Share

Bab 21

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-07-23 19:00:24

"Nggak apa-apa, Bu Fatimah, kebetulan aku sedang puasa kemisan," jawab Bu Ustadzah.

Ternyata Bu Ustadzah sedang puasa sunah, makanya ia tidak makan dan minum dari tadi, beda dengan Ibu-ibu yang lainnya.

"Oh ... maaf, Bu. Aku lupa hari," ucap Ibu sambil terkekeh.

"Iya nggak apa-apa, Bu Fatimah. Ya sudah permisi dulu ya semuanya, assalamualaikum." Bu Ustadzah pamit untuk yang kedua kalinya.

"Waalaikumsalam," sahut kami.

Banyak yang pamit pulang, berbarengan dengan Bu Ustadzah, termasuk Mbak Saidah. Kini tamu yang masih tertinggal di rumah Ibu, hanya rombongan si mulut pedas saja. Mereka semua dari tadi tidak berhenti makan, seperti yang tidak pernah makan apa yang dihidangkan oleh ibuku.

Entah untuk hal apa, mereka masih berada di rumah ini? Karena dari tadi mereka tidak berkata apapun, hanya asyik makan saja. Mereka seolah tidak punya rasa malu atau rasa segan kepadaku dan keluargaku. Karena mereka semua selama ini selalu membuat masalah denganku.

"Maaf, Bu-ibu, apa masih ada yang mau
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 22

    "Mira, kok kamu marah sih?" tanya Susi seolah tidak terima dengan sikapku ini."Ya bagaimana aku tidak emosi, jika kalian itu berisik banget mulutnya? Karena keributan yang kalian timbulkan, sehingga membuat aku dan suamiku yang sedang beristirahat terganggu. Jika kalian memang mau bebas melakukan apapun sesuka kalian, ya sudah pergi saja dari sini! Kalian tinggal berisiknya di rumah kalian saja, jangan ribut di rumah orang seperti ini," tegurku.Aku sengaja berkata agak kasar, supaya mereka bisa mengerti, kalau aku dan keluargaku terganggu."Kamu kok marah-marah terus sih, Mira. Ibu kamu yang mempunyai rumah ini saja santai kok, nggak kaya kamu," jawab Susi."Ibuku memang orang baik, jadi dia masih menghargai kalian sebagai tamunya. Tapi tidak denganku, aku tidak bisa sebaik beliau. Jadi aku minta sama kalian, kalian segera pergi sekarang juga! Tinggalkan rumah ibuku, jangan lupa bersihkan dulu kulit kacang, yang kalian buang sembarangan! Lalu kalian bawa pulang sana, jangan pernah

    Last Updated : 2023-07-25
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 23

    POV SusiNamaku Susi Sulistiawati, aku memiliki teman bernama Mira. Sejak kecil kami sering bermain bersama, bahkan sekolah pun di sekolah yang sama.Bahkan kami pun selalu memakai pakaian yang sama, kami sudah seperti seorang anak kembar saja. Namun ada hal yang membedakan kami berdua.Mira tumbuh di keluarga yang penyayang, sehingga membuat dia dilimpahi dengan kasih sayang dari orang tuanya. Apalagi Mira merupakan anak satu-satunya, jadi kasih sayang orang tuanya terfokus kepadanya.Berbeda denganku, yang dari keluarga broken home. Sebelum orang tuaku berpisah, hampir setiap hari aku melihat pertengkaran Bapak dan Ibuku.Bukan hanya pertengkaran mulut, tetapi terkadang mereka juga saling baku hantam dihadapanku. Bahkan pernah aku menjadi korban kekerasan mereka hingga aku terluka, serta harus dilarikan ke rumah sakit.Semenjak saat itu, aku sering tinggal di rumah Mira. Bukan hanya Mira yang selalu mengajakku tinggal di rumahnya, melainkan orang tua Mira juga, yaitu Bu Fatimah dan

    Last Updated : 2023-07-25
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 24

    "Sudah-sudah, kalian jangan berdebat lagi! Lebih baik kalian semua segera pergi dari rumah mertuaku," perintah Mas Arsya.Sepertinya Mas Arsya sudah dapat memprediksi, jika Susi masih terus berada di rumah Ibu dan ia masih berkata yang tidak-tidak. Maka sudah dipastikan perang dunia ketiga, tidak akan bisa dihindari lagi. Karena walaupun aku baru pulang dari rumah sakit, tapi keberanianku tetap full. Aku juga bahkan sudah siap, jika harus melawan Susi saat ini juga."Susi, sudahlah, ayo kita pergi saja!" ajak teman-temannya Susi, yang aku pun tidak mengetahui nama mereka. Karena aku juga baru bertemu dengan mereka saat ini. Hanya saja, kalau melihat dari penampilan mereka, sepertinya mereka itu bukan perempuan baik-baik. Tapi itu pun hanya terlihat dari bungkusnya saja, tetapi kenyataannya aku juga tidak tahu."Awas ya kamu, Mira," ujar Susi, dengan telunjuknya menunjuk wajahku, lalu ia pun pergi mengikuti Mbak Nina beserta teman-temannya.Kini mereka semua pun pergi dari rumah orang

    Last Updated : 2023-07-26
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 25

    "Mira, walau Mbak dekat dengan Susi,vtapi aku nggak tau kehidupan asli dia itu seperti apa? Cuma yang aku tahu, kalau Susi itu susah sekali untuk mempunyai anak. Padahal dia itu telah lama sekali menikah, serta telah berbagai usaha juga yang dia lakukan. Tapi hasilnya selalu nihil," jawab Mbak Nina pada akhirnya.Ternyata walaupun mereka berdua dekat, tapi Mbak Nina juga tidak tahu, tentang tabiat Susi yang sesungguhnya."Oh ... jadi begitu ya, Mbak. Terus setelah Mbak tahu keadaanku yang sebenarnya, apa Mbak sekarang sudah mau mengakui aku sebagai saudara atau tidak?" tanyaku."Ya pasti mau memakui lah, Mira, masa iya tidak? Memangnya kenapa sih, kok kamu ngomongnya seperti itu?" tanya balik Mbak Nina."Nggak apa-apa kok, Mbak. Cuma aku masih merasa hambar saja, dengan rasa kekeluargaan kita ini," ujarku. Aku kini tidak lagi menanyai tentang Susi tetapi aku ingin tahu tentang sikapnya Mbak Nina kepadaku setelah mengetahui aku tidak semiskin yang ia kira. Aku ingin tahu, Mvak Nina i

    Last Updated : 2023-07-30
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 26

    "Aww ... sakit, Dek! Kamu itu kenapa sih, Dek, kok main asal tonjok perut, Mas?" tanya Mas Arsya, sambil terus meringis dan memegangi perutnya, yang kena tojokanku tadi."Eh ... apa ini kamu, Mas?" tanyaku balik, sambil menatap tajam ke arah suamiku yang sedang kesakitan.Aku benar-benar tidak mengira, jika yang kena bogem mentah tersebut tiada lain dan tiada bukan adalah suamiku sendiri. Tadinya aku mengira itu orang yang berniat jahat, makanya tanpa pikir panjang aku menyerang duluan, sebelum dia menyerangku."Ya iya, Dek, aku ini suamimu Arsya! Memangnya kamu pikir aku ini siapa, sampai kamu menonjok Mas seperti itu?" tanya Mas Arsya lagi."Iya, Mas, aku minta maaf ya! Aku tadi itu refleks karena kaget banget! Tadi itu aku kira yang berdiri dibelakangku itu orang iseng, yang ngerjain aku atau orang jahat yang mau mencelakakan aku. Eh ternyata kamu, Mas! Lagian kamu juga salah, Mas! Kenapa juga kamu nggak menegur aku dulu sih?" Aku malah menyalahkan suami, sebab menurutku dia itu c

    Last Updated : 2023-08-02
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 27

    Aku merasa kaget, saat melihat ada bangkai ditempat aku menjemur pakaian yang ada di halaman belakang. Bangkai tersebut, sepertinya memang ada yang sengaja menyimpan di sana karena terbungkus rapi."Ada apa, Dek, kok kamu memanggil Mas sampai segitunya?" tanya Mas Arsya kepadaku.Ia datang dengan tergopoh-gopoh serta dengan wajah yang panik."Itu lho, Mas, ada itu," kataku sambil menunjuk dus yang masih tergeletak di tempatnya."Apaan sih, Dek, coba kamu ngomong yang jelas, biar Mas bisa paham?" tanya Mas Arsya lagi."Itu lho, Mas, di dus! Coba deh kamu lihat sendiri, hih!" tunjukku sambil bergidik ngeri.Mas Arsya pun langsung melihat, kearah yang telah aku tunjukkan kepadanya. Aku masih merasa ngeri, saat tadi melihat apa isi di dalam dus tersebut. Aku yakin kalau semua ini ulah orang iseng, tapi siapa orang yang melakukan semua ini? Aku pun bertanya-tanya dalam hati, "apakah semua ini ada hubungannya dengan orang yang semalam memencet bel? Ataukah ada orang lain yang melakukan s

    Last Updated : 2023-08-10
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 28

    "Ada, Bu, sebentar ya saya panggilkan dulu! ayo silahkan masuk dulu, Bu!" Bi Asni mengajak aku untuk masuk ke rumahnya."Nggak usah, Bi. Biar aku menunggu diluar saja," ujarku."Ya sudah kalau begitu, aku pamit dulu ya, Bu. Aku mau memanggil Kang Ujangnya dulu," pamit Bi Asni."Iya, Bi, silakan,"Setelah berpamitan Bi Asni pun segera masuk ke dalam rumah dan memanggil suaminya. Ia berjalan tergesa, saat meninggalkan aku di luar. Aku kembali teringat akan rumah kosong, yang sepertinya ada penghuninya tersebut. Tapi aku tidak tahu itu benar, atau hanya khayalan aku saja. Tidak berapa lama, Mang Ujang dan juga istrinya keluar dari dalam rumah. Kedatangan mereka pun membuyarkan lamunanku, tentang rumah kosong tersebut. "Bu Mira, kok tumben sih, Ibu sampai bela-belain datang kerumah! Biasanya juga kalau butuh bantuan Mang, selalu lewat telepon?" tanya Mang Ujang."Iya, Mang, kebetulan aku sekalian mau membeli sesuatu di mini market depan pengkolan sana. Makanya aku sekalian saja ke rumah

    Last Updated : 2023-09-10
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 29

    "Oh ... jadi seperti itu ya, Bu, kalau begitu lebih baik Ibu bertanya langsung ke Pak Suryo ataupun istrinya! Siapa tau mereka mempunyai jawaban, atas pertanyaan Ibu itu." Mang Ujang memberi saran kepadaku."Iya, Mang, itu pasti sih. Nanti aku pasti bertanya kepada mereka.Terima kasih ya, Mang, atas sarannya," ucapku."Iya, Bu, sama-sama," sahut Mang Ujang.Setelah itu, aku, suami dan Mang ujang pun membicarakan hal lain. Kami bertiga berdiskusi untuk membicarakan tentang rencana peninggian pagar halaman belakang rumahku, supaya tidak ada oranh iseng lagi, yang menyimpan apapun seperti yang terjadi tadi pagi. Setelah mendapat kesepakatan, Mang Ujang pun pamit pulang untuk mengambil perlengkapan tukang. Mas Arsya kemudian menelepon pemilik toko bangunan, supaya ia mengirim semua perlengkapan yang kami butuhkan untuk peninggian pagar tersebut."Mas, bagaimana? Apa semuanya sudah beres?" tanyaku."Iya, Sayang, Mas sudah meminta Pak Dadang untuk mengirim semua perlengkapannya. Paling na

    Last Updated : 2023-09-10

Latest chapter

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 46

    "Iya, Dek, jeruknya dari Bu Marni. Emangnya ada yang salah ya, kok kamu sepertinya kaget banget sih?" tanya Mas Arsya, sambil mengerutkan keningnya.Aku benar-benar merasa tidak percaya dengan penuturan suamiku, yang saat ini telah mendapat rezeki buah jeruk dari Bu Marni, orang yang merupakan otak dari semua teror yang dilakukan Susi, yang bahkan keberadaannya saat ini sedang dicari polisi."Nak, kenapa kamu terlihat kaget, saat suamimu mengucap nama Bu Marni? Memangnya kamu ada masalah ya sama dia" tanya Ibu, sambil menatap kearahku. Beliau juga terlihat heran, mendengar kekagetanku tadi."Betul, Nak, coba deh cerita sama Bapak. Ada masalah apa kamu sama Bu Marni, mungkin Bapak bisa bantu," timpal Bapak.Bapak, Ibu dan suamiku sampai mengerutkan keningnya. Mereka keheranan, kenapa aku bisa sehisteris itu berkata saat mendengar nama Bu Marni.Hingga kini membuat keluargaku melongo dengan sikapku itu. Mereka semua tidak mengerti, mengapa tadi aku bertanya dengan nada yang begitu kag

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 45

    "Asyik ada Nenek dan juga Kakek, kapan Nenek dan Kakek sampai rumah Azka?" tanya Azka, sambil menghambur kepelukan Ibu dan juga Bapak.Azka juga menanyakan hal yang sama, kepada Ibu dan Bapak. Ia begitu senang, saat melihat Ibu dan Bapak sudah berada dirumahku."Barusan, Nak. Bagaimana kalian sehat?" tanya Ibu balik."Alhamdulillah, Bu, kami dalam keadaan sehat. Bu, kenapa Ibu tidak mengabari dulu, kalau Ibu mau datang? Kan bisa aku jemput, kalau Ibu mengabari dulu?" tanyaku lagi.Aku merasa kaget, saat Ibu dan Bapakku sudah berada di rumah saat ini. Padahal mereka sama sekali belum memberi kabar kepadaku, kalau mereka mau datang saat ini. "Nak, semenjak kalian balik dari kampung. Ibu merasa tidak tenang, Ibu bahkan selalu bermimpi buruk tentang kalian. Makanya Ibu dan Bapak sekarang menyusul kesini," terang Ibu."Iya, Nak, apa yang dibilang oleh ibumu itu benar. Ibumu tidak bisa tidur tenang semenjak kalian balik ke kota," timpal Bapak.Benar-benar begitu kuat, ikatan batin antara

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 44

    "Boleh kok, Bu. Supaya Ibu juga waspada, serta dapat memberitahu kami, jika melihat dia dimanapun." Pak Junaedi memperbolehkan aku mengetahui siapa orang tersebut."Terus siapa orangnya ya, Pak?" tanyaku lagi.Aku terus saja mendesak, tentang siapa pelaku lain yang meneror keluargaku. Karena aku benar-benar merasa penasaran dengan semuanya ini. Aku juga tidak mau kecolongan lagi, biar aku terus waspada menghadapi kemungkinan apapun. Aku akan tetap siaga menghadapi semuanya, walaupun itu adalah kemungkinan terburuk didalam kehidupanku."Bu Mira ... orang yang bersekutu dengan Bu Susi itu adalah Bu Marni. Ia juga seorang pemilik rumah makan, sama seperti Bu Mira. Menurut Susi, Bu Marni adalah orang yang mendukung dan mem-fasilitas-i dirinya, selama melakukan peneroran terhadap Ibu dan juga keluarga. Bahkan Bu Marni juga, yang membayar sewa rumah Pak Suryo untuk tempat tinggal Bu Susi." Pak Junaedi membeberkan semua yang didengarnya, dari pengakuan Susi tersebut."Astagfirullah ... jadi

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 43

    Namun apa yang dilakukan Susi tidaklah ada artinya, para polisi tetap membawa Susi pergi dari hadapan kami dengan menggunakan mobil pribadi. Mereka melakukan semua itu, supaya tidak terlalu mencolok saat pengintaian tadi.Setelah para polisi pergi, sambil membawa Susi untuk diadili. Warga yang menonton pun ikut membubarkan diri, mereka pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga aku dan Mas Arsya, aku dan suamiku pun segera masuk ke dalam rumah karena waktu telah larut.Saat ini telah menunjukan waktu setengah dua belas malam. Aku pun tidak lupa mengunci pintu gerbang dan juga pintu rumah, kemudian kami segera masuk kamar dan tidur. Aku dan Mas Arsya tidak lagi membahas Susi atau siapapun, tetapi kami langsung tertidur pulas saking ngantuknya.***"Bu Mira, semalam itu siapa yang ditangkap?" tanya Bu Titi, dia sengaja datang ke rumahku saking penasarannya."Itu, Bu, teman masa kecil aku sewaktu di Kampung," jawabku."Kok dia bisa mempunyai rasa dendam yang begitu besar sih sama, Bu Mir

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 42

    Aku pun merasa kaget, saat mendengar curhatan Susi. Rupanya dari masa lalunya yang buruk itulah, hingga membuat hati Susi memiliki sifat iri dengki kepadaku. Karena ia merasa tidak seberuntung aku, makanya ia merasa iri terhadap kehidupanku yang menurutnya sempurna.Tetapi apa yang dilakukannya ini sudah sangat keterlaluan. Ia begitu tega membuat aku dan keluargaku merasa khawatir dan juga was-was. Bahkan hampir membuat asisten rumah tanggaku celaka. Lebih parah lagi, ia hampir saja membuat aku kehilangan nyawa, kalau saja Allah tidak menyelamatkan aku waktu itu.Hanya saja waktu itu tidak ada saksi, sehingga aku tidak bisa menuntutnya kejalur hukum. Tetapi saat ini, aku tidak akan pernah lagi membiarkannya lepas begitu saja. Aku tidak mau ia sampai terlepas dari jeratan hukum, yang memang sepantasnya ia terima."Susi, kok kamu tega betul sih? Padahal aku kan selalu berbuat baik kepadamu? Tapi mengapa ini balasan yang kamu berikan kepadaku?" tanyaku merasa tidak percaya dengan apa yan

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 41

    "Iya, Pak, siap. Aku dan juga keluarga akan mengikuti arahan dari bapak. Kami akan melaksanakan apapun, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan tadi siang." Aku menyetujui permintaan Pak Junaedi tersebut."Bagus, Bu. Kami juga sedang mengintai rumah Ibu kok," ujar Pak Junaedi.Aku pun merasa tenang, setelah Pak Junaedi berkata seperti itu. Sebab aku tidak takut lagi, jika ada yang akan berbuat onar kepada keluargaku."Terima kasih, Pak," ucapku.Setelah itu panggilan telepon pun terputus, aku dan Mas Arsya bersiap-siap. Sedangkan kedua anakku telah tertidur pulas. Pada jam sepuluh malam, seperti biasanya bel dirumahku berbunyi. Sepertinya si peneror sedang melancarkan aksinya. Aku dan Mas Arsya pun melihat semua kegiatan yang ada di luar sana, dari handphone yang sudah tersambung dengan CCTV. Didepan rumahku sudah terdapat seseorang, yang memakai pakaian serba hitam dengan penutup kepala serba hitam juga.Tidak berapa lama, dari arah belakang orang tersebut, sudah terdapat para pol

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 40

    "Oh ... iya, Bi. Terima kasih ya, Bi," ucapku."Sama-sama," sahut Bi Minah.Aku dan Mas Arsya pun menemui komandan polisi, yang sedang menangani kasus peneroran ini. Sedangkan Bi Minah menyiapkan minum untuk tamuku tersebut."Selamat sore, Bu Mira dan juga Pak Arsya," sapa Komandan, yang berpenampilan seperti warga biasa, tanpa seragam kebesarannya."Sore juga, Komandan," sahut Mas Arsya."Bagaimana, Komandan? Apa sudah ada perkembangan?" tanyaku to the point.Aku langsung bertanya kepada tamuku, tentang kasus yang sedang diselidikinya. Aku merasa penasaran, dengan semua yang terjadi."Haa ... Haa ... Ha, Ibu rupanya sudah tak sabar ingin segera tau perkembangannya ya?" tanya balik sang Komandan tersebut."Hee ... I-iya,Komandan. Maaf ya, Komandan," sahutku salah tingkah karena malu."Jadi begini, Bu, Pak. Memang kebetulan, saya datang kesini juga karena ingin membahas tentang penyelidikan yang sedang saya tangani, tentang kasus peneroran keluarga Ibu dan Bapak." Komandan pun memberi

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 39

    "Hallo, assalamualaikum," ucapku, setelah panggilan terhubung."Waalaikumsalam, maaf ini dengan siapa ya, soalnya nomernya baru dan belum ada di kontak saya." Suara seorang pria bertanya, pada saat aku selesai mengucap salam."Ini, Pak, aku Mira istrinya Mas Arsya, yang rumahnya berada di samping Pak Suryo. Di kompleks Puri Indah," sahutku."Oh iya, Bu Mira, maaf ya! Saya pikir nomernya siapa?""Iya, Pak, tidak apa. Aku juga minta maaf, sebab sudah mengganggu waktunya," ucapku lagi.Kemudian aku pun segera memberitahu maksud dan tujuanku."Jadi rumah yang berhadapan dengan Pak Suryo itu sudah ada yang mengontrak ya?" tanyaku."Iya, Bu," sahut Pak Kusno menegaskan." Tapi kok seperti tidak ada penghuninya ya, Pak. Soalnya setiap hari sepi dan selalu tertutup, seperti tidak ada kehidupan di sana," ungkapku."Ah masa sih, Bu? Mungkin ia seorang pekerja, Bu, yang berangkat pagi pulang malam," ujar Pak Kusno lagi menerka-nerka.Ternyata benar dugaaanku, jika rumah tersebut tidaklah kosong

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 38

    Aku berharap banyak, semoga Bu Titi memiliki nomer Pak Kusno tersebut."Oh ... Bu Mira butuh nomernya Pak Kusno ya. Sebenernya ada sih, Bu. Tapi aku hanya ada nomer istrinya, serta tidak tau masih aktif atau nggak. Soalnya sudah lama juga kami lost kontak. Maklum akhir-akhir ini aku dan suami sibuk sekali, jadi jarang berkomunikasi dengan beliau." "Aduh gimana ya?" tanyaku bingung, "maaf, Bu, apa bisa aku minta tolong?""Bisa dong, Bu Mira, memangnya Ibu mau minta tolong apa?" tanya balik Bu Titi."Itu, Bu, coba tolong hubungi istrinya Pak Kusno-nya! Apa nomernya masih aktif atau tidak? Atau kalau boleh Ibu kirim saja nomernya ke nomer Mira," pintaku."Oh ... Boleh-boleh, sebentar aku hubungi beliau," ujarnya, sambil mengutak-atik gawainya, kemudian ia pun meneleponnya.Terdengar bunyi dari telepon milik Bu Titi, yang sedang menghubungi seseorang. Aku pun terdiam dan menunggu, semoga saja teleponnya aktif."Ih ... kok, telepon whatsapp-nya nggak aktif ya, Bu. Nanti coba dulu pakai

DMCA.com Protection Status