleh putrinya berhasil membuat Ivan menikahi Luna. Kebenaran terlalu lama tersembunyi, lelah Cakra menunggu lelah ia mencoba untuk mencari tahu kejadian yang sebenarnya walau ada hal ganjil setalah kepergian putrinya. Sikap dan kekuasaan yang dinginkan istri dan putri tirinya adalah tanda tanya besar untuknya.Sebagai seorang ayah, Cakra menginginkan putrinya kembali kerumah. Ia akan meminta maaf padanya, atas apa yang ia lakukan telah melukai hatinya."Yah, begini, aku—" Ivan mengurung
Irina di buat kesal dengan jawaban Lina. Selama ini ia sudah berjuang untuk mendapatkan yang seharusnya menjadi milik putrinya. Walau yang ia lakukan memiliki resiko yang besar, tetapi sebagai seorang istri Irina memiliki hak atas harta suaminya yang bisa ia berikan pada putri tunggalnya."Kamu, anak yang tidak bisa di andalkan. Ivan bawa istrimu pergi dari hadapan Mama. Mama sudah pusing jangan bikin Mama semakin pusing!! Kamu pikir ayahmu bisa memberikan dua hal sekaligus? Pikir pake otak kamu sebelum bicara, Luna!!""Mama yang sabar ya. Aku akan menasehati Luna, apa yang kita lakukan saat ini hanya untuk harta dan aku menginginkan kekuasaan itu, dengan begitu aku dan Luna bisa berkuasa penuh ma.""Sudah pergi sana!!""Baik Ma, aku ajak Luna pergi."Ivan mengajak Luna menjauh dari Irina. Hal biasa baginya melihat perdebatan antara Luna dengan Irina. Ivan berusaha untuk menasehati Luna yang tidak terima dengan ucapan Irina. Suara Ivan mampu menekan amarah Irina yang menggebu-gebu."Sa
"Bas, kamu lihat wajah anak itu? Dia, Dia—" tanya Kenzie hatinya bergetar memikirkan sosok anak yang hampir saja tertabrak oleh mobilnya."Ya, kenapa dengan anak itu, bos? Anak segitu sangat wajar jika harus berlarian di tengah jalan. Beruntung desa ini tidak terlalu ramai dengan kendaraan sehingga tidak berbahaya. Tidak ada perbedaan dengan anak-anak yang lain dan aku memakluminya," ujar Bastian tidak mengetahui maksud dari perkataan bosnya."Bukan itu. Maksudku, wajah itu—"Kenzie tidak mampu mengutarakan apa yang ingin ia ucapkan. Seakan lidahnya keluh untuk mengatakan bahwa anak itu telah menarik perhatiannya mencoba ingin mencari tahu siapa orang tua dari anak yang sangat tampan."Aku tahu wajahnya sangat tampan. Bahkan ketampanan bos dengan anak itu 11,12. Tampan dan menghipnotis," ujar Bastian menilai kadar ketampanan Kenzie dengan anak yang baru saja mereka temui."Kamu benar, anak itu sangat tampan sepertiku. Jika wanita itu melahirkan anakku tentu usianya sama seperti anak it
"Aww!!!""Hei, tampan. Kamu ada disini?" tanya Kenzie saat membantu anak yang terjatuh akibat bertabrakan dengannya.Veer mendongakkan wajahnya saat mengenali suara seseorang yang ia tabrak."Om, tampan? Om ada di sini?""Om, yang seharusnya bertanya kenapa kamu ada di sini? Dimana ibu dan nenekmu?" tanya Kenzie memindai wajah Veer."M—""Veer kenapa harus berlari, hum? Kamu membuat Mama khawatir. Tuan maafkan anakku yang berlari tanpa melihat sekitar," ujar Jihan lirih tanpa memandang pria di depannya."T— tidak apa-apa, saya juga minta maaf tidak melihat sekitar.""Tampan kamu harus hati-hati ya,"Usai berbasa-basi Kenzie meninggalkan restoran yang terlihat sibuk untuk menutup restoran. Kenzie baru menyadari jika restoran milik wanita yang memakai pakaian syar'i tutup di jam tujuh malam, karena persediaan bahan makanan telah habis. Pemilik restoran akan menyisakan berapa makanan yang di kelolanya untuk di bawa pulang oleh karyawan dan juga untuk Bu Imah agar tidak sibuk untuk memasak
Kesibukan terlihat begitu jelas di restoran milik Jihan, nama yang selalu di katakan oleh pengunjung yang datang ke rumah makan miliknya. Jihan beruntung memiliki Mama yang pandai memasak dan sebagai seorang anak Jihan yang kala itu hanya melihat apa yang di lakukan sang Mama, hingga resep yang ia tahu dan bertambahnya ilmu yang ia dapatkan saat membuka salah satu aplikasi khusus masak. Semua ia tekuni saat berada di pesantren Umi Fatimah. Soso ustazah yang telah menyelamatkan dirinya menyadarkan dirinya yang hampir saja hilang arah, bukan hanya sosok Umi tetapi Bu Imah adalah orang yang mendampinginya bahkan sahabatnya Ajeng berdiri di belakangnya.Pemandangan di depannya mengusiknya dari lamunan, sosok anak yang begitu ia sayangi anak yang berhasil ia besarkan tanpa adanya orang terdekatnya selain Ajeng dan Bu Imah. Mereka ada di setiap Jihan dalam situasi apapun.Bayangan kejadian demi kejadian menghampiri Jihan menghadirkan bening meluncur bebas di balik cadar yang menutupi wajahny
Satu minggu setelah kejadian di mana Jihan yang berusaha untuk bunuh diri. Kehidupan Jihan kembali seperti semula mengikuti saran dari Bu Imah, kini Jihan mulai bangkit dan berusaha untuk merubah dirinya dengan membuka usaha dengan uang yang ada dalam tabungannya. Hingga berakhir dengan kejadian dimana Jihan kembali di fitnah dan usahanya hancur bersamaan dirinya yang berada di rumah sakit. Disinilah ketika Jihan memilih hijrah, Jihan melakukan shalat tengah malam untuk menenangkan dirinya. Bersama dengan Umi Fatimah yang senantiasa bersamanya setelah meninggalkan rumah sakit. Dan Umi Fatimah yang berhasil menuntunnya untuk memperbaiki dirinya menjadi yang lebih baik lagi."Subhanallah, nak Jihan!! Kamu benar-benar cantik dengan gamis ini nak!!" pekik Bu Imah saat menemui Jihan di pesantren Umi Fatimah. Untuk pertama kalinya Bu Imah melihat Jihan memakai pakaian syar'i.Jihan mengulas senyum pada Bu Imah yang melangkah mendekatinya memeluknya dengan erat."Bismillahirrahmanirrahim, ha