Di Rumah Sakit Harapan.Sagara membawa perempuan itu ke rumah sakit tersebut setelah panik kala melihat banyaknya darah keluar di pangkal paha Hanna. Hingga tak sadarkan diri dan membuat Sagara amat sangat terpukul saat melihatnya.“Bagaimana kondisi istri saya, Dok? Dia baik-baik saja, kan?” tanya Sagara setelah Dokter Aris memeriksa kondisi Hanna yang masih belum sadarkan diri itu.“Apakah selama ini Bu Hanna mengalami sakit perut, atau hal lainnya?” Dokter Aris balik bertanya kepada Sagara.“Sakit perut?” Sagara menggelengkan kepalanya dengan pelan sembari mengingat-ngingat apakah Hanna pernah mengalami sakit perut atau sejenisnya.“Istri saya tidak pernah mengeluh kesakitan di perutnya, Dok. Karena saya tidak pernah melihatnya. Atau mungkin, dia menyembunyikan rasa sakit itu di belakang saya.”Dokter Aris manggut-manggut. “Kondisi janin di dalam perut Bu Hanna lemah, Pak Sagara. Saya rasa, akibat stress dan tidak pernah beliau keluarkan. Hanya dipendam saja. Begitu saat melakukan
“A—apa?” Sagara terkejut kala mendengar penuturan Hanna kenapa dia bisa mengalami stress hingga pendarahan.Hanna menganggukkan kepalanya dengan pelan sembari menatap Sagara.“Tapi kenapa? Kenapa dia harus melakukan itu dan mengancam kamu, Hanna? Ada apa dengan Raffael? Dia yang sudah pergi gitu aja dan nggak mau tanggung jawab atas kehamilan kamu. Kenapa sekarang sibuk urusin kita dan ancam kamu segala?" Sagara terbawa emosi kala mendengar penuturan dari istrinya itu.Alasan kenapa Hanna stress hingga pendarahan dan membuat Sagara panik bukan main. Atas ulah Raffael, dan itu cukup membuat Sagara ingin menghajar Raffael jika bertemu dengan pria itu.“Aku juga nggak tau alasan kenapa dia mau ancam aku dan bilang ke Papa kalau kamu bukan ayah dari anak aku ini, Sagara. Aku nggak pernah menanggapi terror dari Raffael, aku mau bodo amat. Tapi ternyata susah. Terus kepikiran dan akhirnya buat aku stress.”Hanna sudah mulai menitikan air matanya. Ia takut Raffael tidak main-main dengan anca
Waktu sudah menunjuk angka lima sore. Hari itu juga, Hanna diperbolehkan pulang oleh dokter setelah hasil pemeriksaan dinyatakan jika kondisi perempuan itu sudah baik-baik saja.“Hanna. Aku nggak tau pin ATM kamu berapa. Tadi aku bayar pakai uang Andra. Minta tolong ditransfer ke Andra, yaa.” Sagara memberi tahu sembari menunggu Hanna mengenakan pakaian yang sudah dibawa olehnya.Perempuan itu tersenyum sembari menyisir rambutnya. “Nomor pin-nya tanggal pernikahan kita. Udah aku ganti satu hari setelah menikah. Semuanya. Internet banking, pin ATM dan lainnya.”“Aahh. Begitu rupanya.”Hanna kembali mengulas senyumnya. “Aku sudah bayar uangnya ke Andra. Tapi, dia nolak. Katanya nggak usah dibayar.”Sagara berdecak pelan. “Kenapa harus ditolak coba. Padahal, bayar biaya perawatan di VIP tuh mahal. Hampir tiga juta nggak ada dua puluh empat jam.”Hanna lantas menepuk bahu Sagara. &ldquo
“Siapa kamu?”Raffael datang menghampiri Krisna ke kantor Lestari secara langsung. Kemudian duduk di depan Krisna dan menatap pria itu dengan lekat.“Aku Raffael. Aku ingin bertanya kenapa Om Krisna membiarkan Hanna menikah dengan Sagara?” tanya Raffael dengan datar.Krisna menghela napasnya dengan pelan. “Raffael? Siapa kamu? Dan kenapa menanyakan perihal anak saya menikah dengan pria itu?”Raffael mengerutkan keningnya. “Pria itu? Sagara?”Krisna menganggukkan kepalanya. “Ya. Kenapa kamu menanyakan pernikahan mereka? Siapa kamu dan apa maksud kamu menanyakan itu semua?”“Om! Hanna lagi hamil, kan? Dan Om tau, siapa ayah dari anak yang sedang Hanna kandung itu? Aku! Aku adalah ayah kandung dari anak yang sedang Hanna kandung. Aku Raffael. Pacarnya Hanna. Aku baru datang dari Belanda karena mengurus perusahaan di sana.“Dua bulan di sana, tidak ada kabar dari Hanna yang ternyat
“Lepas!” pekik Hanna lagi. Namun, sakit di perutnya tak bisa ia tahan lagi. Perempuan itu kembali tak sadarkan diri dan Sagara meraihnya.“Lepaskan! Jangan pernah sentuh anak saya lagi. Biarkan Raffael membawanya ke rumah sakit!”Brugh!Sagara mendorong Raffael dan menatapnya dengan amat sangat tajam. “Jangan pernah sentuh Hanna. Dia istri gue! Elo nggak ada hak apa pun.” Sagara menolak keras Raffael membawa Hanna yang sudah tak sadarkan diri.“Apa hak kamu berucap seperti itu? Bahkan, kamu juga tidak punya hak pada anak saya!” sengal Krisna membela Raffael.“Saya suaminya! Saya yang berhak atas Hanna!” balas Sagara tak mau kalah.“Cih! Suami yang hanya menumpang hidup. Tidak berguna, bahkan kamu tidak punya masa depan yang cerah untuk anak dan cucu saya kelak!”Sagara menghela napasnya kemudian menggendong Hanna. Tidak penting menjawab semua ocehan Krisna. Kesela
Sagara menunjuk tepat ke arah Raffael yang tengah berdiri di ambang pintu. Namun, mata itu menatap nanar Krisna yang tengah menatap Sagara penuh dengki.“Bohong! Dia bohong, Om. Aku belum menikah dan lihat. Aku tidak mengenakan cincin kawin di jari mana pun.” Raffael menunjukkan kesepuluh jarinya kepada Krisna untuk mencari pembelaan jika dirinya belum menikah. Sungguh hebatnya pria itu. Bahkan, ia sudah melepaskan cincin kawin bersama Citra.Plak!Sagara lantas kena tamparan keras lagi dari Krisna. “Jangan banyak omong kamu, Sagara. Kini, kamu memang masih menjadi suami sahnya Hanna. Tapi, sebentar lagi kalian akan berpisah. Jangan ganggu rumah tangga Hanna dengan Raffael lagi jika kamu masih ingin hidup, Sagara!” Krisna mengancam Sagara kembali.Pria itu lantas membolakan matanya kala mendengar ucapan pria paruh baya itu. “Nggak! Sampai kapan pun saya tidak akan pernah berpisah dengan Hanna. Dia yang sudah bohong, Pak Krisna. Saya akan membuktikannya kalau si keparat Raffael itu sud
Andra menganggukkan kepalanya kemudian melanjutkan mengompres wajah Sagara. “Ya. Hanna udah nggak cinta sama Raffael. Makanya elo tenang aja karena Hanna nggak akan kembali pada si Raffael.” Andra kembali menenangkan Sagara.Pria itu memejamkan matanya dengan erat sembari menelan saliva dengan pelan. “Hanna. Kita sudah berjanji akan saling menguatkan dan bertahan. Jangan sampai goyah, Hanna. Aku akan mengambil kamu kembali,” lirih Sagara berucap dengan pelan.“Aneh! Kenapa juga Raffael mengganggu rumah tangga kalian, Sagara. Tidak mungkin jika tidak ada alasan yang kuat kenapa dia menginginkan Hanna lagi. Kamu harus cari tau tentang itu juga, Sagara. Alasan kenapa Raffael menginginkan Hanna lagi dan seolah-olah dia ingin bertanggung jawab atas perlakuannya kepada Hanna,” kata Iman berbicara kepada Sagara.Pria itu menganggukkan kepalanya dengan lemah. “Iya, Om. Aku juga belum tau alasan di balik ini semua. Nggak ada asap kalau nggak ada api. Pasti ada hal yang udah buat dia ingin kemb
Sagara menatap denga malas wajah Andra. “Emang sebenarnya elo lagi ngincar Hanna, kan? Nggak sekalian elo saingan sama Raffael sono.” Sagara terbawa emosi dengan ucapan sahabatnya tadi.Andra menghela napasnya dengan pelan. “Nggak ada gawe banget gue ngincer si Hanna. Kayak cewek di dunia ini udah sold out aja. Gue ngomong kayak gitu ke elo supaya elo mikir, elo tau kalau elo bunuh mereka, akan berdampak besar ke diri elo. Si Hanna nggak bakal mau lagi sama elo, dan elo akan masuk ke penjara.” Andra menjelaskan kepada Sagara agar pria itu paham dengan ucapannya tadi.Sagara menutup wajahnya kembali dengan tangan kirinya. “Hanna udah siuman belum, ya? Dia pasti nyariin gue,” lirihnya kemudian.Andra menepuk paha Sagara. “Tidur dulu, Gar. Udah malam. Besok, kita cari cara untuk bisa ketemu sama Hanna. Elo bisa mikir jernih kalau suasana hati elo udah membaik.”“Mana bisa tidur, Ndra. Sedangkan kondisi Hanna aja gue nggak tau gimana. Yang gue inginkan sekarang adalah Hanna. Ingin lihat d