Share

Bab 22

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-07-25 15:42:14

"Mira, kok kamu marah sih?" tanya Susi seolah tidak terima dengan sikapku ini.

"Ya bagaimana aku tidak emosi, jika kalian itu berisik banget mulutnya? Karena keributan yang kalian timbulkan, sehingga membuat aku dan suamiku yang sedang beristirahat terganggu. Jika kalian memang mau bebas melakukan apapun sesuka kalian, ya sudah pergi saja dari sini! Kalian tinggal berisiknya di rumah kalian saja, jangan ribut di rumah orang seperti ini," tegurku.

Aku sengaja berkata agak kasar, supaya mereka bisa mengerti, kalau aku dan keluargaku terganggu.

"Kamu kok marah-marah terus sih, Mira. Ibu kamu yang mempunyai rumah ini saja santai kok, nggak kaya kamu," jawab Susi.

"Ibuku memang orang baik, jadi dia masih menghargai kalian sebagai tamunya. Tapi tidak denganku, aku tidak bisa sebaik beliau. Jadi aku minta sama kalian, kalian segera pergi sekarang juga! Tinggalkan rumah ibuku, jangan lupa bersihkan dulu kulit kacang, yang kalian buang sembarangan! Lalu kalian bawa pulang sana, jangan pernah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 23

    POV SusiNamaku Susi Sulistiawati, aku memiliki teman bernama Mira. Sejak kecil kami sering bermain bersama, bahkan sekolah pun di sekolah yang sama.Bahkan kami pun selalu memakai pakaian yang sama, kami sudah seperti seorang anak kembar saja. Namun ada hal yang membedakan kami berdua.Mira tumbuh di keluarga yang penyayang, sehingga membuat dia dilimpahi dengan kasih sayang dari orang tuanya. Apalagi Mira merupakan anak satu-satunya, jadi kasih sayang orang tuanya terfokus kepadanya.Berbeda denganku, yang dari keluarga broken home. Sebelum orang tuaku berpisah, hampir setiap hari aku melihat pertengkaran Bapak dan Ibuku.Bukan hanya pertengkaran mulut, tetapi terkadang mereka juga saling baku hantam dihadapanku. Bahkan pernah aku menjadi korban kekerasan mereka hingga aku terluka, serta harus dilarikan ke rumah sakit.Semenjak saat itu, aku sering tinggal di rumah Mira. Bukan hanya Mira yang selalu mengajakku tinggal di rumahnya, melainkan orang tua Mira juga, yaitu Bu Fatimah dan

    Last Updated : 2023-07-25
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 24

    "Sudah-sudah, kalian jangan berdebat lagi! Lebih baik kalian semua segera pergi dari rumah mertuaku," perintah Mas Arsya.Sepertinya Mas Arsya sudah dapat memprediksi, jika Susi masih terus berada di rumah Ibu dan ia masih berkata yang tidak-tidak. Maka sudah dipastikan perang dunia ketiga, tidak akan bisa dihindari lagi. Karena walaupun aku baru pulang dari rumah sakit, tapi keberanianku tetap full. Aku juga bahkan sudah siap, jika harus melawan Susi saat ini juga."Susi, sudahlah, ayo kita pergi saja!" ajak teman-temannya Susi, yang aku pun tidak mengetahui nama mereka. Karena aku juga baru bertemu dengan mereka saat ini. Hanya saja, kalau melihat dari penampilan mereka, sepertinya mereka itu bukan perempuan baik-baik. Tapi itu pun hanya terlihat dari bungkusnya saja, tetapi kenyataannya aku juga tidak tahu."Awas ya kamu, Mira," ujar Susi, dengan telunjuknya menunjuk wajahku, lalu ia pun pergi mengikuti Mbak Nina beserta teman-temannya.Kini mereka semua pun pergi dari rumah orang

    Last Updated : 2023-07-26
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 25

    "Mira, walau Mbak dekat dengan Susi,vtapi aku nggak tau kehidupan asli dia itu seperti apa? Cuma yang aku tahu, kalau Susi itu susah sekali untuk mempunyai anak. Padahal dia itu telah lama sekali menikah, serta telah berbagai usaha juga yang dia lakukan. Tapi hasilnya selalu nihil," jawab Mbak Nina pada akhirnya.Ternyata walaupun mereka berdua dekat, tapi Mbak Nina juga tidak tahu, tentang tabiat Susi yang sesungguhnya."Oh ... jadi begitu ya, Mbak. Terus setelah Mbak tahu keadaanku yang sebenarnya, apa Mbak sekarang sudah mau mengakui aku sebagai saudara atau tidak?" tanyaku."Ya pasti mau memakui lah, Mira, masa iya tidak? Memangnya kenapa sih, kok kamu ngomongnya seperti itu?" tanya balik Mbak Nina."Nggak apa-apa kok, Mbak. Cuma aku masih merasa hambar saja, dengan rasa kekeluargaan kita ini," ujarku. Aku kini tidak lagi menanyai tentang Susi tetapi aku ingin tahu tentang sikapnya Mbak Nina kepadaku setelah mengetahui aku tidak semiskin yang ia kira. Aku ingin tahu, Mvak Nina i

    Last Updated : 2023-07-30
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 26

    "Aww ... sakit, Dek! Kamu itu kenapa sih, Dek, kok main asal tonjok perut, Mas?" tanya Mas Arsya, sambil terus meringis dan memegangi perutnya, yang kena tojokanku tadi."Eh ... apa ini kamu, Mas?" tanyaku balik, sambil menatap tajam ke arah suamiku yang sedang kesakitan.Aku benar-benar tidak mengira, jika yang kena bogem mentah tersebut tiada lain dan tiada bukan adalah suamiku sendiri. Tadinya aku mengira itu orang yang berniat jahat, makanya tanpa pikir panjang aku menyerang duluan, sebelum dia menyerangku."Ya iya, Dek, aku ini suamimu Arsya! Memangnya kamu pikir aku ini siapa, sampai kamu menonjok Mas seperti itu?" tanya Mas Arsya lagi."Iya, Mas, aku minta maaf ya! Aku tadi itu refleks karena kaget banget! Tadi itu aku kira yang berdiri dibelakangku itu orang iseng, yang ngerjain aku atau orang jahat yang mau mencelakakan aku. Eh ternyata kamu, Mas! Lagian kamu juga salah, Mas! Kenapa juga kamu nggak menegur aku dulu sih?" Aku malah menyalahkan suami, sebab menurutku dia itu c

    Last Updated : 2023-08-02
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 27

    Aku merasa kaget, saat melihat ada bangkai ditempat aku menjemur pakaian yang ada di halaman belakang. Bangkai tersebut, sepertinya memang ada yang sengaja menyimpan di sana karena terbungkus rapi."Ada apa, Dek, kok kamu memanggil Mas sampai segitunya?" tanya Mas Arsya kepadaku.Ia datang dengan tergopoh-gopoh serta dengan wajah yang panik."Itu lho, Mas, ada itu," kataku sambil menunjuk dus yang masih tergeletak di tempatnya."Apaan sih, Dek, coba kamu ngomong yang jelas, biar Mas bisa paham?" tanya Mas Arsya lagi."Itu lho, Mas, di dus! Coba deh kamu lihat sendiri, hih!" tunjukku sambil bergidik ngeri.Mas Arsya pun langsung melihat, kearah yang telah aku tunjukkan kepadanya. Aku masih merasa ngeri, saat tadi melihat apa isi di dalam dus tersebut. Aku yakin kalau semua ini ulah orang iseng, tapi siapa orang yang melakukan semua ini? Aku pun bertanya-tanya dalam hati, "apakah semua ini ada hubungannya dengan orang yang semalam memencet bel? Ataukah ada orang lain yang melakukan s

    Last Updated : 2023-08-10
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 28

    "Ada, Bu, sebentar ya saya panggilkan dulu! ayo silahkan masuk dulu, Bu!" Bi Asni mengajak aku untuk masuk ke rumahnya."Nggak usah, Bi. Biar aku menunggu diluar saja," ujarku."Ya sudah kalau begitu, aku pamit dulu ya, Bu. Aku mau memanggil Kang Ujangnya dulu," pamit Bi Asni."Iya, Bi, silakan,"Setelah berpamitan Bi Asni pun segera masuk ke dalam rumah dan memanggil suaminya. Ia berjalan tergesa, saat meninggalkan aku di luar. Aku kembali teringat akan rumah kosong, yang sepertinya ada penghuninya tersebut. Tapi aku tidak tahu itu benar, atau hanya khayalan aku saja. Tidak berapa lama, Mang Ujang dan juga istrinya keluar dari dalam rumah. Kedatangan mereka pun membuyarkan lamunanku, tentang rumah kosong tersebut. "Bu Mira, kok tumben sih, Ibu sampai bela-belain datang kerumah! Biasanya juga kalau butuh bantuan Mang, selalu lewat telepon?" tanya Mang Ujang."Iya, Mang, kebetulan aku sekalian mau membeli sesuatu di mini market depan pengkolan sana. Makanya aku sekalian saja ke rumah

    Last Updated : 2023-09-10
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 29

    "Oh ... jadi seperti itu ya, Bu, kalau begitu lebih baik Ibu bertanya langsung ke Pak Suryo ataupun istrinya! Siapa tau mereka mempunyai jawaban, atas pertanyaan Ibu itu." Mang Ujang memberi saran kepadaku."Iya, Mang, itu pasti sih. Nanti aku pasti bertanya kepada mereka.Terima kasih ya, Mang, atas sarannya," ucapku."Iya, Bu, sama-sama," sahut Mang Ujang.Setelah itu, aku, suami dan Mang ujang pun membicarakan hal lain. Kami bertiga berdiskusi untuk membicarakan tentang rencana peninggian pagar halaman belakang rumahku, supaya tidak ada oranh iseng lagi, yang menyimpan apapun seperti yang terjadi tadi pagi. Setelah mendapat kesepakatan, Mang Ujang pun pamit pulang untuk mengambil perlengkapan tukang. Mas Arsya kemudian menelepon pemilik toko bangunan, supaya ia mengirim semua perlengkapan yang kami butuhkan untuk peninggian pagar tersebut."Mas, bagaimana? Apa semuanya sudah beres?" tanyaku."Iya, Sayang, Mas sudah meminta Pak Dadang untuk mengirim semua perlengkapannya. Paling na

    Last Updated : 2023-09-10
  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 30

    "Baik, Bunda," sahut mereka."Bagus. Ya sudah, kalau begitu Bunda cuci tangan dulu ya, kalian sudah kenyang kan makannya?" "Sudah kenyang, Bunda,"Setelah itu aku segera pergi meninggalkan mereka berdua, sedangkan kedua anakku kembali main dan tetap bermain di dalam ruangan bermain mereka. Tapi sebelum pergi ke dapur, aku pergi ke depan dulu untuk mengecek pintu pagar. Aku benar-benar was-was, takut ada orang tidak di kenal masuk saat kami sedang berada di belakang. Apalagi setelah mendengar penuturan kedua anakku barusan. Tapi aku lihat semuanya aman, pintu pagar masih tetap terkunci. Aku pun kemudian kembali ke dalam rumah, tetapi sebelum itu aku melihat dulu ke arah rumah kosong tersebut. Tapi saat ini, tidak ada tanda-tanda kehidupan disana, makanya aku merasa aneh dengan rumah kosong tersebut.'Kok perasaan aneh banget ya sekarang, padahal sebelum aku pulang kampung, tidak pernah ada kejadian apapun terhadapku, atau hal aneh apapun yang ada di rumah kosong ini. Tetapi setelah

    Last Updated : 2023-09-10

Latest chapter

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 51

    "Mi-Mira, kamu datang menemuiku? Pasti kamu datang karena mau menertawakan aku ya, sebab sekarang hidup aku sudah hancur begini." Mbak Nina menudingku, kalau aku datang karena mau meledaknya, tetapi ia tetap tidak mau menoleh ke arahku."Mbak, kok kamu ngomongnya seperti itu sih? Aku sama sekali nggak punya pikiran seperti itu, Mbak. Justru aku merasa prihatin melihat dan mendengar Mbak seperti ini," kataku lagi.Setelah mendengar perkataanku barusan, Mbak Nina langsung menoleh kearahku. Kemudian ia menghambur kepelukanku sambil menangis. Aku pun membalas pelukannya, sambil mengusap rambutnya yang berantakan."Mira, maafin aku ya. Mungkin semua ini terjadi karena dulu aku selalu menyakitimu. Ini mungkin karma buatku, Mira. Maafkan aku," ucapnya sambil tersedu."Iya, Mbak, aku sudah memaafkan semuanya kok. Mbak jangan selalu menyalahkan diri sendiri, Mbak juga jangan menyiksa diri sendiri seperti ini. Mbak harus bangkit, tunjukkan sama mantan suami Mbak, kalau Mbak itu wanita yang kuat

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 50

    "Ya ampun, kamu lupa padaku, Mira? Padahal dulu kita sebangku lho, waktu kita sekolah menengah dan berada di kelas lima belas." Ia menerangkan, kalau kami pernah sebangku di kelas lima belas.Calon pengantinnya Mas Hamdan memberitahuku, kalau ternyata dia adalah teman sebangku aku sewaktu di kelas lima belas. Apa benar dia ini Lia, kok wajahnya beda banget ya? Apa karena dia memakai make up, sehingga aku tidak dapat mengenalinya? Tapi kalau bukan Lia, lalu siapa lagi? Karena waktu itu aku hanya sebangku dengan dia."Apa benar kamu itu Lia?" tanyaku."Iya, Mira aku ini Lia. Apa kamu tidak lagi mengenaliku?" tanya wanita itu yang ternyata adalah Lia. "Bukan begitu, Lia. Kamu sekarang beda banget tau, makanya aku tidak mengenali kamu. Maaf ya, bukan maksud aku sombong atau bagaimana? Cuma kamu sekarang perfect banget tau," kataku.Aku langsung memeluknya, saat aku tahu kalau itu adakah Lia. Ternyata Lia tidak melupakan aku, atau mungkin juga wajahku yang tidak banyak perubahan. Tetapi L

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 49

    "Mas, Susi tidak menikah ataupun punya anak. Tetapi Susi saat ini malah mendekam dipenjara," terangku."Lho kok bisa, Mira. Memangnya apa yang telah dia perbuat, hingga dia berada didalam jeruji besi?" Mas Hamdan bertanya lagi kepadaku, alasan Susi bisa masuk penjara.Mas Hamdan rupanya penasaran, dengan apa yang dialami mantan istrinya tersebut. Makanya ia menanyakan alasannya apa, hingga Susi masuk penjara. Sudah pasti dia penasaran, soalnya ia tidak pernah tahu tentang Susi setelah mereka cerai."Iya, Mas, Susi bersama tetangga kompleks tempat aku tinggal meneror keluargaku. Hingga Bi Minah asisten rumah tanggaku sampai pingsan. Bahkan yang membuat aku celaka waktu di kampung itu juga ulahnya Susi. Jadi dia mendapat ganjaran, atas apa yang ia lakukan terhadap keluargaku." Aku menceritakan kronologi, bagaimana Susi bisa sampai masuk ke hotel prodeo."Ya ampun, ternyata si Susi bukannya introspeksi diri. Kenapa dia tambah gila saja ya jadi orang?" Mas Hamdan mengomentari kelakuan man

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 48

    "Iya, Bu Marni. Memang benar, kalau aku yang melakukan semuanya. Tetapi semua ini bisa terjadi juga karena Ibu yang membiayai, serta memberi ide-ide gila kepadaku. Ibu jangan berdalih tidak tau apa-apa ya, jangan munafik lah, Bu." Susi membeberkan semuanya di hadapan kami.Mereka berdua saling menyudutkan dan menyalahkan satu sama lain. Susi menyalahkan Bu Marni begitu juga sebaliknya. Intinya mereka berdua tidak mau mengakui kesalahannya masing-masing."Sudah kalian berdua diam, tidak perlu saling menyalahkan. Karena kalian berdua sudah jelas terbukti bersalah," bentak Pak Junaedi, sambil menggebrak meja, membuat kedua wanita yang sedang bertengkar ini langsung terdiam bahkan menundukkan kepalanya."Bu Mira, saya mohon tolong maafkan kesalahan istri saya. Jangan biarkan dia ditahan ya, Bu," pinta Pak Bram, suaminya Bu Marni."Pak Bram, aku memang sudah memaafkan kesalahan istri Bapak. Tetapi maaf, semuanya harus tetap diproses secara hukum. Biar ada efek jera, serta tidak mengulangin

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 47

    "Ya begitulah, Nak,""Begitu gimana, Bu?" tanyaku lagi merasa penasaran."Tau nggak, Nak, kalau suami Kakak sepupumu itu ternyata menikah lagi." Ibu bertanya sekaligus memberitahu apa yang telah terjadi dengan rumah tangga Mbak Nina."Nggak, Bu, aku gak tau. Tapi masa sih suminya Kak Nina menikah lagi? Bukannya mereka pasangan yang harmonis ya, Bu?" tanyaku balik."Ternyata, keharmonisan mereka itu hanya untuk menutupi kebobrokan di rumah tangganya. Alasan suaminya mbakmu menikah lagi karena Nina yang sampai saat ini belum juga memberikan anak kepadanya, makanya suaminya mencari wanita lain," terang Ibu.Aku merasa kaget, saat mendengar kabar buruk yang Ibu sampaikan. Aku tak menyangka jika pernikahan Kakak sepupuku dikhianati. Tapi apapun yang terjadi, semuanya sudah menjadi suratan takdir yang tidak bisa dihindarkan.Pada saat aku dan Ibu berbincang sambil memasak, Bi Minah juga sedang melakukan pekerjaan lain. Azka dan Arka anakku juga sedang bermain di kamarnya, sedangkan Bapak da

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 46

    "Iya, Dek, jeruknya dari Bu Marni. Emangnya ada yang salah ya, kok kamu sepertinya kaget banget sih?" tanya Mas Arsya, sambil mengerutkan keningnya.Aku benar-benar merasa tidak percaya dengan penuturan suamiku, yang saat ini telah mendapat rezeki buah jeruk dari Bu Marni, orang yang merupakan otak dari semua teror yang dilakukan Susi, yang bahkan keberadaannya saat ini sedang dicari polisi."Nak, kenapa kamu terlihat kaget, saat suamimu mengucap nama Bu Marni? Memangnya kamu ada masalah ya sama dia" tanya Ibu, sambil menatap kearahku. Beliau juga terlihat heran, mendengar kekagetanku tadi."Betul, Nak, coba deh cerita sama Bapak. Ada masalah apa kamu sama Bu Marni, mungkin Bapak bisa bantu," timpal Bapak.Bapak, Ibu dan suamiku sampai mengerutkan keningnya. Mereka keheranan, kenapa aku bisa sehisteris itu berkata saat mendengar nama Bu Marni.Hingga kini membuat keluargaku melongo dengan sikapku itu. Mereka semua tidak mengerti, mengapa tadi aku bertanya dengan nada yang begitu kag

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 45

    "Asyik ada Nenek dan juga Kakek, kapan Nenek dan Kakek sampai rumah Azka?" tanya Azka, sambil menghambur kepelukan Ibu dan juga Bapak.Azka juga menanyakan hal yang sama, kepada Ibu dan Bapak. Ia begitu senang, saat melihat Ibu dan Bapak sudah berada dirumahku."Barusan, Nak. Bagaimana kalian sehat?" tanya Ibu balik."Alhamdulillah, Bu, kami dalam keadaan sehat. Bu, kenapa Ibu tidak mengabari dulu, kalau Ibu mau datang? Kan bisa aku jemput, kalau Ibu mengabari dulu?" tanyaku lagi.Aku merasa kaget, saat Ibu dan Bapakku sudah berada di rumah saat ini. Padahal mereka sama sekali belum memberi kabar kepadaku, kalau mereka mau datang saat ini. "Nak, semenjak kalian balik dari kampung. Ibu merasa tidak tenang, Ibu bahkan selalu bermimpi buruk tentang kalian. Makanya Ibu dan Bapak sekarang menyusul kesini," terang Ibu."Iya, Nak, apa yang dibilang oleh ibumu itu benar. Ibumu tidak bisa tidur tenang semenjak kalian balik ke kota," timpal Bapak.Benar-benar begitu kuat, ikatan batin antara

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 44

    "Boleh kok, Bu. Supaya Ibu juga waspada, serta dapat memberitahu kami, jika melihat dia dimanapun." Pak Junaedi memperbolehkan aku mengetahui siapa orang tersebut."Terus siapa orangnya ya, Pak?" tanyaku lagi.Aku terus saja mendesak, tentang siapa pelaku lain yang meneror keluargaku. Karena aku benar-benar merasa penasaran dengan semuanya ini. Aku juga tidak mau kecolongan lagi, biar aku terus waspada menghadapi kemungkinan apapun. Aku akan tetap siaga menghadapi semuanya, walaupun itu adalah kemungkinan terburuk didalam kehidupanku."Bu Mira ... orang yang bersekutu dengan Bu Susi itu adalah Bu Marni. Ia juga seorang pemilik rumah makan, sama seperti Bu Mira. Menurut Susi, Bu Marni adalah orang yang mendukung dan mem-fasilitas-i dirinya, selama melakukan peneroran terhadap Ibu dan juga keluarga. Bahkan Bu Marni juga, yang membayar sewa rumah Pak Suryo untuk tempat tinggal Bu Susi." Pak Junaedi membeberkan semua yang didengarnya, dari pengakuan Susi tersebut."Astagfirullah ... jadi

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 43

    Namun apa yang dilakukan Susi tidaklah ada artinya, para polisi tetap membawa Susi pergi dari hadapan kami dengan menggunakan mobil pribadi. Mereka melakukan semua itu, supaya tidak terlalu mencolok saat pengintaian tadi.Setelah para polisi pergi, sambil membawa Susi untuk diadili. Warga yang menonton pun ikut membubarkan diri, mereka pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga aku dan Mas Arsya, aku dan suamiku pun segera masuk ke dalam rumah karena waktu telah larut.Saat ini telah menunjukan waktu setengah dua belas malam. Aku pun tidak lupa mengunci pintu gerbang dan juga pintu rumah, kemudian kami segera masuk kamar dan tidur. Aku dan Mas Arsya tidak lagi membahas Susi atau siapapun, tetapi kami langsung tertidur pulas saking ngantuknya.***"Bu Mira, semalam itu siapa yang ditangkap?" tanya Bu Titi, dia sengaja datang ke rumahku saking penasarannya."Itu, Bu, teman masa kecil aku sewaktu di Kampung," jawabku."Kok dia bisa mempunyai rasa dendam yang begitu besar sih sama, Bu Mir

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status